"Apa kau melihatnya unnie?" aku menunggu Jisoo unnie menjawab pertanyaanku.
"Anni" jawabnya polos, aku langsung mendesah kecewa. Apa ini, kecewa? Kenapa aku kecewa karna info gugatan cerai itu hanya rumor?
"Tapi Lisa, hal itu terjadi saat ayahnya Tae Kwan menjadi Ketua Majelis Nasional" ucap Jisoo unnie lagi yang membuatku mengerutkan kening.
"Itu mungkin saja, karna ayahnya memiliki kuasa di pemerintahan. Apa kau tidak tau para pejabat di negara ini bisa melakukan apa saja?" jelas Jisoo unnie yang kini membuatku paham.
"Itu bisa terjadi, tapi variabelnya sangat lemah, tidak bisa kita tarik ke kolom fakta. Aku hanya ingin membicarakan fakta saja unnie" ucapku kemudian Jisoo unnie terlihat berpikir.
"Perusahaan ayah Tae Kwan juga pernah diselidiki karna dugaan pencucian uang dan perusahaan cangkang, setelah tiga minggu penyelidikan, status kasus tersebut naik ke penyidikan, tapi hanya dua hari kasus yang sudah berstatus penyidikan tersebut tiba-tiba dihentikan" kali ini informasi dari Jisoo unnie cukup menarik, tapi untuk apa? Aku tidak tertarik untuk menjatuhkan Tae Kwan, aku sedang mencari alasan untuk membantu keluarga paman Smith.
"Ibunya yang seorang hakim, sering menangani kasus besar pengusaha dan pejabat, tidak heran dia bisa melakukan hal itu untuk suami dan anaknya" Jisoo unnie menyambung ceritanya.
"Aahh tapi itu tidak berguna untukku unnie" ucapku yang merasa bosan dengan cerita Jisoo unnie.
"Wae? Kau tidak tau kalau kasus itu juga menyeret perusahaan pamanmu? Bahkan perusahaan pamanmu menurun sejak kasus itu" ucap Jisoo yang membuatku menatapnya lagi.
"Ada apa? Kenapa menyeret InterLuxe?" tanyaku penasaran.
"Tentu saja karna CEO-nya saat itu terlibat dalam pencucian uang dan beberapa bukti menunjukkan ada keterlibatan InterLuxe dalam kasus tersebut" jelas Jisoo unnie yang bisa ku mengerti, tentu saja pemimpin yang pro aktif dalam suatu kasus perusahaan lain membuat perusahaan yang dipimpinnya juga harus diselidiki.
"Tapi kenapa InterLuxe mengalami penurunan? Sentimen publik?" tanyaku menerka.
"Jika itu sentimen publik bukankah seharusnya perusahaan ayah Tae Kwan lebih terdampak? Perusahaannya sekarang masih masuk lima besar yang terbesar di Korea apa kau tidak tau?" tanya Jisoo unnie yang membuat ku mendelik tajam.
"Tentu saja aku tau" jawabku, dia anggap apa aku ini.
"Kau kan CEO yang bergerak di bidang investasi, apa menurutmu perusahaan terbesar nomor satu di Asia milik pamanmu itu akan jatuh hanya karna sentimen publik?" tanya Jisoo lagi, yaa kali ini dia benar, tidak mungkin perusahaan besar seperti itu merosot jauh hanya karna sentimen publik.
"Itu yang menimbulkan tanda tanya, ku kira karna Tae Kwan pemimpinnya, dia sungguh bodoh dalam menjalankan perusahaan" ucapnya lagi yang membuat ku teringat pernah merendahkan kemampuannya di meja makan. Tapi, apa sesederhana itu?
"Sudah sampai mana cerita kalian?" tanya Rose yang sudah kembali.
"Ahh informasi dariku banyak yang tidak berguna baginya" ucap Jisoo unnie dengan wajah kesal karenaku.
"Bagaimana mungkin informasi dariku bisa membantu" Rose ikut memasang wajah lesu karna merasa akan sia-sia.
"Kenapa kalian berdua terlihat kecewa?" aku heran melihat raut kurang semangat dari mereka berdua.
"Yak, Lalisa, kita jarang sekali menghabiskan waktu yang lama bersamamu. Apa menurutmu kami berdua tidak akan sedih jika kau kembali lagi ke sana?" ucap Rose yang membuatku diam menatapnya.
"Kalian sedang berusaha membuatku untuk tinggal lebih lama di sini?" tanya ku menyipitkan mata, Jisoo unnie memberikan anggukan lemahnya.
Sebenarnya, aku sudah punya setengah tekat untuk lebih lama di sini. Mengurus beberapa hal yang baru saja aku ketahui. Tapi setengah tekat lainnya, bagaimana cara ku menemukannya? Semua cerita dari Jisoo unnie tidak menggerakkan hatiku untuk membantu pamanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rest of Us
FanfictionTerpisah di dua belahan dunia berbeda, dua jiwa yang pernah bersatu harus berjauhan karena takdir yang tidak memihak. Lisa dan Jennie, dipisahkan oleh rintangan tak terduga, menjalani hari-hari mereka dengan bayangan kenangan indah. Mengalami hal-ha...