21 : Replan

34 10 0
                                    

Tubuh gadis itu menggigil, ia tidak tahu apakah karena pakaiannya yang tidak mendukung cuaca kota Paris yang dingin atau karena atmosfir mengerikan yang membalut tempat dimana ia sekarang berada.

Satu-satunya pencahayaan adalah lilin yang diletakkan diatas nakas disamping tempat tidur kecil dimana Melody sedang duduk. Cahaya temaram itu tak bisa memperlihatkan dengan jelas seperti apa ruangan ini. Yang jelas, Melody bisa melihat dengan jelas sebuah salib berukuran sedang digantung di dinding ruangan itu, beberapa rak buku dan lemari, serta sebuah meja. Hanya ada satu jendela yang ditutup rapat-rapat seakan-akan pemilik ruangan ini tidak ingin melihat keluar jendela.

Punggung Melody menegak saat suara gagang pintu terdengar. Ia melihat sesosok laki-laki mengenakan hoodie berwarna hitam berusaha masuk keruangan dengan tenang dan tanpa suara.

"Cam?" Suara Melody terdengar serak.

Cowok itu menoleh. Ditangannya ia membawa setumpuk selimut dan pakaian bersih untuk gadis yang ada dihadapannya itu. Cameron menurunkan topi hoodie nya, menutup pintu kemudian meletakkan setumpuk pakaian tadi di pinggir kasur disamping Melody duduk.

Melody cuma memandang yang dilakukan Cameron sampai akhirnya ia berusaha menanyakan kejelasan kenapa Cameron membawanya ke tempat ini. "Ini tempat apa?"

Cameron menghela napas panjang, mata cokelat gelapnya memandang Melody dibawah temaram cahaya lilin, "Ini Chapel. Tenang saja, kau sudah aman sekarang."

Melody tidak tahu harus mempercayai Cameron atau tidak. Banyak hal yang terlintas dipikirannya sekarang tentang apa yang baru saja terjadi pada dirinya, tentang dirinya yang tiba-tiba berada disebuah gudang antah berantah, dan Cameron yang tiba-tiba mengeluarkannya dan membawanya ke tempat ini. Melody berusaha mengingat-ingat kejadian sebelum ini semua menjadi aneh, tapi hal yang terakhir diingatnya adalah dirinya berbaring dengan Greyson memegang tangannya.

Melody memandang jemarinya, mengingat perasaan yang diberikan Greyson saat cowok itu menggenggam tangannya malam itu. Melody berharap Greyson akan membawanya pergi saat ini. Ia begitu takut dan bingung. Kehadiran Cameron saat ini tidak bisa membuatnya merasa aman akan ancaman yang akan datang selanjutnya. Kejadian aneh yang terjadi padanya tadi membuatntya menjadi semakin paranoid.

Cameron memandang gadis dihadapannya yang terlihat cemas dan gelisah. Cameron dengan jelas memahami apa yang dirasakan gadis itu. Melody baru mengenalnya, pertemuan mereka hanya sebatas berhubungan dengan Lily, entahlah apa Melody telah memercayainya, tapi Cameron berharap Melody percaya.

"Kau sebaiknya mengganti baju, aku akan menyiapkan teh untukmu. Dingin sekali sekarang." Melody sedikit menemukan ketenangan mendengar suara Cameron. Cowok itu entah kenapa begitu santai seolah tidak terjadi apa-apa lima belas menit yang lalu.

Melody masih menyimpan pertanyaan didalam hatinya, kemudian bangkit untuk mengganti piyama yang ia kenakan yang telah kotor itu dengan pakaian yang dibawa oleh Cameron tadi. Cowok itu, Cameron, seolah tahu apa yang hendak dilakukan Melody dan keluar dari ruangan.

Cameron membawakannya sebuah sweater turtleneck yang sangat tebal dan sebuah celana panjang. Melody pikir ini adalah baju Cameron, karena pakaian ini cocok untuk dikenakan oleh pria, tapi Melody tidak protes. Setelah merasa cukup hangat dengan pakaian dari Cameron, Melody menyeimbangkan dirinya untuk berdiri. Rasanya, kakinya seakan akan patah. Ia menyadari bahwa telapat kakinya terluka karena berlari tanpa alas kaki.

Cameron kembali masuk keruangan, membawa dua gelas yang Melody tebak isinya adalah teh dengan asap mengepul. Melody mengambil satu dari tangan Cameron, kemudian kembali duduk dipinggir kasur. Cameron duduk disebuah kursi agak jauh darinya, kemudian memutar badannya sehingga bisa menatap Melody dengan jelas dibawah temaram cahaya lilin. Melody tahu ini saatnya untuk bertanya tentang apa yang terjadi.

Behind The Butterflies [A Greyson Chance Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang