Kereta kuda masuk ke kawasan mansion Eldridge. Evans dan Damian yang baru menunggu kebingungan melihat jumlah orang yang seharusnya cuma 1 beranak 3. Count dan tuan muda Moira juga ikut?
"Haa.." Mavi membuang napas gusar. Tidak bisakah dia pulang?
Lain halnya dengan Mavi yang ingin pulang karena benci bersosialisasi, Damian malah mematung tidak jelas dan baru sadar setelah Kiki menyenggol lengannya.
"Tuan muda. Fokuslah." Bisik Kiki dibelakang Damian.
Yahhh. Sejujurnya Damian tidak akan bisa fokus. Keluarga Moira ini ternyata lebih anggun dan indah dari yang digambarkan didalam novel. Terutama Mavi Moira. Padahal dia anak laki-laki, bagaimana bisa wajahnya secantik itu? Daripada manusia, bukankah dia dan Countess Moira lebih mirip patung pahatan? Sayang sekali akhlak ibu dan anak ini agak minus.
"Anda tuan muda Damian?" Countess Moira menyapa dengan ramah.
Akh! Silau! Pacaran murni ini bisa membuat mata Damian buta. Damian bahkan sudah mulai berhalusinasi. Menoleh kearah Evans... EH! ORANG INI SAMASEKALI TIDAK TERTARIK!
"Count Moira. Lama tidak bertemu." Evans berbasa-basi.
"Lama tidak bertemu apanya? Kita kan baru bertemu di rapat seminggu lalu." Senyuman tulus terulas dibibir Fletcher. Evans tertohok. Walau tidak ada maksud menyindir kata-kata itu tajam sekali.
"Anda tidak berubah, Count Fletcher Moira."
"Anda juga masih sama, Duke Evans Eldridge."
Blezzz
Dua anak laki-laki tercengang melihat pemandangan diluar dugaan ini. Count Moira dan Duke Eldridge bermusuhan? Tidak mungkinkan?
"Baiklah! Sekarang mari kita masuk kedalam dan meninggalkan dua orang ini untuk mengobrol santai." Kata Countess Moira atau Anevay sambil menepuk tangan.
Perhatian Mavi dan Damian teralihkan. Mereka benar-benar meninggalkan Fletcher dan Evans berdua saja, kemudian dua orang itu pergi ke ruang kerja Evans sambil mencemooh satu sama lain secara tidak langsung.
"Ku dengar mansion mu hancur? Bagus sekali."
"Kau bahkan mengatakannya secara terang-terangan." Evans melirik Fletcher. Saat bersam Fletcher, dia tidak akan bisa menjadi Duke Eldridge. Karena Fletcher adalah sahabat sekaligus saingannya. Dulu sekali Evans pernah meminta Fletcher untuk menjadi tangan kanannya, tapi Fletcher tidak mau dan malah mengejek Evans sedang mengemis dengan sombongnya.
"Tentu saja. Apa gunanya menyembunyikan hubungan kita?" Yang menyebalkan dari Fletcher, selain percaya diri dia juga mengatakan sesuatu yang masuk akal.
"Jangan mengatakannya seolah hubungan kita istimewa." Evans membuka pintu ruang kerjanya.
"Bukankah hubungan kita memang istimewa? Kau dulu sering membuatkan cincin bunga untukku."
Evans speechless. Orang ini... Evans ingin membuangnya ke jurang paling dalam. Bisa-bisanya dia mengungkit masalah anak-anak yang masih polos seolah-olah Evans memang memiliki perasaan lain. Saat masih kecil, Evans tidak bisa bebas dan sebagai gantinya dia selalu merasa senang saat Countess terdahulu berkunjung sambil membawa Fletcher.
Fletcher memiliki figur seorang kakak bagi Evans. Dibanding kakak-kakak kandung Evans yang biadab, Fletcher lebih tulus menyayangi Evans sehingga Evans merasa nyaman. Countess terdahulu juga begitu, dia mengajari Evans merangkai bunga lalu menyuruhnya memberikannya ke Fletcher hingga diterima. Sayangnya Fletcher selalu membuang cincin bunga pemberian Evans seolah-olah dia bingung kenapa Evans selalu memberikannya itu.
Countess terdahulu tertawa terbahak-bahak. Anak-anak ini lucu sekali. Yang satu super tidak peka dan satu lagi baru belajar cara mengolah perasaan sehingga merasa frustasi.
"Ibumu sehat?"
"Ya. Sekarang ini dia malah mendirikan perkumpulan orang tua untuk menyulam dan menghabiskan uang." Fletcher berkata acuh tak acuh sambil mengingat-ingat.
"Syukurlah kalau begitu. Lain kali aku akan mengunjunginya."
"Dia pasti senang. Selama ini dia terus menanyakan kabar mu, tapi tidak ku jawab karena merepotkan."
"..."
"Lain kali kalau kau berkunjung, bawalah buah kesukaannya. Jangan mengajak anak kedua mu. Bisa-bisa ibuku kena serangan jantung. Kalau membawa Damian tidak apa-apa. Kelihatannya dia sudah berubah setelah kecelakaan?" Fletcher terus mengoceh sementara Evans mendengarkan sambil meminta belas kasihan.
Orang ini cerewet sekali. Untungnya dia tidak jadi jadi tangan kanannya. Telinga Evans bisa bengkak kalau setiap hari mendengar kicauan kakak tua ini. Ditambah dia bebas berekspresi didepan Evans.
"Oh ya. Ku dengar kau juga mengirim anak perempuan ke panti asuhan? Bagaimana anaknya? Kau sudah menghukum ayahnya?" Fletcher terus mengajukan pertanyaan, membuat Evans merasa pusing. Padahal sudah bagus cuma Anevay yang datang ke mansion ini.
"Ya. Ya. Aku melakukan semua itu." Evans mengacak rambut frustasi. Kebiasaannya samasekali tidak berubah.
Fletcher? Dia sangat puas melihat Evans berantakan. Sesekali menjahili adik tidak masalah kan? Toh kakak Evans tinggal Fletcher seorang. Evans sudah membabat habis seluruh keluarganya setelah dikirim ke medan perang saat masih berumur 14 tahun.
.
.
.
BERSAMBUNG
Reaksi Evans
Reaksi Fletcher
...
KAMU SEDANG MEMBACA
As the Main Antagonist's Older Brother
DiversosTerbangun sebagai kakak laki-laki antagonis utama. Akhir-akhir ini novel Gems Fall From The Clouds sedang populer. Karena penasaran, laki-laki ber-hoodie hitam membaca novel tersebut setelah membunuh seorang gadis SMA bernama Clarissa. Naas! Saat la...