Setelah mengantarku sampai ke rumah, Juna nggak mampir dulu seperti biasanya karena mau langsung siap-siap buat ke pesta resepsi pernikahan abangnya Edith sore ini. Oleh karena itu, dia langsung pamit pulang padaku dan ayahku yang hari ini untungnya dapat jatah libur sehingga Juna nggak mesti bolak-balik jemput lagi ke rumahku karena ayahku yang jadinya akan mengantarkanku ke gedung nanti sore. Selain itu, kalo naik mobil khan penampilanku juga bakal tetap rapi sesampainya di sana nanti.
Selesai makan siang, aku segera bersiap-siap dibantu Mbok Nurani yang begitu telaten merapikan gaun dan juga dandananku. Katanya aku mirip dengan almarhum ibuku yang jelita dan menawan. Ayahku juga ternyata berkomentar serupa. Beliau sampai berdecak kagum melihat tampilanku yang spesial dan berbeda dari biasanya itu. Setelah memastikan semuanya sudah siap dan rapi, aku berangkat dengan ayahku yang nampak terus tersenyum bangga padaku sepanjang perjalanan ke gedung resepsi berlangsung.
Sesampainya di sana, aku segera pamit pada ayahku di depan pintu masuk gedung yang cukup besar dan luas disertai hiasan ornamen bunga mawar putih cantik kesukaanku. Aku tersenyum sambil melambai ke arah mobil ayahku yang mulai menjauhi gedung. Kemudian, aku berjalan perlahan menuju aula gedung yang letaknya tak terlalu jauh.
Dari kejauhan aku bisa melihat Arjuna, cs udah mulai sibuk soundcheck di atas panggung yang juga nampak dihiasi serangkaian mawar putih yang dibiarkan menjuntai indah di sekeliling panggung tempat kami tampil nanti. Mereka juga terlihat sangat rapi dan tampan di balik setelan jasnya masing-masing. Sangat berbeda sekali dengan penampilan mereka sehari-harinya yang cenderung cuek dan santai. Selain itu, aku juga seketika melihat trio V muncul beriringan ke atas panggung kali ini. Mereka bertiga juga terlihat cantik-cantik dengan dandanan yang begitu niat.
Beberapa saat kemudian, kami semua nampak udah berkumpul di atas panggung sambil saling bertegur sapa. Edith yang pertama kali melihatku langsung terkesiap sekaligus terkesima dengan penampilan perdanaku yang berdandan rapi memakai gaun.
"Wahh...vokalis kita udah nyampe dong! Kayanya baru kali ini deh kita liat kamu dandan cantik kaya gini, Re!" puji Edith blak-blakan di depan pacarnya, Valentina yang langsung pasang wajah masam seketika itu juga. Kayanya dia nggak nyangka sekaligus nggak rela kalo aku bakal langsung dipuji begitu aja sama pacarnya itu barusan. Tapi, Edith emang tergolong tipe cowok normal yang suka jujur apa adanya aja dengan apa yang dia liat dan rasain, udah hampir kumat miripnya kaya sohibnya si Juna gitu.
Lain lagi komentarnya Elroy yang emang suka rada bodor plus centil gitu bawaannya. "Wow! Ada DIVA lewat woy! Ternyata nggak kalah kece sama Mariah Carey atau Beyonce nih! Mantap deh!" goda Elroy mulai buka suara recoknya di balik gitarnya.
Sementara itu, Devon cuma tersenyum simpul dengan coolnya sambil mengangkat jempolnya ke arahku yang malah jadi makin tersipu malu dibuatnya.
"Udah! Udah! Makasih loh buat pujiannya! Tapi, kalian juga nggak kalah kece koq. Malah pada keliatan OK banget deh hari ini semuanya," balasku balik memuji penampilan mereka semua yang emang terlihat semakin ganteng aja dengan gaya penampilan mereka kali ini.
"Lhaa...baru nyadar dong kalo kita ganteng. Itu khan emang udah dari sononya kali, Re! Alias bawaan lahir. Haha," celetuk Elroy kepedean dibarengi tawa renyah yang lainnya.
