Mulmed: Asoy Butterfield, eh, Asa Butterfield.
***Rain is falling down on me. Suddenly the sun comes out. Sometimes north or south of love. But never out. Come to see me. When everything looks clear. So you find yourself at the subway. And you realize it's the end of the line. Here comes the truth.
"Melody, kenapa kamu gak jawab teleponku?" Asa berkacak pinggang didepan Melody.
Melody tak menjawab melainkan tetap duduk di sofa, menunduk kebawah tetap bergeming bersama selimut tebal yang tadi pagi diberikan oleh suster rumah sakit.
Terlalu capek untuk mengurusi Josh yang tak mau juga di infus. Sedangkan ibunya tertidur di ranjang tunggal tepat disamping ranjang Josh. Satu-satunya yang tak terluka adalah dirinya.
Semakin hari, ibunya makin sakit. Makin tak bisa bekerja. Ibu Melody harusnya bekerja di perusahaan swasta menggantikan posisi ayah tirinya yang telah meninggal setahun yang lalu sebagai bendahara. Tetapi keadaan ibunya sekarang ini sangat tidak memungkinkan. Ibunya tak bekerja, tak ada uang, tak bisa melunasi hutang-hutang ibunya, tak bisa membiayai Lily yang sedang kuliah di Paris. Semua ini beban.
Semua ini gara-gara Lily. Hal-hal tak masuk akal apa yang membuat kakak tirinya itu ingin mencelakai ibunya. Menggunakan hal-hal yang berhubungan dengan sihir serta voodoo, apa tujuan Lily sebenarnya.
Saat bertemu Lily, usia Melody baru 7 tahun dan Josh 11 tahun. Disaat itu umur Lily sudah 9tahun. Melody sebelumnya tak pernah akur dengan Lily, bukan karena bertengkar karena memperebutkan hal-hal kecil seperti kaka-adik pada umumnya. Tapi Lily selalu sinis saat menatap Melody, seperti sebuah amarah yang terlukis didalam mata kebiruan Lily setiap kali Melody menatapnya. Tapi saat itu Melody masih terlalu kecil untuk mengerti hal itu.
"Kamu masih berfikir kalau Lily pelakunya?" Asa merangkul tubuh Melody. Sementara Melody menyandarkan kepalanya di dada Asa, merasakan kenyamanan dari tubuh Asa.
"Melody harus bertemu bibi Kylie lagi, Asa. Aku harus menyelesaikan masalah ini. Apalagi ini berhubungan dengan Lily. Dan lihat, dia bahkan berani melukai Josh dan menghancurkan rumah kami"
"Aku setuju kalau kamu mau bertemu bibi Kylie lagi. Tapi kumohon kamu jangan terlalu percaya dengan dia"
Melody menarik diri, menatap mata biru laut Asa.
"Kamu harus nolongin aku. Oke?"
*
"Jadi, kamu akan tetap didalam sana?"
"Pergilah!"
Satu kata itu menjelaskan segalanya. Tadi itu Sue, berusaha membujuk Greyson untuk keluar dari tempat persembunyiannya.
"Greyson, ayolah. Kamu tahukan kalau ibu kamu gak suka kalau kamu bertingkah seperti ini?"
"Bukan urusanmu, Sue. Pergi!"
"Aku takkan pergi sampai kau membuka pintunya" Greyson tak membalas perkataan Sue. Greyson memilih diam, menelan kata-kata yang harusnya ia tujukan pada Sue.
"Greyson?"
Sue lagi.
Greyson berdecak sebal, kemudian menoleh pada radio vintage miliknya. Suara musik retro kesukaannya mengalun pelan dikamarnya. Greyson menguatkan volume radionya, meredam suara Sue diluar sana.
Greyson membantingkan dirinya diatas kasur. Menutup Menutup wajahnya dengan bantal, berharap agar Sue pergi. Atau dirinya saja yang pergi
*
"Bibi yakin kamu pasti kembali lagi kemari" kata Bibi Kylie sambil menuangkan teh.
Melody hanya membalasnya dengan senyum kemudian duduk di sofa yang kulitnya sudah hampir terkelupas semua. Sedangkan Asa sibuk berkeliling rumah bibi Kylie yang penuh dengan hiasan-hiasan aneh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind The Butterflies [A Greyson Chance Fanfiction]
Fanfic[TRAILER ON CHAPTER 14] Melody Ashford kehilangan arah. Terlalu marah akan kenyataan bahwa kakak tirinya adalah penyebab kekacauan hidupnya karena bermain-main dengan yang namanya sihir hitam. Mulai dari ibunya yang sakit, kakak lelakinya yang menda...