Krishna akhirnya keluar dari ruangan unit kesehatan mahasiswa dan terlihat celingukan ke kanan dan kirinya. Ia bingung karena letak cafetaria ataupun koperasi mahasiswa tak ia ketahui. Ia lupa bertanya pada Haris, tapi ia juga merasa kasihan jika ia harus kembali lagi ke dalam. Pikirnya Haris sudah istirahat.
"Ini kopma atau cafetaria di mana sih? Gua mau nanya sama siapa ini? Gak ada siapa-siapa di sini. Mahasiswa gak ada, dosen-dosen gak ada, staf kampus ataupun fakultas juga gak ada," ucap Krishna monolog.
"Mana ini gedung FSS serem banget pula. Sepi, serem, remang-remang, kek kuburan China aja deh ah," ucap Krishna lagi. Ia yang merasa merinding berlari kecil dengan arah yang asal.
"ARGH! ADUH! AW! SAKIT PAK!" teriak Handoko saat ia dan Hanan sudah berada di ruangan unit kesehatan mahasiswa lagi setelah mereka berdua berhasil bertemu dengan staf yang berjaga. Jari tangan Handoko yang sempat terjepit oleh pintu sekre yang ditutup paksa oleh Hanan terlihat sedang diolesi oleh alkohol.
"Mbak Nansi!" panggil Staf itu pada seseorang. Terlihat seorang gadis cantik dengan pakaian yang sedikit terbuka di bagian dada itu datang membawa perban.
"Iya, pak?" tanyanya dengan suara pelan. Handoko terlihat melongo melihat buah dada besar milik gadis bernama Nansi itu yang seolah mengintip dari sarangnya. Ia menelan ludahnya dengan susah payah.
"Tolong ya bantu perban tangan dia. Bapak mau ada urusan sebentar," ucap staf unit kesehatan mahasiswa itu dan berlalu pergi.
"Baik, pak," ucap Nansi pelan. Ternyata Nansi adalah asisten staf kesehatan mahasiswa. Hanan yang melihat staf itu akan keluar tersenyum.
"Terima kasih ya pak," ucap Hanan.
"Maaf ya mas, sini tangannya," ucap Nansi. Handoko terpesona melihat buah dada gadis itu.
Puk
Puk
PukHandoko tersentak saat melihat Hanan menepuk bagian betisnya. Ia menoleh ke arah gadis itu.
"Apaan sih kak Hanan gangguin aja deh ah!" gerutunya sebal. Hanan menghela napasnya.
"Gua pengen ke WC!" ucap Hanan pelan.
"Ya udah sana! Hush, hush!" ucap Handoko yang seolah mengusir Hanan. Gadis itu mendelik kesal.
"Tai, lu!" ucapnya singkat dan segera keluar dari ruangan itu.
"Gimana, masih sakit?" tanya Nansi. Handoko menggigit bibir bawahnya.
"Aduh bulet ya mbak," ucap Handoko asal.
"Iya ini kan saya bungkus perbannya bulet, mas," ucap Nansi. Handoko masih melihat belahan buah dada Nansi.
"Aduh, copot mbak," ucap Handoko asal.
"Ngga, mas. Gak copot kok saya perbaninnya kenceng. Tapi kalo masnya sakit bilang ya," ucap Nansi yang masih membalut kain kasa pada seluruh jari tangan kanan Handoko. Lelaki itu melihat ke arah juniornya yang ada di balik celana jeans-nya yang mulai terbangun. Ia meringis.
"Yah, yah, yah, bangun deh lu. Ngapain bangun sih ah!" ucap Handoko pelan.
"Kalo sakit bilang ya," ucap Nansi dan memberikan alkohol pada kedua lengan Handoko.
"Aduh, aduh, kenceng mbak," ucap Handoko asal.
"Oh, perbannya kekencengan ya, mas? Sekarang udah enak belum?" tanya Nansi saat ia sedang membalut kain kasa pada lengan Handoko. Lelaki itu menggeleng.
"Udah selesai."
"Loh, mbak Nansi pengen kemana?" tanya Handoko.
"Mau urusin dokumen yang lain atuh, mas," jawab Nansi.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Creepy Campus • Chanbinhyun ✓
Horror"𝐀𝐧𝐨𝐭𝐡𝐞𝐫 𝓘𝓷𝓭𝓲-𝓖𝓸!" (Feat. Han Jisung & Junhan) Menceritakan ketiga mahasiswa di salah satu universitas swasta Jakarta Selatan yaitu Universitas Tujuan Bangsa yang sedang melakukan demo, namun sayangnya mereka bertiga harus dikejar oleh...