10. Rahasia 1

930 96 11
                                    

"PULANGLAH! DARI DETIK INI HINGGA DUA TAHUN KEDEPAN, KAU DILARANG KELUAR DARI MANSION DAN AKAN MENERIMA PENDIDIKAN KHUSUS!" Teriak Evans penuh amarah. Air mukanya menggelap saat pertamakali masuk kedalam brankas rahasia dan menemukan Damian sedang duduk manis dibawah pintu seolah-olah tengah menunggu seseorang datang.

Jantung Damian tersentak. Dia belum pernah melihat Evans semarah ini sebelumnya. Beruntung sebelum mendekat ke ruangan, Udgam merasakan keberadaan Evans dan pulang duluan bersama London. Mereka juga kaget tiba-tiba Evans bisa ada disini? Di sisi lain mereka merasa kasihan karena Damian pasti dimarahin habis-habisan.

Damian menunduk aneh sambil mendengar ceramahan Evans. Dia sudah terbiasa menerima kebencian orang-orang sekitar. Berbalik badan, Damian malah meminta bantuan Evans sebagai ganti dia tidak bisa meninggalkan mansion selama dua tahun. Evans berhenti bicara dan memelototkan mata. Punggung Damian terasa asing. Suaranya, nada bicaranya, gerak tubuhnya, kadang-kadang Evans merasa Damian bukanlah Damian.

"Bukalah! Papa."

Damian menoleh kebelakang dengan pandangan kosong seolah-olah membenarkan kecurigaan Evans. Evans membuka mulut namun tidak bersuara. Dia lalu membukakan pintu untuk Damian sambil diam-diam menambah hukuman dan tercengang oleh gundukan emas didalam sana.

"Ini..."

Damian masuk kedalam, menerangkan. "Harta peninggalan Kaisar Allanis I. Kaisar Allanis I hobi mengumpulkan emas dan permata, lalu menguburnya dibawah tanah secara diam-diam. Dia adalah orang yang serakah. Bahkan saat sekarat, dia tidak memberitahu siapapun tentang kekayaannya dan malah menyuruh mereka menguburnya diatas brankas rahasia ini."

Mata Evans menyipit. Damian yang menyadari maksud tatapannya pun tidak bisa menyembunyikan kebohongan lagi. Toh Evans sudah curiga. Selain itu, Damian tidak pandai berbohong dan sudah lelah berpura-pura.

Sejujurnya Damian merasa konyol menggantikan sebuah karakter novel dan sempat berniat mengubah alur cerita. Memalukan kan? Dia bahkan ketahuan sebelum menyelesaikan satu tugas pun. Kira-kira bagaimana reaksi orang-orang saat mengetahui ini?

"Saat kau pergi, Udgam dan London bertemu Pangeran Callisto, lalu saling menyerang. Mereka menggunakan kekuatan penuh hingga mansion mu hancur." Damian bercerita sambil memilah emas.

"Aku pun berencana membantu mereka dengan memberitahukan brankas rahasia ini. Tapi..." Damian terkekeh hambar. "Rencana ku gagal. Identitas ku juga terbongkar. Sekarang kau mau bagaimana? Membuang ku? Membunuh ku? Atau menyerahkan ku ke pihak istana untuk diselidiki?"

"..."

Evans tidak menjawab. Melirik keterdiaman Evans, Damian diam-diam menghela napas pendek, kemudian berdiri dari posisi jongkoknya untuk mengambil kotak penyimpanan yang berserakan dilantai.

"Pikirkanlah dulu. Kau boleh mengabaikan ku kalau kau mau. Selama itu, aku tidak akan melakukan apapun selain menunggu keputusan mu."

Evans masih diam. Sementara itu, Damian memasukkan gunungan emas kedalam kotak, tak lupa dengan perhiasan mahal dan benda-benda langka lainnya. Dia memasukkannya kedalam dua kotak yang berbeda. "Ini." Damian menyerahkan kotak paling berat ke Evans.

"Ku kira kau mengambilnya untuk dirimu sendiri?" Basa basi Evans membuat Damian sedikit lega. Evans menerima kotak yang diberikan Damian sambil mendengarkan penjelasannya.

"Ini untuk mengganti biaya kerusakan mansion mu. Kau jangan terlalu memarahi Udgam dan London. Kalau ingin memarahi seseorang, marahilah biang masalahnya. Pangeran Callisto adalah orang kaya, mintalah ganti rugi ke Kaisar, 3x lipat." Kata Damian membuat Evans ingin tertawa. Damian terus mengoceh seperti itu hingga Evans hampir melupakan fakta bahwa yang berada didepannya ini bukanlah anaknya.

Kalau tubuh Damian ditempati orang lain, berarti Damian sudah meninggal? Kapan? Karena apa? Padahal menurut dokter, luka Damian tidak seburuk bisa merenggut nyawanya kapan saja. Lantas bagaimana bisa?

!

Sebuah pemikiran tiba-tiba memenuhi kepala Evans. "Demmie." Gumaman pelan lepas dari bibirnya. Sebelumnya Demmie lah yang berusaha membunuh Damian, itu tidak menutup kemungkinan bahwa Demmie ingin membunuhnya lagi. Mungkin Demmie mencampur sesuatu kedalam minuman Damian? Bisa juga dia menukar obatnya saat tidak ada orang lain yang tahu.

Itu berarti...

Secara tidak langsung Evans lah yang membunuh Damian karena dia yang selalu memberikan obat dan kadang-kadang mengurus makanan juga.

Jantung Evans serasa berhenti berdetak. Dadanya sesak memikirkan kemungkinan terburuk dalam kasus ini. Kalau memang Demmie yang melakukannya, dia benar-benar keterlaluan.

Damian yang peka pada perasaan seseorang memandang Evans kasihan. Dia sudah kehilangan putra karena putri yang tidak bisa disayanginya. Akan tetapi...

"Pelakunya bukan Demmie." Evans langsung mendongak dengan mata membulat. "Setidaknya belum. Ada orang lain yang menukar obat Damian dengan racun mematikan. Racun itu tidak bekerja secara instan, dia membuat korbannya mati perlahan-lahan." Damian menengadah dengan senyuman syukur.

.

.

.

BERSAMBUNG

As the Main Antagonist's Older BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang