Di dalam pikiran Hinata, kegiatan mengembalikan kunci hanyalah sebatas mengembalikan, ucap terima kasih dan pulang. Karena ia beserta teman-temannya, akan pergi menjelajah Pasar Tsukiji untuk membeli beberapa jenis bahan makanan. Sekalian cari cemilan pasar, tentu saja.
Tapi ternyata apa yang ada di pikiran dan kenyataan Hinata jauh meleset. Tiba di depan pintu apartemen si pirang, ia tak diberi waktu untuk bicara, menolak atau protes seperti semalam. Lengannya ditarik paksa oleh Naruto hingga ia masuk ke dalam apartemen pria itu lagi.
Jemari besarnya berhasil menyeret lengan Hinata hingga ia berdiri di sisi kursi bar yang ada di meja makan, tepat di sayap kiri apartemen ini. Berhadap-hadapan dengan kitchen set elegan dominasi warna abu-abu si pemilik apartemen.
"Duduk!"titah Naruto, sorot biru yang tajam, suara tegas dan dalam itu yang selalu Hinata tangkap dari sosok ini. Kepala Hinata menggeleng sebagai perlawanan. Enggan mengikut perintah si pria bermarga Uzumaki. Karena memang dia datang kemari, hanya ingin mengembalikan kunci mobil dan segera kembali ke basement, tempat Sakura dan Temari sudah dipastikan sedang menunggu.
Melihat reaksi Hinata yang menolak, Naruto berang,"Kenapa, hah?! Mau langsung pulang?"todong Naruto dengan nada tak senang, seraya berkacak pinggang. Hinata memilih untuk tidak menjawab, tapi sepasang mata amethys-nya tertuju pada safir Naruto yang tampak berbeda, sepasang pipi tan itu juga terlihat sedikit bersemu, entah karena apa.
Hinata menarik napas, baru saja ia sedikit membuka mulutnya, Naruto langsung memotong dengan kalimat perintah,"Sttt, diam dan duduk dengan tenang! Kita akan bersantap bersama sebentar lagi!" telunjuk kanannya mengacung lurus ke arah Hinata yang masih berdiri, kemudian bergerak ke bawah, menyuruh Hinata untuk duduk. Pria ini tak mau tahu reaksi Hinata seperti apa sebagai balasan. Ia segera membalikkan tubuh dan kembali fokus ke kitchen counter, melanjutkan aktifitasnya yang tadi sempat terhenti.
Dari balik punggung Naruto, Hinata berseru,"Iihh!"
Gadis ini menggertakkan gigi serinya, geram dengan tingkah pria yang selalu seenaknya memerintah. Tatapan kesal ia layangkan kepada punggung tegap yang berada di hadapannya. Tangannya bergerak ke dalam tas selempang yang ia kenakan dan mengecek ponsel. Kemudian mengetik pesan untuk Temari.
- Lebih baik kalian pergi dulu, Tuan Rumah mau mengajakku sarapan katanya, sepertinya bakal lama ini. Maafkan aku ya. -
Beberapa detik menanti jawaban, Temari membalas,
- Sejak kapan kamu doyan sama cowok galak, Hin? Seleramu berubah drastis ya 😂 -Hinata mengembus napas pasrah seraya memikirkan bagaimana caranya agar ia bisa melarikan diri dari tempat ini. Jari jemarinya dengan cepat mengetik,
- Semoga ini yang terakhir, siapapun tidak akan betah dengan pria macam ini. Walau dia pandai memasak, tampan dan memiliki tubuh bagus sekalipun. -
Hinata mendesahkan napasnya sepanjang rasa kesal yang menjalar di dada.
- Ow, tubuh? Sudah pernah lihat ya?😂 -
Seketika sepasang pipi gembil Hinata memerah, ingin sekali ia menarik kembali atau menghapus pesan yang ia kirim ke Temari barusan. Ia hanya berucap asal, tapi dilanda penasaran juga. Apa benar Naruto memiliki tubuh yang bagus ? memiliki massa otot yang mengagumkan di bagian sepasang lengan, dada dan perut seperti pria yang ada diiklan susu suplemen untuk pria dewasa.
"Kenapa tiba-tiba kepikiran sampai situ?"racau Hinata tak jelas, mencoba menepis segala halusinasinya seputar tubuh pria ini.
Ketika asyik dengan ketikan jemari dan pikirannya sendiri. Tiba-tiba saja ponsel Hinata sudah melayang. Berpindah ke tangan Naruto yang entah sejak kapan pria itu berdiri memperhatikannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Foodie, Tasty, Honey
FanficSeorang Chef yang sedang kehilangan gairah memasak karena ditinggal nikah. Bertemu dengan seorang food vlogger ceria yang doyan makan. Ya, cocokkkk!! "Siapa yang berani memberi respon buruk untuk restoranku, hah?!!" "Dia seorang food vlogger ternam...