Bab-18

7.7K 573 60
                                    

Happy reading💗

_______________

"Maaf,  Kak Ifdhal nggak keberatan kan duduk sama gue?" tanya Nindy yang kini telah duduk dengan Ifdhal.

Mendengar pertanyaan itu Ifdhal mencoba menahan kegugupannya, jujur dirinya merasakan perasaan senang dan gugup bersamaan,"Hm nggak apa-apa." sahutnya yang membuat Nindy menghela nafas lega.

Tepat di samping bangku mereka, ada Niko yang perhatiannya selalu mengarah ke samping tepat dimana Nindy dan Ifdhal berada. Sedangkan Karren yang duduk bersama Niko menghela nafas gusar dan kesal karena sedari tadi ia terus mencoba mengajak Niko berbicara tapi laki-laki itu seperti malas menjawabnya.

Perjalanan untuk menunju tempat titik dimana camping berada membutuhkan waktu sekitar tiga jam untuk sampai.

Di bus yang Nindy tempati keadaannya cukup hening, karena para murid hanya berdiam diri dan fokus dengan ponselnya, hanya ada beberapa yang mengobrol tapi itupun hanya sekedarnya saja, tidak ada yang membuat bahan candaan atau keseruan lainnya. Menghela nafas pelan, mata Nindy perlahan-lahan mulai memberat, ia mengantuk.

Ifdhal yang menyadari itu, langsung menoleh ke samping guna melihat gadis mungil itu."Tidur," katanya singkat, yang membuat Nindy langsung menoleh ke laki-laki itu.

Menepuk pundaknya dua kali sebagai kode,"tidur di bahu gue, kalau udah sampai gue bangunin!" Ifdhal memperjelas ucapannya.

Nindy mengerjapkan matanya beberapa kali lalu ia menggeleng pelan,"gue nggak ngantuk kak," balasnya yang mendapat helaan nafas pelan dari Ifdhal.

Tak mau menjawab Ifdhal kembali fokus pada ponselnya, ia tidak akan menawari hal itu lagi pada Nindy. Namun belum sampai lima menit dirinya bermain ponsel tiba-tiba kepala Nindy jatuh ke pundaknya. Ya, Nindy yang tak kuat menahan kantuk akhirnya tertidur.

Ifdhal tertegun beberapa detik, jantungnya berdetak cepat. Sesaat kemudian ia tersadar tangannya terulur memegang kepala gadis itu, di arahkannya posisi kepala itu agar lebih nyaman bersandar di pundaknya. Dan tanpa izin, Ifdhal perlahan mengangkat tangannya kembali guna mengelus rambut gadis disampingnya ini.

Halus

Tak lama senyum kecil terbit di bibirnya, ia menyukai hal ini, ada perasaan senang yang tidak bisa dijabarkan, kalau bisa menghentikan waktu mungkin Ifdhal akan menghentikannya agar bisa berlama-lama di posisi semacam ini.

________________

Kini rombongan para bus Zenatta telah tiba di tempat lokasi camping yang akan dilakukan. Dimana tempat tersebut adalah hutan yang rindang, pemandangan yang cukup bagus dengan tanah kosong yang luas untuk dijadikan tempat pendirian tenda. Memang hutan ini selalu menjadi pilihan untuk kegiatan camping para anak-anak sekolah, karena tempatnya yang nyaman serta terawat.

Regu Nindy kini hanya terdiri dari 4 orang,  yang berisi dirinya dan Cleo, serta dua teman kelasnya yang lain bernama Sarah dan Vanya.

"Bangke, gimana cara pasangnya njir," gerutu Cleo karena lelah sedari tadi mencoba memasang tenda tapi belum jadi.

"Tau ah capek gue," timpal Vanya lelah, ia kemudian memilih duduk sembari mengipasi wajahnya karena berkeringat.

Nindy pun sama, ia meletakkan kembali bagian tenda yang tadi ia pegang. "Istirahat dulu aja nggak sih," ucapnya yang membuat semua teman satu kelompoknya mengangguk.

"Tapi yang lain udah pada jadi njir," ujar Sarah yang masih berdiri menunjuk para murid yang sudah berhasil memasang tenda.

Tak jauh dari mereka ada Sagara yang tak sengaja menatap ke arah Nindy. Bibir laki-laki itu tersenyum tipis melihat wajah kesal ke empat perempuan itu, atau lebih tepatnya ke arah Nindy. Sehingga Sagara inisiatif untuk menghampiri mereka.

"Belum jadi?" suara berat dari Sagara membuat empat gadis tersebut pun lantas menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.

"Gue bantu," ujar Sagara yang langsung mendirikan tenda untuk kelompok Nindy.

"Biar gua bantu ya kak," ucap Nindy yang merasa tak enak hati pada Sagara.

