14. Against The Heart

2.1K 245 30
                                    

Jennie POV

Satu minggu ini Tae Kwan sangat sibuk di luar, semenjak dia terpilih menjadi kandidat yang mewakili partai Demokrat untuk maju mencalonkan diri sebagai wali kota Seoul, aku sering berada di rumah sendiri bersama Ahyeon.

Aku tidak begitu tau sesibuk apa dia di luar sana sampai tidak pulang berhari-hari. Ketidak pulangannya bahkan membuatku merasa lebih baik saat ini. Aku merasa lebih aman dan bebas di rumah bersama Ahyeon bahkan Ahyeon bisa memainkan pianonya dengan wajah tersenyum setiap hari.

Tapi aku tidak sebodoh itu, aku tau Tae Kwan memiliki wanita lain di luar sana. Setelah Ahyeon lahir, Tae Kwan tidak pernah menyentuhku. Wajar saja jika ia memiliki wanita lain dan sekali lagi aku katakan, itu bahkan lebih baik untukku.

Aku hanya istri pajangan untuknya, nama besarku digunakannya untuk menarik perhatian orang lain. Setiap pesta yang dihadirinya selalu menggandengku dan membanggakan ku di sana, dan inilah bagian memuakkan dari hidupku. Aku harus bermain suami-istri di depan orang lain dan itu sangat menjengkelkan.

Pintu depan terbuka, aku bisa mendengar seseorang berjalan masuk ke dalam rumah. Tae Kwan terlihat lesu dengan sedikit acak-acakan pulang ke rumah sore ini.

"Kau minum minum di siang hari?" tanyaku yang heran dengan tingkahnya, bau alkohol begitu kuat dari tubuhnya.

"Yaaa kau tidak tau kalau aku sedang stress? Elektabilitasku tidak kunjung naik dan kandidat lain terlihat lebih tenar daripadaku di mata masyarakat. Aku butuh minum untuk menjaga kewarasanku" ucapnya sambil menyandarkan dirinya di sofa.

Ahyeon yang baru masuk ke rumah terdiam melihat ayahnya yang pulang dalam keadaan seperti ini lagi, ia menarik napasnya dalam dan pergi berlalu menuju kamarnya untuk ganti baju karena baru pulang les.

Aku mengambil jas Tae Kwan dan membawanya untuk di taruh ke keranjang cucian. Aku merogoh sakunya dan mendapatkan struk belanjaan di sana, tertulis tanggal di kertas tersebut adalah tanggal yang sama dengan hari ini. Ternyata dia membelikan wanitanya tas dan perhiasan lagi.

"Setidaknya kau berhati-hatilah jika bertindak di luar sana, kau adalah sorotan saat ini. Bagaimana bisa kau datang ke pusat perbelanjaan besar seperti ini bersama selingkuhanmu. Kau tidak takut seseorang memotret kalian dan memviralkannya?" tanyaku menatapnya dengan dingin.

"Cih, kau tidak tau orang tua ku bisa melakukan apa saja?" ucapnya dengan sombong masih dengan mata tertutup.

"Ya dan kau tidak tau lawan mu dalam kontestasi politik ini juga bisa melakukan apa saja? Berhentilah menimbulkan masalah untukku" ucapku yang membuatnya membuka mata saat ini, dia mendatangiku.

"Apa kau bilang? Aku menimbulkan masalah untukmu? Bukankah ini sebaliknya?" ucapnya sambil mencengkram rahangku dengan kuat.

"Apa yang sudah kau lakukan untukku selama ini? Aku ingin anak laki laki tapi kau berikan anak perempuan pembangkang. Saat aku sibuk kampanye apa kau pernah menunjukkan dirimu ke publik untuk menjadi istri yang baik dan manis hah?!" Tae Kwan berteriak tepat di depan mukaku.

"Aku sudah katakan padamu, ceraikan aku, biarkan aku dan Ahyeon hidup berdua" jawabku yang membuatnya semakin murka.

"Wanita tidak tau diri!" ucapnya sambil mendorong ku ke sofa dan tubuhku terbanting ke bawah, keningku terkena ujung meja yang tumpul tapi cukup membuat ku terluka.

"Kenapa kau selalu ingin bercerai denganku? Apa kau melihat kesuksesan Lisa dan kini kau ingin menjilat kakinya kembali?" tanyanya yang membuat dadaku sakit, kenapa dia selalu membawa-bawa Lisa akhir akhir ini.

"Jangan pernah memimpikan aku akan membiarkan mu hidup bahagia Jen" ucapnya sambil berjongkok di depanku.

"Menjauhlah dari Nini dad, kau tau aku bisa menelpon polisi saat ini juga" aku menoleh menatap Ahyeon yang menatap dingin kepada Tae Kwan.

Rest of UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang