"Aaah aku sangat senang kedua putraku sudah menemukan cintanya. Hobi akan menikahi cinta dalam hidupnya, dan Jungkook akan mengejar cintanya ke Amerika, aku benar-benar tak percaya" Nyonya Jeon berkata saat dia duduk di dekat tempat tidur Hobi pada suatu malam.
"Sayang..." Tn. Jeon menyela dengan nada peringatan saat dia melihat perubahan ekspresi Jungkook.
"Apa?" Hobi bertanya pada Jungkook yang terlihat bingung.
Jungkook dengan mata terbelalak berkata "Eomma, kau berjanji tak akan mengatakan itu padanya sampai acara pernikahan selesai"
"Ya Tuhan, maaf sayang aku terlalu bersemangat, aku tidak sengaja mengatakannya, oh tidak"! jawabnya khawatir.
"Apa kau bercanda Jungkook!!"
"Sayang, mari kita tinggalkan anak-anak sekarang, hmm?"
"Oke! selamat malam anak-anak jangan tidur terlalu malam!"
Mereka berdua bergegas keluar dari kamar.
"Bagus sekali sayang! Aku bangga padamu, kau sangat pintar berakting" ucap Tn. Jeon sambil tersenyum licik saat mereka sudah berada di jarak yang aman dari anak-anak mereka.
"Tentu saja! Aku ada di jurusan drama, ingat! Dan lagi aku tak ingin anakku lepas dari pandanganku lagi, dia sudah melakukan itu sekali. Lagipula apa kau sudah melihat cara Jimin memperlakukan anak kita?! Hobi adalah satu-satunya harapan kita, mari kita berdoa agar dia bisa sedikit memberi pengertian pada anak bungsu kita!" Nyonya Jeon berkata sambil memeluk
suaminya."Aku tahu... Dia seperti anak anjing yang tersesat dan kebingungan, dia tak bisa melihat jalan yang tepat di depan matanya!" Ucap Tuan Jeon mencium kening istrinya dan pergi ke kamar mereka.
"Apa itu tadi? Hobi bertanya pada Jungkook yang berdiri disana melihat kemana saja kecuali ke arah hyungnya.
"Jungkook?"
"Hyung ayo kita bicarakan hal ini setelah pernikahan nanti, kau sudah banyak pikiran, lupakan saja apa pun yang eomma katakan." Ucapnya sambil berusaha meninggalkan ruangan.
"Katakan padaku apa yang terjadi sekarang!" Ucap Hobi. Biasanya dia cukup tenang namun kali ini dia bicara dengan tegas.
"Jimin hyung akan pergi ke Amerika selama dua tahun karena dia mendapat sponsor. Itu adalah sebuah kesempatan besar baginya dan juga karirnya"
"Oke! Bagus untuknya, lalu?"
"Jadi dia memintaku untuk pergi bersamanya!"
"Dan kau setuju seperti saat terakhir kali?"
"Ini tidak seperti sebelumnya, dia memutuskan untuk memberi kami kesempatan. Dia bersedia untuk menjalin hubungan denganku sekarang! Jadi kenapa tidak pergi bersamanya dan mencoba untuk mewujudkannya? Ini awal kebahagiaanku hyung!"
"Jungkook, aku tak percaya kau mengatakan ini!"
"APA? Apa lagi yang kau ingin aku lakukan?"
"Aku tidak tahu, jangan pergi! Sepertinya kau mencoba terlalu keras agar dia jatuh cinta padamu!"
"Hyung! Kau tidak mengerti... kami saling mencinta..."
"TIDAK"
"Apa?"
"TIDAK! Ini memang sulit untuk dipercaya, tapi kau tidak mencintainya, kau percaya kau sedang jatuh cinta dan aku benar-benar bosan dengan omong kosong yang telah kau katakan"
"Aku tidak mengerti..."
"Jimin adalah satu-satunya pria selain aku yang kau percayai! Jadi secara alami kau cenderung dekat dengannya! Kau takut untuk membiarkannya pergi sehingga kau ikut dengannya seperti anak anjing yang kehilangan arah dan aku tak tahu dari mana kau mengartikan bahwa kau jatuh cinta padanya"
"Apa-apaan ini?" Jungkook perlahan-lahan mulai jengkel dan marah.
"Bahkan jika apa yang kau sebut itu cinta, kurasa itu tidak saling menguntungkan. Kenapa selalu kau yang harus berkorban, kenapa bukan dia? Apa dia bahkan mencintaimu?"
