04. Loh, Kok?

35 17 0
                                    

"JANGAN LARI KALIAN!"

Krishna, Bintang dan Haris terbelalak saat mendengar suara seruan dari salah seorang aparat yang ada di tempat dilaksanakannya demonstrasi mahasiswa Universitas Tujuan Bangsa hari ini. Mereka menoleh ke arah belakang tubuhnya dan segera berlari sekuat yang mereka bisa saat beberapa aparat mencoba berlari mengejar mereka.

"GAWAT!" teriak Bintang panik.

"UDAH LARI AJA YANG KENCENG!" ucap Haris panik namun sayangnya....

DUAK

"HARIS!"

Krishna dan Bintang terbelalak saat melihat kepala Haris terkena lemparan batu salah sasaran dari anak STM di seberangnya. Haris tergeletak sembari memegangi kepalanya yang berdarah akibat terhantam batu. Krishna dan Bintang segera memapah tubuh lemah temannya itu dan sesekali melihat ke arah belakang tubuhnya.

"Ris lu gapapa?!" tanya Bintang khawatir. Haris mengangguk lemah.

"Udah lu mendingan tinggalin gua aja. Gua siap kok ditangkep sama petugas aparat juga," ucap Haris pasrah. Bintang melotot.

"GAK! GAK BOLEH. LU GAK BOLEH NGOMONG GITU BANGSAT!" ucap Bintang kesal.

"Gua siap kalo harus lari gendong lu juga!" ucap Bintang lagi. Krishna mengangguk.

"Iya, Ris. Gua juga siap! Tapi lu harus ikut lari bareng kita. Kita gak pengen ninggalin lu sendirian di sini. Ya kali ntar gua bakalan ngomong apaan sama om Indra?!" ucap Krishna. Bintang mengangguk.

WIW!

Krishna, Bintang dan Haris terbelalak lagi. Haris menarik tubuh kedua temannya itu meskipun ia harus berlari dengan langkah yang terseok-seok.

"Udah lu gak perlu khawatirin gua! Gua masih bisa lari kok!" ucap Haris dan mereka akhirnya berlari bersama. Krishna dan Bintang tersenyum lega, meskipun masih ada kekhawatiran pada raut wajah mereka.

Di sisi lain, terlihat seorang lelaki yang kebingungan saat mencari berkas miliknya. Ia merasa susah memasukkan berkas-berkas tugasnya yang harus ia setorkan lusa. Namun sayangnya, berkas yang ia cari sama sekali tidak ada di dalam tasnya.

"Anjir, kok bisa gak ada sih?!" ucapnya panik. Ia segera mengecek tasnya lagi, berkali-kali, namun hasilnya tetap nihil. Lelaki berwajah imut itu akhirnya terlihat panik.

"Pak, kiri!" ucapnya pada supir bus yang ia naiki itu. Bus itu akhirnya berhenti tepat di depan sebuah pangkalan ojek dan lelaki imut itu berjalan menuju tempat pangkalan ojek itu dengan raut wajah masam.

"Ojek, dek?" tanya tukang ojek yang ada di sana. Lelaki itu menggeleng.

"Saya lagi nunggu temen saya, pak," jawab lelaki itu bohong sembari tersenyum kecut. Tukang ojek itu tersenyum ramah sembari ber-o ria sebagai jawaban.

"Boleh numpang duduk di sini gak, pak?" tanya lelaki itu lagi.

"Oh, boleh, dek. Boleh," jawab tukang ojek itu lagi sembari tersenyum. Lelaki itu tersenyum.

"Makasih ya pak," ucapnya singkat.

"Baru balik ngampus, dek?" tanya tukang ojek itu, basa-basi. Lelaki itu menoleh.

"Iya, pak. Tapi ada yang ketinggalan jadi kudu balik lagi," jawab lelaki itu. Tukang ojek itu hanya mengangguk sebagai jawaban dan sebagai penutup obrolan mereka. Lelaki itu merenung lagi. Ia masih memikirkan berkas tugasnya yang tertinggal di kampus.

"Pasti itu tugas gua ketinggalan di perpus deh," pikir lelaki itu yang meyakini jika berkas tugas miliknya tertinggal di perpustakaan fakultasnya. Ia meremang memikirkannya.

[1] Creepy Campus • Chanbinhyun ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang