"HARIS!"
Haris tergeletak pingsan di hadapan Krishna dan Bintang sebelum mereka mendatangi ruang unit kesehatan mahasiswa. Krishna memapah tubuh lemah Haris, namun tidak dengan Bintang. Lelaki berbisep besar itu hanya menghela napasnya kesal.
"Yah, lu mah, Ris, Ris. Ngapain sih pingsan di sini? Mana itu ruangan unit kesehatan mahasiswa ada di lantai 4 lagi," keluh Bintang tanpa membantu Krishna memapah tubuh Haris. Krishna mendelik kesal.
"Ini lu bisa bantuin gua gak sih anjing?! Lu mau apa diamuk sama bapak dia?!" tanya Krishna kesal. Bintang bergidik membayangkan ia bisa dipenggal oleh ayah Haris.
"Hih, ngga! Ya udah gua bantu lu. Tapi kita pake lift aja! Gak usah pake tangga berat gua!" ucap Bintang. Krishna mendengus.
"Ya lagian siapa yang pengen gendong Haris naik tangga? Lu mau? Kalo gua sih ogah," ucap Krishna. Bintang mendelik kesal. Ia segera membantu Krishna memapah tubuh Haris dan segera menaiki lift yang ada di sana menuju lantai 4 gedung Fakultas Seni dan Sastra.
Saat pintu lift terbuka, mereka berdua langsung membawa tubuh lemah Haris masuk ke dalam ruangan unit kesehatan mahasiswa yang kebetulan tidak pernah dikunci. Di dalam ruangan itu terlihat pula staf kampus yang menjaga shift malam.
"Pak, tolong, pak!" ucap Krishna khawatir. Lelaki yang bertugas sebagai staf itu terbelalak saat melihat tubuh Haris.
"Kalian bisa tunggu di luar ya, saya akan menangani teman kalian. Biarkan teman kalian beristirahat," ucap staf unit kesehatan mahasiswa itu. Krishna dan Bintang mengangguk dan tersenyum.
"Tolong ya, pak," ucap Krishna.
"Makasih banyak, pak," ucap Bintang.
"Kalian abis ikut demo?" tanya lelaki yang menjadi staf itu.
"I-iya, pak," jawab Krishna dan Bintang bersamaan.
"Pantas lukanya separah ini," ucap staf itu lagi.
Krishna dan Bintang akhirnya duduk di kursi panjang yang ada di depan ruang unit kesehatan mahasiswa. Tak terasa, waktu terus berlalu sehingga Krishna dan Bintang duduk di sana hingga mulai terdengar kumandang adzan Maghrib dari masjid di kampusnya.
"Hoam!" Bintang yang sedang menguap, disenggol bisepnya oleh Krishna sehingga ia tersentak kaget.
"Anjing! Lu ngagetin gua ae dah bang!" gerutu Bintang. Krishna mendengus.
"Bin, ini kita nanti ngomong ke bapaknya Haris gimana dah?" tanya Krishna bingung. Bintang menghela napasnya, ia juga bingung ingin menjawab apa terlebih karena mereka berdua tahu bagaimana galaknya Indra Yoga Jenindra, ayahanda Haris dan Melky. Bintang terlihat berpikir.
"Eum, gini aja deh, bang. Nanti lu tinggal bilang aja dia kena lempar batu anak STM pas kita lagi lewatin kawasan demo. Lagi pula kan toko buku langganan kita Deket gedung DPRD tuh, nah pas kan kita bisa pake alesan kita lagi beli buku. Gimana?" pikir Bintang sembari tersenyum. Namun tidak dengan Krishna.
"Dih si dongo!" ucapnya kesal. Bintang mengernyit.
"Lah, Napa emang?" tanyanya.
"Lu gak liat kita bertiga pada pake jas almamater kek gini? Pasti papinya Haris tau lah kalo kita abis ikutan demo. Lagi pula gua bisa aja alesan penelitian sedangkan lu alesan KKN tapi gak buat Haris. Dia kan junior lu!" ucap Krishna.
"Oh, iya sih," pikir Bintang lagi sembari menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Lu mau apa ditebas leher lu sama om Indra?" tanya Krishna. Bintang terbelalak.
"N-ngga!"
"Kalo gak ditebas ya lu dicekik nih kek gini!" ucap Krishna lagi sembari mencekik Bintang. Bintang terbelalak lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Creepy Campus • Chanbinhyun ✓
Horror"𝐀𝐧𝐨𝐭𝐡𝐞𝐫 𝓘𝓷𝓭𝓲-𝓖𝓸!" (Feat. Han Jisung & Junhan) Menceritakan ketiga mahasiswa di salah satu universitas swasta Jakarta Selatan yaitu Universitas Tujuan Bangsa yang sedang melakukan demo, namun sayangnya mereka bertiga harus dikejar oleh...