"Hyung! Hentikan!" Jungkook berkata dengan suara serius mengepalkan tinjunya, ia perlahan-lahan mulai marah.
"Tidak, aku tak akan berhenti! Saat itu adalah terakhir kali aku membiarkanmu melakukan hal yang kau inginkan. Kau memiliki kesempatan yang luar biasa dalam menari disini di Seoul denganku, ingat? Tapi kau pergi! Sama seperti itu ketika Jimin memutuskan untuk pergi ke Busan untuk belajar tari kontemporer, kau meninggalkan menari sepenuhnya dan pergi begitu saja, lalu apa yang terjadi? Dia menolakmu. Apa kau ingat saat kau meneleponku sambil menangis, Jungkook? Karena YA AKU MENGINGATNYA! Atau saat kau mengambil keputusan untuk memutus hubungan dengan semua orang dari hidupmu dan menyiksa dirimu sendiri! Karena aku benar-benar mengingat semuanya"
"Segalanya berbeda sekarang hyung!"
"Ya memang berbeda, kau memiliki karir yang stabil sekarang dan kau sangat baik dalam hal itu. Apa kau akan meninggalkan semua yang telah kau kerjakan dengan susah payah dan pergi mengikuti seseorang yang bahkan kau tidak yakin dia mencintaimu atau tidak?" Ucap Hobi sangat kesal.
"Dia mencintaiku! Itulah kenapa dia mengatakan bahwa dia akan memberi kesempatan?!"
"Apa kau pernah mendengar dia mengatakannya kembali bahkan sekali pun?!"
"Tidak masalah! Dan aku tak peduli dengan apa yang kau pikirkan. LUPAKANLAH, INI BUKAN URUSANMU" ucap Jungkook sambil mencengkeram kerah baju Hobi. "Tutup mulutmu sebelum aku melakukan sesuatu yang akan aku sesali" Jungkook melanjutkan dengan marah.
"Apa kau tahu? Aku sudah mendengarkanmu sejak hari pertama ketika kau mengatakan padaku bahwa kau jatuh cinta dengan Jimin dan kadang aku mengerti, tapi pada saat ini aku berpikir tak ada gunanya aku memberimu nasihat. Aku tak bisa berada di dekatmu sekarang, aku butuh udara segar" ucap Hobi sambil menarik tangan Jungkook dari kemejanya dan berjalan keluar dari pintu.
Jungkook menuju ke kamarnya dengan tangan terkepal, dia jelas frustasi saat dia bertabrakan dengan seseorang.
"Maaf!" Ucap Jungkook tanpa melihat ke atas dan
berjalan melewatinya."Hei, tenanglah" balas Jaebum pada Jungkook. Jungkook mendongak lalu melihat Jin di sisi Jaebum.
Ekspresinya membuat Jungkook merasa canggung dan dia tidak tahu kenapa!!!
"Apa semua baik-baik saja?" Jin tiba-tiba bertanya dengan cemas saat dia melihat wajah Jungkook.
"Bukan urusanmu" jawab Jungkook memelototi Jin.
"Hei jaga bicaramu jika tidak..." sela Jaebum sambil menutupi Jin dibelakang punggungnya yang semakin membuat Jungkook kesal.
"Apa?" Jungkook hanya ingin meninju seseorang saat ini dan dia baru saja menemukan targetnya.
"Hentikan Jay! Ayo kita kembali saja" ucap Jin sambil memegang tangan Jaebum dan memberikan pandangan marah dan bingung pada Jungkook.
"Terserahlah" kata Jungkook sambil mendorong Jaebum dan berjalan ke pondoknya.
"Ada apa dengannya!!?" Jungkook mendengar Jaebum mengatakan di belakangnya.
Jungkook hanya ingin berteriak setelah semua kejadian yang terjadi dalam beberapa jam terakhir, sejujurnya dia tidak tahu apa yang harus dilakukan lagi !!
KAMU SEDANG MEMBACA
The Wedding Planner ✔️
FanficDimana Jin adalah manajer dari acara pernikahan kakak laki-laki Jungkook dan segalanya tidak dimulai dengan baik sejak awal. Jin membenci Jungkook yang sok tahu akan segalanya dan Jungkook berpikir Jin orang yang bodoh dan dia selalu mengatakannya d...