13 : Don't Go

234 26 0
                                    

"Apa kau mengatakan sesuatu pada gadis itu?" Cewek itu berkata dingin pada Cameron. Cameron menggeleng.

"Tidak ada selain dia ingin tahu dimana kau berada" Cameron duduk disalah satu kursi yang disediakan di ruang gelap ini.

Satu-satunya pencahayaan hanya lilin. Tampak darah yang berceceran dilantai, yang Cameron bisa tebak itu adalah darah hewan untuk melakukan pemujaan. Cameron memang terus berfikir kalau cewek ini sudah gila. Tapi entah sihir apa yang merasukinya, Cameron tak mau meninggalkan cewek ini, tidak bisa.

"Kau bodoh! Dia hampir menemukanku!" Lagi-lagi cewek itu menamparnya. Cameron merasa seperti tak punya harga diri diperlakukan seperti ini. Tapi dia tidak bisa menentang, karena perasaannya berkata seperti itu.

Cameron menatap punggung gadis berambut merah itu menjauh. Darah disudut bibirnya tak dihiraukannya. Dia sendirian di ruang gelap ini. Setelah cewek itu pergi, entah kenapa, dia merasa bebas, seperti tak terikat akan apapun. Hatinya kali ini ingin menentang, menentang cewek itu atas hal yang dilakukannya. Cameron tak tahan lagi.

I'm gonna crash you down... Lily.

*

"Greyson, nona Melody ingin berbicara denganmu" Marilyn tampaknya selalu menanyakan pertanyaan yang sama. Greyson tetap mengunci dirinya didalam kamar, dia sama sekali tak ingin berbicara pada Melody.

"Bilang pada Melody aku tak ingin berbicara padanya. Tidak sepatah katapun!" Teriak Greyson. Dia benci kenyataan kalau Melody akan pergi, toh, dia baru saja merasa senang akan hidupnya, sekarang Melody ingin pergi begitu saja. Hidup itu memang selalu merenggut. Kali ini hidup merenggut Melody, Melody mau pergi bersama temannya, disaat Greyson mulai sayang. Ini tidak adil!

Melody menggigit bibirnya, menghentakkan kakinya saking gusarnya. Melody tak pernah mengira kalau Greyson tak mau mengizinkannya pergi.

"Aku sudah merepotkanmu, aku tidak bisa menghitung lebih banyak hutang lagi padamu. Temanku akan datang menjemputku, aku akan pergi"

Dari saat itu Melody bisa melihat ekspresi Greyson yang tampaknya tidak senang dengan hal itu. Tapi Melody tidak mungkinkan merepotkan Greyson lebih lama lagi. Lagi pula, Asa sudah disini. Sepertinya Greyson menganggap hal ini terlalu serius, menganggap bahwa takkan ada waktu untuk bertemu lagi. Bagaikan ini adalah ucapan selamat tinggal yang tak mungkin untuk mengucapkan halo lagi.

Marilyn berdiri di ambang pintu.

"Marilyn" Dengan cepat Melody menghampiri sosok wanita paruh baya itu.

"Dia tidak ingin berbicara padamu, nona" katanya sambil menggeleng.

Greyson sepertinya sangat kesal pada Melody. Melody sangat bingung untuk melakukan apa.

"Baiklah, terima kasih Marylin" Marilyn berlalu. Melody merasakan HPnya bergetar, dengan cepat melihat kontak yang menelponnya tersebut.

Asa.

"Halo?. Iya. Kamu sudah didepan. Iya memang itu rumahnya. Oke aku turun beberapa menit lagi."

Greyson menguping dari balik pintu. Sepertinya Melody memang akan pergi.

Greyson terkesiap apabila Melody akan mengetuk pintu untuk berkata selamat tinggal. Tetapi langkahnya tak terdengar lagi setelah beberapa detik setelah terdengar koper di geret.

Greyson menghela nafas panjang. Dia merasa sedih karena gadis itu sama sekali tak mengatakan selamat tinggal. Greyson melihat Melody dari layar LCD TV dikamarnya, dimana rekaman CCTV disiarkan langsung disini. Greyson mendapati Melody sedang berdiri diambang pintu gerbang rumahnya, bersama seorang cowok yang terlihat sebayanya. Kemudian sebuah pelukan yang berhasil membuat Greyson mati cemburu.

Behind The Butterflies [A Greyson Chance Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang