🍕Masa Bodoh🍕

193 35 4
                                    

Semalam, Naruto dan Hinata menyempatkan diri untuk melipir ke salah satu pusat hiburan ternama yaitu womb nightclub. Hinata sebenarnya enggan untuk turun ke lantai dansa walaupun dipaksa oleh Naruto. Setelah berdebat cukup sengit, ia membuat kesepakatan bahwa ia hanya akan menunggunya di lantai atas saja. Naruto terpaksa menyetujui dan ia kembali berjingkrak-jingkrak di lantai dansa, bersama beberapa wanita cantik yang ia temui di sana.

Netra kelabunya sesekali melirik ke bawah, tempat Naruto masih bersenang-senang. Walau tampak tangguh dari luar, sejatinya ia adalah sosok pria yang memendam segala kesakitannya seorang diri. Dan Hinata tahu, pria ini melampiaskan rasa sakit hatinya dengan bersenang-senang, berjingkrak-jingkrak, berteriak-teriak seperti orang gila.

Hinata mengalihkan diri, jemarinya sibuk mengecek ponsel. Memeriksa kejadian di atas pelaminan tadi yang mungkin sudah tersebar di jagad maya. Dan dugaan Hinata tidak meleset. Video amatir yang dikirim ke salah satu aplikasi top gen-z yaitu TokTik, mungkin didapat dari salah satu tamu undangan di acara itu, menyebar cepat seperti sambaran kilat. Dengan tagline gadis yang diduga seorang foodvloger, menghalau kekasihnya agar tak dipeluk mempelai wanita. Video itu berdurasi hanya dua menit saja, tapi berhasil menyentak publik.

"Persetan!"desis Hinata tak peduli. Jari jemarinya bergulir lagi, menuju ke beberapa komentar netijen yang mampir di laman video itu.

"Wah, heroik sekali! Wajar saja kalau kesal, pacarnya ingin dipeluk mempelai wanita!"

"Mempelai wanitanya tak tahu diri, sudah ada suami tapi masih ingin nyosor ke pasangan orang lain,"

"Untung saja dihadang, jika tidak mempelai wanitanya sudah nangis bombay di pelukan pria itu! Dasar tidak tahu malu, makanya jangan undang mantan ke pesta pernikahan. Ribet 'kan jadinya?!"

Hinata mengulum senyum geli ketika mendapati beragam komentar yang menyudutkan Miku Shion di acara pernikahannya sendiri. Menurut Hinata, netijen adalah segelintir manusia yang memang bisa diciptakan sebagai detektif, karena mereka sangat teliti dan detail dalam mencari informasi, ada apa, kenapa dan siapa. Mereka bisa juga menjadi komentator hidup orang. Asal ngebacot lewat jari tapi tak tahu asal muasal kenapa bisa terjadi hal seperti itu. Yah, mungkin sama seperti emak-emak bigos alias biang gosip yang ada di lingkungan perumahan kita. Suka bisik-bisik tetangga, komen ini itu tentang hidup orang, padahal tidak tahu apa-apa tapi berlagak sok tahu dan sok paham tentang hidup orang.

Terkadang komentar mereka yang terlalu tajam, bisa juga menjadi mata pedang yang siap menghunus korbannya kapan saja. Bagi yang tak kuat mental bermain media sosial, tentu bisa menyebabkan baper akut, down bahkan berujung bundir. Dan Hinata? Masa bodoh. Memang tanpa para netijen yang terhormat, Hinata bukanlah siapa-siapa. Gara-gara mereka juga akun Hinata dibanjiri oleh followers dan viewers. Sejauh ini, ia belum pernah mendapat komentar yang pedas dan tajam dari netijen-netijen itu. Lebih baik ia masak atau melipir ke tempat makan di pinggir jalan yang enak-enak dan posting, daripada berkutat dengan beragam komentar buruk yang menerpa dirinya, apalagi jika meresponnya secara berlebihan maka akan menguras energi diri sendiri. Hinata menganggap bahwa itu adalah risiko dari bermain media sosial, ada pro, kontra dan itu sudah biasa baginya. Memanfaatkan media sosial sebijak mungkin untuk perkara yang baik-baik. Tak hanya video itu saja, jari jemari Hinata bergulir lagi ke beberapa informasi tentang tempat makan yang unik. Ia benar-benar tenggelam dalam dunia maya hingga berjam-jam. Wajah jelitanya menunjukkan reaksi beragam tapi kebanyakan senyum bahagia yang terentang indah di sepanjang garis bibir ranumnya.

"Hei!"

Hinata tersentak kaget mendengar suara yang lumayan lantang di tengah musik yang berdentum, memekakkan sepasang telinga walau tak sekencang saat berada di lantai bawah. Netra kelabu yang fokus pada layar ponsel kini beralih ke sosok Naruto yang mulai mendekat ke arahnya. Pria bertubuh menjulang ini, mendaratkan pantatnya di permukaan sofa kulit, bersebelahan dengannya namun masih berjarak.

Foodie, Tasty, HoneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang