06. Brankas rahasia

1.3K 117 13
                                    

Sebelum meninggal, Kaisar Allanis I diam-diam sering mengunjungi pemakaman (?) untuk memeriksa sesuatu. Dia membawa sebuah cincin khusus, kemudian mendekat ke tanah untuk membuka jalan rahasia. Kaisar Allanis I... Benar. Dia membuat brankas rahasia dan datang kemari untuk membuang gunungan emas juga permata.

Andai orang-orang tahu, Kekaisaran ini pasti sudah heboh. Entah ini kebetulan atau memang permintaan Kaisar Allanis I, Kaisar Allanis I dikubur diatas brankas rahasia sehingga orang-orang tidak akan pernah menduga bahwa ada sumber kekayaan dibawah sana.

Yah kecuali satu orang, Damian Eldridge. Sekarang ini dia berdiri didepan batu nisan raksasa, menyeringai dengan anggun sebelum menyuruh Udgam menggali tanah dan masuk kedalam sana bersama rombongan lain.

"Padahal saya juga bisa menghancurkannya." London mengeluh disebelah Damian. Gendang telinga Damian serasa mau pecah. Sedari tadi London dan Udgam terus berdebat sementara Kiki, James dan Callisto tertinggal diatas sana. Damian memang memerintahkan Udgam untuk tidak mengizinkan mereka masuk sih.

Udgam di sisi lain membalas London dengan nada mengejek. "Kalau kau yang menghancurkannya hasilnya akan acak-acakan. Tuan muda menginginkan galian yang bagus dan mudah dibereskan. Kita ini sedang mencuri. Jadi mencurilah dengan cantik."

Sudut hati Damian tersentil. Di dunia modern dia memang pernah sekali dua kali mencuri, namun tidak pernah mencuri dengan seseorang dengan niat tidak mencuri. Damian datang kesini untuk mengambil sedikit emas. Lagian percuma juga Kaisar Allanis I menimbun harta kalau tidak digunakan. Udgam yang selama ini hidup menggelandang pasti sangat syok.

Damian melihat sekeliling dan sesekali menghentikan dua orang karena ada jebakan. Udgam dan London bisa dengan mudah menghancurkan semua perangkap dan monster yang menghuni brankas rahasia. Kebiasaan keluarga Kekaisaran memang seburuk ini kah? Kalau Callisto hobi membuat kerusuhan, maka Kaisar Allanis I hobi mengoleksi benda-benda aneh selain koin emas, permata, mutiara dan lain-lain.

Damian menghindari serangan golem, lalu London menebasnya hingga hancur. Golem yang tersisa masih banyak. Namun seolah-olah ini bukan masalah besar, Udgam dan London malah bertanding siapa yang menghancurkan golem lebih banyak.

"Hah! Kau tidak akan bisa mengalahkan ku!" London menghancurkan golem dengan membabi-buta.

"Siapa juga yang ingin menghancurkan golem dengan tidak estetik sepertimu? Aku akan menghancurkan mereka sekaligus." Udgam mengeluarkan kekuatannya dan menghancurkan lebih dari 20 golem dalam satu serangan.

London berdecih. Kalau cuma begitu dia juga bisa. London memusatkan kekuatan pada pedang, lalu menganyunkannya dengan cepat hingga membelah 25 golem sekaligus.

"Bagaimana?" Alis London naik-turun.

Mengabaikan dua orang yang kini malah berdebat, Damian memilih mengambil rute lain dan malah berpapasan dengan sosok tak kasat mata.

"Hmm?"

Damian mendongak. Perasaan tadi ada sesuatu yang melintas?

Damian kembali melangkah dan sekali lagi sekelebat bayangan melintas dibelakangnya. Damian mencoba mengabaikannya. Bohong kalau dia tidak merinding dan merasa takut. Bayangan itu mengikuti Damian sambil berpindah-pindah dari dinding kanan ke dinding kiri, terus seperti itu, membuat adrenalin Damian terpicu kala jarak mereka menjadi semakin dekat.

Drap Drap Drap

Damian mulai berlari menghindari bayangan yang terus melompat zigzag di dinding dengan gerakan yang sangat cepat. Gawat! Dia hampir terkejar. Suara tawa memenuhi lorong gelap nan sunyi, lalu Damian tersandung dan jatuh tersungkur dengan tidak estetik. Kalau Udgam disini dia pasti langsung mengomentarinya. Syukurlah dia tidak disini. Kira-kira Damian juga sudah tahu alasan Evans memilih Udgam sebagai guru penggantinya.

Bayangan berbentuk manusia tertawa terbahak-bahak dibelakang Damian. Dia mengitari Damian dengan antusias, sementara Damian masih mencoba berdiri namun jatuh lagi. Lorong ini licin sekali? Seolah-olah ada yang sengaja menuangkan minyak. Tunggu dulu! Minyak?

Sebuah percikan api memancar di ujung lorong. Mata Damian membulat. Dia tidak ingat ada adegan seperti ini didalam novel?

Blarrr

...

Perasaan Evans tidak enak. Dalam perjalanan, dia berhenti sebentar ditengah jalan karena dicegat oleh binatang mungil yang menghalanginya seolah-olah ingin menunjukkan sesuatu.

"Chyuuu~ Chyuuu~"

Karena binatang mungil ini bersikeras, Evans pun menghela napas dan mengikutinya. Arahnya tidak jauh dari makam Kaisar Allanis I yang terletak ditengah-tengah hutan bambu. Evans turun dari kuda dan berlari kecil untuk mengikuti binatang mungil yang anehnya bergerak secara zigzag diantara pepohonan.

Binatang itu tidak memiliki wajah atau corak. Cuma bayangan hitam dengan sedikit bintik putih yang menghiasi badan polosnya.

.

.

.

BERSAMBUNG

As the Main Antagonist's Older BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang