Hukuman Kerja Bakti

0 0 0
                                    

Begitulah kira-kira kalau berteman dekat dengan kumpulan cowok-cowok yang sama-sama masih remaja dengan emosi labil. Aku sebagai satu-satunya cewek di tengah-tengah mereka harus selalu sabar dan tenang menghadapi berbagai sikap unik mereka yang tak jarang juga suka meledak-ledak apalagi kalo udah menyangkut soal solidaritas pertemanan antara kami. Mereka emang nggak akan segan-segan untuk saling bela satu sama lain. Bahkan, kalo perlu bakal melawan balik siapa pun yang berani menyerang salah satu dari kami. Namun, mungkin tak kebetulan juga aku ditempatkan di antara mereka sebagai penenang atau bahkan problem solver seperti yang pernah dikatakan Elroy sebelumnya itu. Itu karena aku sudah terbiasa dididik dengan prinsip yang teguh oleh ayahku untuk hidup mandiri dan kuat sehingga aku cenderung tumbuh menjadi seorang gadis yang lebih peka dan perhatian apalagi pada orang-orang yang kusayangi. Tapi, aku bisa juga bertindak tegas dan galak kalo udah menyangkut soal ketidakbenaran atau ketidakadilan. Karena Arjuna, cs udah tau dengan adat-istiadatku itu, mereka jadi segan berbuat macam-macam denganku. Semakin lama ada bersama mereka, semakin dekat juga mereka mengenalku yang selalu setia menemani mereka sampai saat ini.
Seperti kali ini saja, aku yang biasanya menunggui Arjuna, cs selesai ekskul basket jadinya malah ikut serta bantu mereka kerja bakti membersihkan halaman sekolah dan toilet cowok secara bergantian selama masa hukuman berlaku sebagai efek jera karena terlibat dalam perkelahian beberapa waktu yang lalu. Sayangnya, aku hanya bisa bantu-bantu mengisi air di ember dari luar toilet cowok sekaligus menyemangati mereka karena cuma satu-satunya cewek di situ. Namun, bukannya serius bersih-bersih, Arjuna, cs malah asyik main air sehingga membuat banjir toilet cowok. Dimanapun mereka berada emang kebiasaan suka jail dan bandel seperti sekarang ini. Untung aja area sekitar toilet udah keliatan sepi karena murid-murid lagi pada kumpul di lapangan basket saat ini sehingga suasana kehebohan dan kekacauan yang sedang terjadi di dalam toilet cowok nggak begitu terlalu kentara terdeteksi keributannya dari kejauhan.
Aku yang jadi was-was akibat takut ketauan guru yang mungkin akan tiba-tiba lewat sampai harus teriak mencak-mencak memperingati mereka untuk segera berhenti main-main terus dari luar toilet. Tapi, Elroy dengan jahilnya malah keluar sambil sengaja menyemprotkan air dari selangnya ke arahku yang jadi lari terbirit-birit menjauhi mereka yang mulai cekikikan nggak jelas dari dalam sana. Aku yakin mereka semua pasti udah terlanjur basah kuyub karena terus aja bermain air. Karena tidak ingin menjadi korban kejahilan mereka lagi, aku segera melarikan diri menjauhi toilet cowok demi menghindari kena basah lebih lanjut. Aku nggak mau harus berakhir pulang dengan kebasahan seperti mereka yang pasti nggak nyadar kalo pada nggak bawa baju ganti.
Saat melipir menjauh, sayup-sayup terdengar suara riuh sorakan meriah dari arah lapangan basket di luar, sepertinya ada yang sedang tanding sekarang. Aku segera mempercepat langkahku akibat penasaran sambil mengelapi lenganku yang sempat basah terkena semprotan selangnya Elroy tadi. Saat baru aja keluar menuju ke lapangan basket, dari jarak yang cukup jauh aku bisa melihat Shane dan kedua temannya sedang sibuk menyapu daun-daun kering di depan halaman sekolah, tempat hukuman selain toilet cowok yang aku cemaskan udah jadi areal wahana bermain air Arjuna, cs sekarang. Sementara temannya yang lain sibuk bersih-bersih, Airlangga malah terlihat duduk diam sambil menonton permainan basket yang tengah berlangsung seru dari kejauhan. Saat mengikuti pandangannya, aku memperhatikan ternyata Airlangga sedang menatap aksi lincahnya Vanissa yang lagi tanding 3 on 3 di lapangan kali ini. Terlihat jelas dari tatapannya yang tak pernah lepas dari Vanissa yang emang nampak mempesona saat serius bermain basket dengan segenap jiwanya itu, sepertinya dia masih mengagumi sepupuku yang jago basket itu. Andai aja Airlangga nggak bersikap kurang ajar tapi bisa menghargai wanita, udah pasti dengan senang hati aku akan mendukungnya mendekati Vanissa. Tapi, sayangnya sikapnya itu amat berbeda jauh dari kenyataannya.
Tiba-tiba Shane menyadari keberadaanku yang sedang mengamati mereka secara diam-diam. Akhirnya, aku kembali masuk ke arah toilet cowok dengan langkah cepat untuk memeriksa keadaan Arjuna, cs. Karena tak mau kondisi semakin tak karuan sehingga nantinya malah berakhir dimarahin guru, aku nekat masuk ke dalam toilet cowok untuk segera menghentikan kekacauan yang udah terlanjur terjadi dengan aksi cecaran omelanku. Untunglah, mereka langsung berhenti setelah mendengar peringatan kerasku supaya nggak sampai harus kena hukuman  tambahan lainnya akibat ulah ceroboh mereka nantinya. Alhasil, aku harus menunggu cukup lama sampai mereka berhasil kembali mengeringkan toilet cowok seperti semula walaupun seragam mereka masih tetap keliatan basah bercampur keringat kali ini. Aku pun bahkan harus ikut turun tangan membantu mereka menyelesaikan tugas hukumannya itu supaya bisa cepat kelar.
Itulah salah satu dari banyak pengalaman konyolku bareng Arjuna, cs. Walaupun sering mengesalkan hati, ulah kejahilan serta kekocakan mereka selalu bisa menghibur dan menceriakan hariku dengan hiasan canda-tawa kami selama ini. Kebersamaan kami dalam suka maupun dukalah yang membuat hubungan persahabatan kami makin solid dan kompak satu sama lain sejauh ini. Mungkin karena itulah kami jadi merasa saling memiliki dan menjaga dengan solidaritas tinggi sampai saat ini seperti slogan kami yang berbunyi: "One for all and all for one! ". Oleh karena itu, kami terus berusaha mempertahankan kualitas pertemanan ala Arjuna, cs ini walaupun sering diselingi bumbu pertengkaran, kemarahan bahkan kesalahpahaman antara kami yang justru malah akan makin membuat kami menjadi lebih dekat saja dari sebelumnya. Aku beruntung dan bersyukur bisa ada dalam circle pertemanan dengan Arjuna, cs seperti saat ini.

FRIENDSHIPWhere stories live. Discover now