Suara bel membuatku terpaksa bangun. Aku berjalan menuju pintu depan dan mengintip lewat interkom.
"Rafa?"
Aku membuka pintu. Tampak Rafa dan Lino berdiri di depan pintu.
" Ngapain kesini?" tanyaku.
Pasalnya ini masih pukul tiga dini hari.
" Where's Kia?" Tanya Rafa.
" Sleeping..." Balasku.
Aku mempersilahkan mereka masuk. Mereka duduk di sofa ruang tengah. Aku pergi ke kamar membangunkan Kia.
" Kia.. Kia... Tuh ada bebebmu"
Kia langsung membuka matanya.
" Ngapain?"
Aku mengangkat bahu.
Kia dengan kesadaran yang belum penuh berlari ke kamar mandi. Menyikat giginya dan mencuci mukanya. Lalu menyemprot parfum.
" Rempong amat Bu" ucapku.
" Biarin, dah ayo keluar"
Kami keluar ke ruang tengah. Kia langsung menghambur ke pelukan Rafa.
" Why are you here so early, babe?" tanya Kia.
" I miss you" Rafa memberikan buket bunga.
" Owh... Babe. Thank you... I miss you too" balas Kia." Kia doang nih yang di kasih buket? Gue engga?" Candaku.
Seketika Rafa dan Lino saling melihat. Lalu Lino menepuk jidatnya.
" Lali" ucap Lino.
" Hah?" Aku bingung.
Lino berlari keluar apartemen menuju basement.
" Justin left the bouquet for you, he's already flight" ucap Rafa.
" Hah? Isn't it tomorrow? "
" His parents bought the wrong tickets, and he had training with his club there."
" Owh... Ok"
" Looks like he already messaged you around one o'clock"
" Oh... I haven't seen it " ucapku.
Lino kembali dengan buket di tangannya. Buketnya cukup besar.
" GEDE BANGET" ucapku dan Kia berbarengan.
" Mboh Ki Hubner" balas Lino.
" Thank you" balasku mengambil alih buket dari tangan Lino.