🍩Stalker🍩

192 35 2
                                    

Seharian ini Naruto dilanda kelesah, walau katanya satu pelanggan yang menolak restorannya ia tidak mengalami kerugian, nyatanya itu sebuah kesalahan. Tanpa adanya konsumen, resto yang dibangun orang tuanya, tidak akan bisa menjadi sebesar ini. Sepasang kaki yang berlapis sepatu khusus itu meneliti arsip pesanan online yang ada di dalam loker besi di samping pintu dapur utama lantai dasar.

"Kamu sedang mencari apa, Naruto?" Kakashi sebagai kepala chef di resto ini bertanya, ia selalu on time saat jam kerja. Tubuh menjulangnya berdiri di belakang tubuh Naruto, netra jelaganya tampak ingin tahu apa yang keponakannya lakukan.

Naruto berdecak, tanpa menatap wajah Kakashi,"Aku hanya mencari sesuatu!" Naruto bersungut, tak ingin sang Paman tahu apa yang sedang ia cari. Sepasang safir itu masih berkutat di satu titik, mencari bukti pemesanan online kemarin.

Tangannya masih terus bergerak, mengacak-acak kertas yang telah disusun rapi oleh Kakashi. Sekian menit tenggelam dalam pencarian, Naruto bisa menarik napas lega. Akhirnya, ia menemukan apa yang ia inginkan. Setumpuk nota pembelian, yang berisi nomor pesanan, nama pemesan, nomor handphone, alamat, menu yang dipesan dan total pembayaran. Di sudut kanan atas, terdapat coretan khusus, yaitu nama tukang masak yang bertanggungjawab atas menu pesanan yang dibuat untuk konsumen tersebut.

Tanpa banyak kata, Naruto mengeluarkan tumpukan kertas itu dari lemari dan menampung dengan satu lengannya. Kakashi yang melihat Naruto membawanya langsung berseru,"Hei mau dibawa kemana!"

Naruto menoleh sepintas ke arah Kakashi dan menjawab tegas dengan wajah datar,"ke lantai tiga!" tubuh tegapnya segera bergerak menjauhi Kakashi.

Kakashi mendengus kesal."Kalau sudah tolong dirapikan, jangan berantakan. Susun sesuai dengan nomor pesanannya!" Kakashi memberi interupsi berupa teriakan, Naruto menjawab dengan ibu jari yang terangkat tinggi. Kepala kuning si chef dengan paras menawan namun jarang tersenyum itu enggan untuk menoleh ke Kakashi lagi karena langkahnya yang semakin jauh ke dalam. Menuju anak tangga yang menghubungkan antara lantai dasar ke lantai dua.

Ini masih pukul 9 pagi dan restoran belum dibuka, ia sengaja berangkat ke tempat ini lebih pagi. Semalaman ia dilanda galau hanya karena gara-gara masalah dari akun foodie_honey. Entah kenapa ia kurang nyaman, dengan apa yang telah ia ketik untuk akun itu.

Ia tiba di ruangannya dan duduk dengan gelisah. Satu per satu, lembar demi lembar, safir biru itu bergerak-gerak secara teliti dan seksama. Mimik wajahnya menunjukkan keseriusan. Sepasang manik safir itu terus bergulir menelaah setiap huruf yang tertera di atas kertas.

"Nomor pesanan HR10023, Nama pemesan Temari Akasuna, nomor ponsel 0966***, alamat Glory Apartemen, Chiyoda, pesanannya 1 porsi tanderloin steak barbeque sauce, 1 potong chess cake, 1 potong red velvet cake, 1 porsi nasi karee, 1 set tempura udang, 1 porsi unadon dan 1 porsi chawanmushi... "

Mulut Naruto bergumam, menyebut apa yang tercantum di kertas itu. Pria ini tersentak ketika tahu ada coretan yang berasal dari tulisan tangannya sendiri.

"Hah? Ini aku yang bertanggungjawab?" tanya Naruto tanpa rasa bersalah. Wajah tampan itu terlihat penuh keheranan. Kepalanya menggeleng,"Ah, mungkin bukan ini ... "

Kemudian tangannya bergerak untuk mengeluarkan kertas pesanan itu dari tumpukan. Setelahnya, ia mencari lagi, apakah ada pelanggan yang memesan dengan menu yang serupa atau tidak. Ada beberapa menu pesanan yang sama tapi mereka tidak menjodohkan pesanan steak dengan chess cake. Naruto masih mengingat betul, yang dikomplain oleh pemilik akun foodie_honey adalah daging steak dan cake dari chess cake-nya.

Alhasil hingga beberapa jam berkutat dengan kertas-kertas itu, ia mengembus napas frustasi. Lagi, ia memasang tampang tanpa rasa bersalah,"Masa iya, aku yang memasak sampai sebegitu kurangnya?!"

Foodie, Tasty, HoneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang