NIA POV :
UntuK merayakan diterimanya lamaran Rafael, ia mengajak kami makan diluar. Dia mengajak kami ke tempat dessert." Ciee, tunjukkin aja terus tuh jari" sindirku.
Kia menunjukkan jarinya, pamer. Aku memutar bola mataku.
" Lo gimana?" Kia bertanya.
" Gimana apanya?"
Aku sebenarnya tahu maksud Kia.
" Itu" mata Kia menunjuk cincin di jariku.
" Ga jadi"
" Why?"
Aku medekatkan bibirku ke telinga Kia, " kalah..."
Kia membelalakkan matanya. Dia lalu memelukku. Kedua pria di samping kami melihat dengan bingung.
" Are you ok?" Tanya Kia berbisik agar Justin tidak mendengar.
Aku menggeleng.
" Oww...nangis aja di pundak gue" ucapnya.
Aku menangis di pundakku. Aku merasakan sebuah tangan besar mengusap punggungku, sesekali kepalaku.
" Justin khawatir Nia..." Bisik Kia.
Justin yang tadi melihat aku memeluk Kia curiga aku menangis. Dia terus memperhatikan hingga dia sadar tubuhku bergetar. Dia bertanya pada Kia, dan Kia menjawab aku menangis. Justin mendekat dan mengelus punggungku.
"Nia..." Suara lembut itu membuat tangisanku semakin menjadi.
" Nia... Hey..." ucap Justin lagi.
Aku menghapus air mataku, baru melepas pelukan Kia. Aku mengangkat wajahku.
" Sorry gue merusak suasana bahagia kalian" ucaoku pada Kia.
" It's oke, gue paham perasaan lo. Lo pasti capek" balas Kia.
" Kia.. stop.. gue tambah nangis kan" air mataku keluar lagi. Aku menunduk.
Justin mendekat laku memelukku. Tangan besarnya mengusap bahu dan kepalaku.
" What's wrong princess?" ucapnya khawatir.
" I'm oke" aku menghapus air mataku.
Aku mengakat kepalaku dan tersenyum. Aku tidak boleh merusak suasana bahagia ini lebih lama lagi.
" I'm ok" aku menepuk paha Justin.
Justin menghapus air mataku dengan jarinya.
" AKHH mereka lucu" ucap Rafael, melihat Justin menghapus air mataku.
" Kalian lebih lucu" balasku.
" Gimana Rafa rasanya diterima lamarannya?" tanyaku.
Rafael tersenyum malu.
" Ciee malu" ledek Kia.
Rafael tambah malu dan menyembunyikan wajahnya di leher Kia.