Author POV
Seorang pria berstelan jas rapih dengan dasi warna merah maroon di lehernya tengah berjalan menyusuri lorong yang diterangi oleh cukup cahaya. Dentuman sepatunya di lantai terdengar mewah mengetuk ubin, tapi perasaannya saat ini sedang tidak karuan.
Ia mengetuk pintu salah satu ruangan yang ada di gedung tersebut dan masuk dengan gelagat cemas yang sulit untuk ia sembunyikan. Seseorang yang duduk di kursi kebanggaannya tersebut memutar badan dan menatap pria yang gugup tersebut dengan nyalang dibalik kaca matanya.
"Apa kau akan membiarkan kubu lawan menjadikanmu bulan-bulanan?" suara bariton yang sudah cukup ringkih itu bertanya dengan tegas.
"Maafkan saya Hwejangnim" ucap Tae Kwan, pria yang beberapa hari ini sibuk kampanye sana sini agar bisa menang sebagai wali kota terpilih di pemilu nanti.
"Ayahmu mengatakan padaku dia akan mengurus semuanya, tapi lihatlah, tidak satupun kekacauan ini yang diselesaikan olehnya. Aku memang menerima uang ayahmu, tapi bukan berarti aku terima jika harga diri partai ku terinjak seperti ini!" pria tua tersebut yang bernama Oh Myung-Soo terlihat marah pada Tae Kwan.
"Hwejangnim, saya sedang mengurus nama baik saya sebagai CEO InterLuxe. Tunggulah beberapa saat, saya akan menjamin semuanya lancar" ucap Tae Kwan menunduk pertanda hormat.
"Kerahkan semua kemampuanmu dan ayahmu, jika kalian akan bermain-main, maka aku tidak akan segan segan meninggalkan mu sendirian di arena ini" ucap Myung-Soo tanpa belas kasihan pada Tae Kwan.
Tangan Tae Kwan mengepal di bawah, ia merasa pria di depannya ini sedang berusaha menginjak injak bahunya. Tapi dia tidak bisa melawan, ia harus terus mengikuti arahan pria tua ini atau kalau tidak ia hanya akan mendapatkan kerugian dalam pencalonan ini.
Tae Kwan keluar dari ruangan tersebut dengan wajah masam, sekretarisnya yang sedari tadi menunggu di luar berjalan mengikuti langkah kaki Tae Kwan.
"Dia pikir dia akan selamanya bisa menginjakku?" gumam Tae Kwan saat dia sudah berada di dalam mobil. Kim Min Jae, sang sekretaris sekaligus tangan kanan Tae Kwan meliriknya melalui spion.
"Antarkan aku ke tempat Eun Hye" perintah Tae Kwan pada Min Jae.
"Tuan, apakah ini aman?" tanya Min Jae yang mengkhawatirkan tindakan Tae Kwan ini akan terendus oleh wartawan.
"Ku rasa kau perlu berhati-hati selama musim pemilu ini tuan" ucap Min Jae menasehati Tae Kwan.
"Kau berusaha menasehati ku? Kau sudah bosan bekerja dengan ku hah?!" Tae Kwan mengamuk di dalam mobil.
"Tidak tuan, saya akan mengemudi ke sana" ucap Min Jae yang akhirnya hanya bisa menuruti Tae Kwan.
Tae Kwan menyimpan wanitanya di sebuah apartment elit di wilayah Goyang. Selama bertahun-tahun, lebih tepatnya delapan tahun ini Tae Kwan menjalin hubungan gelap dengan wanita tersebut. Wanita yang ia temui saat sedang bersenang-senang di sebuah tempat judi kelas atas yang ada di Seoul.
Tae Kwan tidak peduli dengan latar belakang wanita tersebut sebagai wanita penghibur. Yang ia tau adalah, wanita tersebut miliknya setiap hari Kamis, Jum'at dan Sabtu. Dan tentu saja, wanita tersebut bisa ia andalkan untuk bersenang-senang di atas kasur, tidak seperti Jennie.
***
"Terus ikuti, tapi jangan lupa jaga jarak" ucap seorang pria yang memiliki brewok maskulin di wajahnya.
"Apakah Tae Kwan bergerak?" tanya Lisa menatap pria tersebut dengan serius.
"Ya nona, ia bergerak ke arah Goyang lewat tol. Dua orang kita sedang mengikutinya" ucap David, salah satu orang kepercayaan Lisa selama ia berada di New York.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rest of Us
FanfictionTerpisah di dua belahan dunia berbeda, dua jiwa yang pernah bersatu harus berjauhan karena takdir yang tidak memihak. Lisa dan Jennie, dipisahkan oleh rintangan tak terduga, menjalani hari-hari mereka dengan bayangan kenangan indah. Mengalami hal-ha...