Sagara menoleh pada gadis mungil itu, ia menggeleng pelan, "Gue bisa sendiri, lo istirahat saja sama teman-teman lo yang lain," balasnya, yang mau tak mau membuat Nindy mengangguk patuh, ia menghampiri Cleo serta lainnya yang duduk bersandar di dahan pohon.

"Kak Sagara itu tipe good boy banget nggak sih, coba lihat dia itu laki-laki baik yang peka tanpa di minta tolong pun dia udah insiatif nolong kita duluan." ujar Cleo menatap berbinar ke arah Sagara.

Nindy yang mendengar itu mengangguk, Sagara memang baik, bahkan dia selalu ramah pada siapapun, mata teduhnya mampu membuat semua orang langsung menyukai dirinya. Tapi dari semua orang yang menyukai laki-laki itu, Sagara hanya akan menyukai Karren, itu jelas tertulis di novel, pikir Nindy.

"Selesai, ada yang perlu gue bantuin lagi?" tawar Sagara menghampiri mereka berempat, tepatnya di depan Nindy.

Nindy serta lainya beranjak dari duduknya.

"Nggak ada Kak, makasih ya!" ujar Sarah sembari tersenyum manis pada Sagara.

Sagara mengangguk, "Sama-sama, kalau gitu gue pergi dulu ya!" pamitnya.

"Iya kak," jawab mereka serempak.

**********

Semua murid kelas 11 dan 12 kini telah berkumpul menjadi satu, untuk melakukan sesi pembukaan dengan berdoa bersama-sama agar kegiatan camping kali ini lancar sampai selesai.

Para anggota OSIS berdiri di sisi para guru yang ikut dalam acara kali ini.

"PERHATIAN SEMUANYA, AGAR KEGIATAN CAMPING KALI INI BERJALAN DENGAN LANCAR DAN TIDAK ADA HALANGAN APAPUN, ALANGKAH SEBAIKNYA MARI KITA BERDOA TERLEBIH DAHULU UNTUK MEMULAI ACARA INI. BERDOA MENURUT KEPERCAYAAN MASING-MASING MULAI!!" suara Kepala Sekolah menginterupsi semua orang yang langsung berdoa dengan menutup matanya agar terasa khidmat.

Sagara melirik kedepan dimana kelompok Nindy berada, ia terhenyak ketika melihat cara berdoa dia dan gadis itu berbeda, beberapa detik kemudian dapat ia lihat gadis tersebut selesai berdoa dengan meraupkan kedua telapak tangannya kewajah. Sagara memutuskan pandangannya, ia lanjut berdoa dan selesai dengan tangan membentuk salib.

****

Nindy saat ini sedang mengambil air bersih untuk memasak nanti di sungai yang ada di hutan ini, dengan membawa satu ember yang tidak terlalu besar.

Di Perjalanannya Nindy berpapasan dengan Karren yang sudah membawa satu ember air bersama temannya, dapat ia lihat mata Karren sedikit tajam saat menatap dirinya, tapi Nindy tak menghiraukan itu, ia tanpa menyapa langsung melewati Karren yang tadi sedang berbicara santai dengan temannya.

"Indah banget!" ucap Nindy setelah sampai di sungai itu, ia kemudian duduk di batu tepian sungai dengan kakinya yang ia celupkan ke air.

Memejamkan matanya menikmati kesegaran dikakinya, tak lema kemudian tiba-tiba wajahnya kena cipratan air.

Spontan Nindy langsung membuka matanya, mencari pelaku yang jahil itu.

Matanya memicing tajam, ketika mendapat sosok laki-laki yang saat ini sedang tersenyum songong ke arahnya.

"Maksud lo apaan sih kak Mohan," kesal Nindy menatap tajam Mohan yang kini sedang asik mencuci kolor hijaunya.

"Kalau mau tidur jangan disini, untung ada gue yang bangunin lo," balas Mohan acuh dengan tangan yang masih melanjutkan kegiatan.

Nindy mendengus kasar, ia kemudian menatap apa yang Mohan sedang cuci.

"Kak Mohannnnnn....," ujarnya melengking, yang membuat laki-laki tersebut tersentak kaget.

"Apaan sih!"

"Jorok banget sih, gue kan belum ambil airnya. Kenapa malah dibuat nyuci kolor!!" kesal Nindy yang mencak-mencak tak jelas, ia langsung menghampiri Mohan, dan meyipratkan air pada wajah tampan laki-laki itu.

"Woy!! Anjir stop!!" menghindar Mohan dari cipratan air yang terus menerus mengenai wajahnya. Bahkan baju Nindy juga sudah basah akibat tindakannya sendiri.

Bersambung.

Protagonist Girls [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang