" You were an unexpected surprise, the defining moment. The collision of stars that slammed into me hard and sent my neat little world plummeting into the ocean.
I never expected it to be you, you know? But it is you. It's all you. And now there's no looking back.
you will always be my favorite destination, my home, and my whole heart. i love to love you.
Will you marry me?" Justin melamarku.Aku menutup mulut terkejut. Aku melihat sekeliling. Yang terkejut hanya anak klub Rafael di Belanda, anak Timnas bahkan coach Shin tidak terkejut. Sepertinya ini yang di omongin coach Shin waktu itu. Justin sudah memberitahu mereka bahwa dia akan melamarku.
" Nia...jawab dong" Kia tersenyum.
NIH ANAK PASTI DAH TAHU JUGA...
Aku tersenyum ke arah Justin, " You already know the answer. Of course I will"
Semua bersorak senang. Justin berdiri dan memasang cincin di jemariku. Lalu dia memelukku.
" I love you princess " bisik Justin di telingaku.
" I love you too, sir" balasku.
Tak kuduga hari ini tiba. Hari dimana aku memiliki hubungan dengan Justin. Bahkan langsung dilamar. Tidak melalui proses pacaran. Tapi hts an sih 😒.
°°°
Hari pernikahanku tiba. Pernikahanku diadakan di Inggris, karena Justin harus bertanding tiga hari setelah pernikahan kami. Aku tidak mengundang banyak orang. Hanya keluargaku, keluarga Justin, teman-temanku dan teman-teman Justin.
" Akhirnya ada status juga ya Bu" ledek Kia.
Aku tertawa. Perempuan itu tampak cantik dalam balutan dress bridesmaid berwarna pink.
" Gue tebak yang milih warnanya Justin" ucap Kia." Iyalah... Sebenernya gue maunya ungu. Tapi dia maksa pink. Katanya ungu sama pink mirip" balasku.
" Hah? Sejak kapan ungu sama pink mirip"
" Ya kan, emang keknya ga cuma tulang dia aja deh yang geser waktu itu. Otaknya juga " balasku yang di jawab tawa Kia.
" Heh!! Lo itu baru juga mo nikah, dah roasting calon suami"
" Ya kan masih calon, belum suami gue. Kalo dah suami ya paling tambah gue roasting " balasku.
Tok...tok...tok...
Suara ketukan itu membuat kami menoleh ke pintu.
" Come in" ucapku
Rafael masuk. Ia sudah rapi dengan kemeja putih, celana cream dan dasi pink.
" Hi.. you look beautiful Nia" puji Rafael.
" Thanks Rafa" balasku.
Rafael mendekati Kia. Memeluk pinggan wanitanya.
" Justin was nervous in his room" ucap Rafael.