"Ngomong-ngomong si Juna mana ya? Koq belum keliatan juga nih?" tanyaku heran sekaligus penasaran sambil nyari keberadaannya yang nampak masih nihil.
"Justru kita kira kalian bakalan datang barengan ke sini," jawab Edith dibarengi anggukkan kompak yang lain.
"Aku tadi ke sini diantar sama ayah sih. Jadi, kemana ya dia? Apa ketiduran gitu?" kataku bertanya-tanya.
"Wah, bisa gawat nih kalo gitu! Atau mungkin lagi kebingungan masang dasinya kali ya?!" canda Elroy malah asal tebak sambil cekikikan sendiri.
Untunglah tiba-tiba dari kejauhan kami melihat kemunculan orang yang lagi dicariin itu tengah lari-lari kecil menuju panggung tempat kami berada sekarang.
"Woy, sorry rada telat ya! Tadi perut mules lagi dong. Jadi, terpaksa harus bolak-balik ke toilet dulu deh," jelas Juna dengan napas rada ngos-ngosan akibat habis lari-lari tadi.
"Yeee, lagian siapa suruh pake main adu kuat makan pedas segala tadi! Salah siapa hayo? Sok jago sih! Jadinya malah sakit perut khan. Makanya lain kali nggak usah inisiatif ngelakuin yang aneh-aneh lagi deh, Jun!" semprotku tanpa ampun.
"Yaelah, baru datang aja udah kena repet ibu guru dong! Ampuuun!" balas Juna malah mengataiku mirip ibu guru.
"Astaga! dikasih tau malah membandel dong," lanjutku tak percaya.
"Emangnya noda kali pake membandel segala. Haha. Iya udah deh. Maapin, Juna, Bu! Lain kali nggak akan bandel lagi deh paling banter juga makin badung. Haha. Btw, makasih atas perhatiannya, Bu Regina Ishaktangis!" ucapnya malah menggodaku yang makin sewot jadinya.
"Yang bener Ishakasih ihhhh!!! Jangan suka sembarangan sebut deh! Mana pake panggilan ibu segala lagi. Dasar Junaaa!!!" protesku keras malah membuatnya makin tertawa gemas mendengar omelanku daritadi.
"Woy, udahan dulu yuk berantemnya! Keburu mulai nih. Mending kita mulai cek suaranya deh!" ajak Edith sehingga berhasil membuat keadaan kembali tenang lagi seperti sebelumnya.
Kemudian, kami bersiap mengambil posisi kami masing-masing untuk segera berlatih menyatukan nada sebelum penampilan kami yang dijadwalkan nanti malam. Sepanjang latihan aku merasa sepertinya Juna sesekali mencuri pandang ke arahku. Beberapa kali aku sempat menangkap basah pandangannya yang tak biasa itu. Sepertinya dia sedang memperhatikan penampilanku yang emang nampak sangat berbeda kali ini. Aku harap dia juga bakal memuji penampilanku seperti yang lainnya karena sejauh ini aku belum sempat dengar komentarnya yang terkenal paling jujur di antara yang lainnya. Namun, aku merasa agak kikuk juga diliatin olehnya yang kali ini juga terlihat sangat berbeda dari biasanya. Jas ayahku tampak pas sekali di badannya yang tinggi menjulang. Ternyata Juna cocok sekali mengenakan setelan rapi seperti ini. Dia keliatan makin tampan walaupun sebenarnya agak kurang pede saat memakainya. Mungkin karena dia nggak biasa atau bahkan bisa dibilang nggak pernah memakai setelan jas rapi selama ini.
YOU ARE READING
FRIENDSHIP
RandomDi hari pertamanya sekolah, Regina Ishakasih malah tertidur di bangku yang ternyata adalah tempat sekelompok siswa gaul dan cukup terkenal di sekolah barunya itu. Di tengah keadaannya yang terjebak duduk di tengah Arjuna, Elroy dan Devon yang jahil...