19 : Eyes Open

368 40 8
                                    

Melody menatap dokumen itu tak percaya. Ia ingin teriak.

Ada foto ibunya, diberikan tanda coret dan bacaan Die.

Foto Josh juga begitu, di coret dan diberikan tulisan Die.

Tinggal foto dirinya yang tersisa disana. Fotonya baik-baik saja, tak di coret. Bersih. Mungkin selanjut ini gilirannya, pikirnya.

Josh, Josh dicoret?

"Melody? Sepertinya ada seseorang yang naik lift" Kata Greyson setengah berbisik. Dengan cepat dan sigap, Melody merapikan segala hal yang telah mereka serakkan tadi.

Segalanya telah rapi, kembali pada tempatnya. Kecuali dokumennya, Melody berencana untuk menyerahkan hal ini pada polisi.

Greyson panik. Begitu juga Melody saat seseorang keluar dari lift. Lily.

Melody melihat sebuah benda tergeletak begitu saja diatas meja lampunya. Kalung. Kalung yang sama dengan yang dipakainya. Melody mengambil kalung itu lalu berlari pergi melalui lorong yang lain agar tidak berpapasan dengan Lily.

Greyson mencoba mengatur nafas dan detak jantungnya setelah mereka keluar dari apartemen.

"Kita keren tadi" Cetusnya. Melody membalasnya dengan senyum.

Melody memeluk dokumen itu dengan erat. Greyson melirik dengan apa yang dipeluk cewek itu kemudian tertawa kecil.

"Kamu yakin mau bawa itu?"

"Ini satu-satunya hal yang membuktikan kalau Lily pelakunya" Kata Melody.

"Baiklah, ayo kita ke Cafe. Aku ingin keluar dari tempat ini"

Mereka berdua sepertinya tidak tahu. Lily mengamati dua orang itu dari balik jendela apartemennya di lantai 13. Lily tahu mereka disini. Lily tahu dimanapun mereka berada.

Tampaknya ini mudah bagi Lily. Karena Lily tahu apa yang harus dilakukan selanjutnya.

Menghancurkan Melody.

*

Melody merasa sedikit terkejut karena merasa sebuah benda bergetar didalam mantelnya. Melody merogoh sakunya, mendapati HPnya bergetar karena ada panggilan masuk.

8 panggilan tak terjawab.

Melody melotot melihatnya.

5 dari nomor tak dikenal.

3 dari Asa.

Dan hm, tampaknya Asa menelpon lagi.

"Halo"

"Dee, ini darurat. Kau harus kembali ke rumah paman Fred sekarang. Tak ada waktu untuk bertanya. Bye"

Tuut.. tuutt..

Hah serius sekali, Asa.

Melody telah menyelesaikan makanannya. Greyson sedari tadi hanya memandanginya bagaikan ada hal yang aneh diwajahnya.

Sebentar saja sih itu romantis, tapi kalau lama-kelamaan jadi aneh. Melody risih dengan tatapan Greyson.

"Greyson," Melody berdecak. "Kenapa kamu melihatku seperti itu?"

"Gak papa" Greyson menumpukan dagunya pada kedua tangannya. Kemudian tersenyum penuh arti.

"Hanya saja... kau mengingatkanku pada ibuku"

"Ya kau selalu bilang seperti itu setiap kali kau menatapku" Melody memandangi kalung yang tadi diambilnya dari meja Lily. Bentuknya sama, hati.

"Entahlah aku cuma rindu ibuku. Dan melihatmu, aku jadi gak rindu lagi, deh" katanya sambil tersenyum cerah.

Behind The Butterflies [A Greyson Chance Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang