18 : Runner

204 31 1
                                    

Soundtrack for this part: Lupe Fiasco ft. Guy Sebastian - Battle Scars

***

Pintu lift itu terbuka lebar. Melody mengatur nafasnya. Terkesiap. Hening. Kosong. Tak ada siapapun didalam lift. Melody mengumpat. Greyson masuk kedalam lift, memastikan kalau lift-nya benar-benar kosong.

"Kemana dia?" Tanya Melody.

Tentu saja tak ada yang menjawab, tidak ada yang tahu kemana Lily pergi. Kemungkinannya ada banyak. Kemungkinan pertama, bisa saja lift-nya sampai terlebih dahulu daripada mereka. Kemungkinan kedua, Lily berhenti di lantai yang lain.

Melody lebih memilih kemungkinan pertama. Lily sudah keluar, pergi. Mereka terlambat.

Cameron berlari kecil menuju pintu masuk apartemen ini. Mengecek apabila sosok Lily ada diluar. Ternyata sama saja, tak ada Lily.

"Bagaimana? Dia ada diluar?" Tanya Melody sambil memegang bahu Cameron begitu tiba diluar apartemen.

"Tidak ada" Cameron menggeleng.

"Hh, ini hal yang sama seperti terakhir kali kita melihat Lily." Greyson menatap Melody sambil megatur nafasnya yang ngos-ngosan. "Lily menghilang begitu saja."

Siang itu, di dekat stasiun. Greyson benar. Lily meghilang begitu saja disaat mereka hampir menangkapnya. Lily menghilang bagai hantu.

Melody menghirup nafas dalam-dalam kemudian mengeluarkannya. Inhale. Exhale. Inhale. Exhale. Kemudian nafasnya sudah kembali seperti semula.

Melody mengamati gedung apartemen berdinding batu bata itu. Melody bergeming. Mungkin aku harus kembali ke kamar Lily.

"Come on guys, I have an idea" Melody kembali masuk kedalam apartemen.

Greyson dengan mantap berjalan mengikuti Melody. Tetapi Melody merasa Cameron tidak mengikutinya, jadi Melody berbalik. Melody mendapati Cameron yang berdiri tepat diluar apartemen terpisah antara pintu kaca ini dengan dirinya, Cameron berdiri disana, tidak bergeming. Dia terlihat gelisah.

"Cam? You coming?" Melody memastikan panggilannya terdengar sampai keluar.

Cameron menoleh kemudian tersenyum penuh arti.

"Aku rasa aku sudah selesai membantu"

Kemudian cowok itu berlari menjauh. Terakhir kali Melody melihat ekspresi cowok itu, dia terlihat ketakutan sebelum akhirnya memutuskan untuk pergi meninggalkan apartemen.

Melody menoleh pada Greyson.

"Anak itu aneh" Greyson tertawa kecil.

"Dia temanku" Kata Melody.

"Tak heran, kalian cocok" Greyson mengangkat bahunya. "Ayo, apa rencanamu?"

Melody bergeming. Melody berencana untuk mengobrak-abrik kamar Lily. Mencari bukti kuat dan jawaban atas perbuatan Lily. Siapatahu, dia bisa menemukan sesuatu disana.

"Kita kekamar Lily" Jawabnya singkat sambil memencet tombol 13 pada lift.

"Woah, lama-lama aku merasa seperti detektif" Katanya bersemangat.

"Kau memang gila, Greyson" Melody menautkan kedua alisnya, menatap Greyson seolah berkata 'seriously'.

Dan setelah pintu lift terbuka. Melody tahu apa yang harus diperbuat.

*

"Melody kemana?" Bibi Steph membetulkan letak pot kaktus kecil dijendela dapurnya. Asa mengangkat bahunya.

"Dia akan mencari kakak tirinya" Asa menatap gelas yang berisi coklat panas plus marshmallow-nya dengan malas.

Padahal tadi paman Fred-nya ingin minta bantuannya dengan segera. Ternyata pamannya belum juga kembali dari desa sekarang. Asa menyesal meninggalkan Melody di stasiun sendirian.

Behind The Butterflies [A Greyson Chance Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang