Damian tidak membalas perkataan Demmie. Menasehati Demmie sama halnya dengan dia mencoba mengubah alur cerita. Damian tidak berniat mengubah alur cerita.
Buk
Tiba-tiba Demmie memeluk pinggang Damian, membuat Damian tersentak. Demmie mendongak perlahan. Dengan bola mata besar yang bergetar dan berkilauan, bibir mungil sewarna cherry sedikit terbuka, seolah-olah ingin mengatakan sesuatu namun tidak ada suara yang keluar.
Damian meneguk ludah melihat keimutan sang adik tercinta. Demmie benar-benar manis, sayangnya dia antagonis dan memiliki pemikiran buruk tentang Damian.
"Maaf. Karena sangat merindukan kakak, aku..." Demmie sengaja menggantung kalimatnya. "Kakak marah?"
Suara imut Demmie mengusik pendengaran Damian. Entah mengapa, Damian merasa pusing dan mual secara bersamaan. Dia menatap Demmie seolah-olah tidak mengerti apa yang sedang dilakukannya.
"Kakak tidak apa-apa?"
Fokus Damian kembali. Hening sebentar, Damian mencoba membaca situasi namun Demmie menyela dengan berkata; "Kalau kakak tidak enak badan, lebih baik kakak duduk dulu? Aku akan mengambilkan obat kakak. Tunggu sebentar."
Demmie menuntun Damian ke sofa, sementara Damian menurut saja karena yang akan terjadi selanjutnya bisa mempermudahnya mempertahankan alur cerita. Demmie bergegas mengambil botol obat di laci sebelah tempat tidur dan sesuai alur cerita, menggantinya dengan botol obat lain.
Menyeringai puas, Demmie menuangkan air putih ke gelas, lalu berjalan tergesa-gesa kearah Damian seolah-olah dia sangat mengkhawatirkannya.
"Kak! Ini. Diminum dulu!" Demmie menyerahkan tablet kecil pada Damian. Damian menerimanya dengan senang hati. Baguslah kalau alur cerita tidak berubah. Dia menelan obatnya, kemudian Demmie memberikan segelas air putih dengan hati-hati.
"Kakak masih sering pusing?"
Damian tidak membalas. Dia menjauhkan tangan Demmie yang melingkar dipunggungnya, karena sungguh, aroma parfum Demmie sangat menyengat. Damian tidak tahan. Dia merasa ingin muntah saat berdekatan dengan Demmie.
"Menjauhlah!" Damian mendorong Demmie secara tidak sadar. Setelah sadar, dia langsung minta maaf dan menyuruhnya menjaga jarak.
Demmie menunduk sedih. Dia mundur beberapa langkah kebelakang, lalu meminta maaf.
"Kakak pasti sangat membenciku?" Lirih Demmie, tidak masuk pendengaran Damian. Damian malah merasa semakin pusing, sementara Demmie terus menggonggong.
"Sebenarnya sebelum datang kesini, aku tidak sengaja mendengar pembicaraan papa dan Marquis Brennan." Demmie duduk dengan anggun diujung lain sofa. Dia tersenyum.
Damian yang sedikit mendengar perkataan Demmie, mendongak dan menoleh kesamping. Pandangannya kabur. Dunianya serasa berputar dengan garis-garis gelombang memenuhi penglihatannya.
"Mereka bilang, mereka akan berperang." Demmie melanjutkannya dengan ringan. "Aku datang kesini untuk memeriksa kondisi kakak. Tapi kelihatannya kakak sedang tidak sehat?"
Kesadaran Damian tiba-tiba kembali. Dia bisa mendengar kata-kata Demmie dengan jelas, bahkan senyumannya yang manis menghilangkan semua rasa sakit Damian. Oh begitu? Dia sengaja menggunakan racun tertunda agar orang-orang tidak curiga.
"Perang?" Ulang Damian bingung.
"Kakak tidak tahu? Akhir-akhir ini gelombang monster datang silih berganti untuk menerobos masuk kedalam Kekaisaran. Para Marquis dan bangsawan lain yang tinggal di perbatasan sudah mencoba menghadang mereka, tapi karena jumlahnya yang semakin hari semakin bertambah, mereka jadi kualahan." Jelas Demmie, membuat Damian tiba-tiba terdiam.
Tunggu! Perang? Damian tidak ingat ada perang di Gems Fall From The Clouds. Apa ingatannya yang terlalu buruk? Kadang-kadang dia memang suka melupakan sesuatu yang dirasa tidak penting.
"Aku belum mendengarnya."
"Ah.. Mungkin papa melarang Kiki membicarakannya karena bisa memberatkan pikiran kakak. Maaf sudah mengatakannya." Demmie pura-pura menyesal, tapi Damian samasekali tidak peduli. Dia masih sibuk dengan pikirannya.
"Tenangkan pikiranmu.. Pasti ada petunjuk." Damian membuka mata, mencoba menggabungkan alur cerita sedapatnya. "Kalau tidak salah saat ini novel sedang membahas kisah romansa antara Gallio dan Anggie di panti asuhan. Karena keluarga Gallio cuma setingkat Baron, wajar saja kalau mereka tidak pernah membahas secara detail tentang perang."
Damian berpikir; Seandainya saat ini Evans benar-benar sedang berperang, maka tak heran Demmie bisa bertindak bebas dan baru ketahuan saat semester dua sudah lewat.
"Demmie."
Orang yang dipanggil menoleh. "Sekarang umur mu berapa?"
Demmie agak tersentak, namun dia juga mengerti bahwa Damian tidak bisa mengingat beberapa hal. Padahal dulu dia sangat penurut. Damian tahu segalanya tentang Demmie, bahkan biasa-biasa saat disuruh mati.
"Sembilan tahun. Ulangtahun ku kurang lima bulan lagi. Kakak ingin memberikan hadiah?" ^^
Sembilan tahun? Berarti dugaannya benar. Demmie baru sekolah di Akademi saat berumur 12 tahun.
.
.
.
BERSAMBUNG
"Demmie itu cantik, manis, imut dan menggemaskan. Dia cocok pakek pakaian warna merah dengan rambutnya yang jingga keemasan dengan iris mata ruby.
Damian juga gitu. Dia lebih sering pakek baju hitam dengan corak merah tua atau maroon."
Gaun Demmie di bab ini (⬇)
Baju yang digunain Damian (⬇)
KAMU SEDANG MEMBACA
As the Main Antagonist's Older Brother
De TodoTerbangun sebagai kakak laki-laki antagonis utama. Akhir-akhir ini novel Gems Fall From The Clouds sedang populer. Karena penasaran, laki-laki ber-hoodie hitam membaca novel tersebut setelah membunuh seorang gadis SMA bernama Clarissa. Naas! Saat la...