04. Mansion Evans hancur

1.7K 163 11
                                    

BLAR

Suara ledakan menggelegar sementara Damian berlindung dibelakang Kiki. Puing-puing bangunan berterbangan. Kiki berusaha menghalau semua itu, namun beberapa bagian terlalu besar.

Brasss!

Seorang butler tua menghancurkan bongkahan tembok yang terbang kearah Kiki dan Damian menggunakan tangan kosong. Kiki dan Damian kagum. Butler tua lalu mendarat didekat dua pemuda itu sambil menengadah keatas.

"Mereka benar-benar sudah kehilangan akal!" James menoleh kebawah, kearah Damian sedang duduk. "Anda tidak apa-apa, tuan muda?"

Damian tidak langsung membalas melainkan merenung sebentar. Dia merasa tidak asing dengan adegan ini.

"Awas!"

Glarrr

Satu lagi dinding runtuh dan kali ini James membawa Damian menghindar. Mansion Eldridge hancur. Mungkin setelah ini kota juga kena imbas oleh kemarahan Evans.

"HENTIKAN!"

Kiki berusaha menghentikan dua orang sambil menolong orang-orang didalam mansion.

Pengajar Damian dan tangan kanan Duke menoleh secara bersamaan. Mereka baru sadar kalau sudah membuat kerusakan parah dan membahayakan nyawa banyak orang. Pemuda berambut kuning emas dengan iris mata ungu diam-diam ingin kabur sendirian namun malah dicegat oleh James.

Pangeran ke-3 cengengesan. Habislah dia kalau tidak segera kembali ke istana.

"Hm!"

Pangeran ke-3 menerawang kebelakang James dan menemukan Damian memandang sekitar dengan muka datar. Mansion Evans sudah hancur, sekarang mereka akan tinggal dimana?

"Tuan muda Damian!" Tangan kanan Duke memanggil Damian sambil berlari.

Rambut hitam dengan iris mata abu-abu. Dia tangan kanan Duke, Si anjing gila bercodet. Landon Konrad.

"Tuan muda! Anda tidak apa-apa?" Landon sangat mencemaskan Damian. Padahal dua hari lalu dia mendengar kabar bahwa Damian sudah bangun namun mengalami amnesia.

James menarik kerah belakang Landon. "Kau sudah menghancurkan mansion, berani sekali masih mendekati tuan muda."

Kiki mendekat kearah Damian, sementara Damian cuma diam berusaha memahami situasi.

"Kau Damian Eldridge?" Seseorang menghampiri Damian.

Kiki memasang pose siaga, namun pria berbadan kekar dengan rambut panjang melebihi pantat itu memberi tanda untuk tidak khawatir. Ketegangan Kiki agak berkurang. Kiki membiarkan Udgam berbicara dengan Damian namun diluar dugaan Damian membuat Udgam sangat tertarik.

"Nak! Kau..."

Pangeran ke-3 memotong pembicaraan dua orang berbeda usia. "Tunggu dulu! Paman tua. Tuan muda Damian sedang tidak enak badan. Dia harus beristirahat." ^^

Damian menaikkan satu alis bingung. Dia cuma pandai dalam seni membunuh orang, bukan dalam memecahkan teka-teki atau membuat rencana.

Pangeran ke-3 menengok kebelakang dan menyunggingkan senyuman manis untuk Damian. Damian tersentak bingung. Orang ini aneh sekali?

...

Damian dkk memutuskan untuk beristirahat disudut mansion yang masih utuh sambil minum teh dan menikmati cemilan ringan. Pangeran ke-3 tertawa hambar saat mencoba mengobrol dengan orang-orang bermuka tembok.

Merasa kasihan, Damian mengambil sebuah cookies dan dimakan sendiri sambil memikirkan sesuatu. Padahal mansion ini bagus.

"Tuan muda Damian!" Pangeran ke-3 tiba-tiba memanggil Damian. Damian menoleh ke kiri, lalu bergumam "Hmm?" membuat semua orang merasa gemas.

"Anda tidak terganggu dengan semua kekacauan ini?"

Damian melihat langit-langit ruangan bolong sebelum memberikan jawaban singkat.

"Tidak."

Pangeran ke-3 dan Kiki ternganga tidak percaya. Bisa-bisanya dia menjawab dengan enteng seolah-olah ini bukan urusannya?

-|||

Damian gantian menunduk melihat pecahan lantai. Sejujurnya dia tidak tahu harus menganggap dunia ini sebagai ilusi atau kenyataan? Damian bimbang. Di satu sisi dia tidak bisa melupakan dunia aslinya, dan di sisi lain Damian mulai nyaman dengan dunia ini.

"Teh anda dingin."

Landon membungkuk, lalu mengambil cangkir digenggaman Damian. Dia tidak tahan melihat Damian merenung lama dengan pandangan sendu. Padahal sebelum kecelakaan, Damian tidak pernah memasang ekspresi seperti ini biarpun selalu menemui kekecewaan. Mungkinkah hilang ingatan juga mengubah kepribadiannya?

"Anda memikirkan apa? Ada sesuatu yang mengganggu anda?"

Damian mendongak, kemudian menggeleng pelan. "Tidak ada."

Skakmat. Landon sudah tidak bisa bertanya lagi. Ruangan sebesar sanggar tari itu berlubang dibagian pinggir. Kalau Damian menoleh ke kanan, dia akan bisa melihat pemandangan taman bercampur reruntuhan semen. Damian tersenyum miris. Dia masih duduk diatas sofa berwarna putih pastel, lalu turun dari sana untuk memandang wajah-wajah yang tidak terlalu asing.

"Jadi, bagaimana kalian akan mempertanggungjawabkan semua ini?" Damian berkacak pinggang.

Menerima perubahan mendadak, 3 orang dibuat tersedak dan tidak bisa mengatakan apapun.

"Emm.." Landon menggaruk pipi bingung. Haruskah dia bilang untuk memotong gajinya sebagai biaya kompensasi?

"Aku tidak membutuhkan gaji mu." Landon terjingkat kaget Damian tiba-tiba membaca isi pikirannya. Dia lalu melanjutkan; "Aku memiliki satu usulan untuk kalian."

Semua orang penasaran. Mereka mendengarkan dengan seksama, kata-kata keramat yang akan keluar dari mulut Damian.

"Ayo menggali kubur bersama!"

.

.

.

BERSAMBUNG

As the Main Antagonist's Older BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang