11 || BERLIAN

84 17 5
                                    

"Sama hal nya seperti harga diri seorang wanita, air mata mu itu berlian tidak sembarang orang bisa melihatnya. "

- Elzaeno Rafael Miller.

o0o

Seperti hari-hari sebelumnya. Kanna sudah bersiap untuk berangkat kerja. Ia berdiri dari tempat duduk nya. "Bunda, Kanna berangkat kerja dulu ya. " ucapnya.

"Hati-hati ya sayang. Oh iya kamu ingat kan sekarang hari apa?" Tanya Lisa.

"Inget kok bun. Mana mungkin Kanna lupain hari dimana kita kehilangan ayah. " Ucapnya sambil tersenyum ke arah Lisa.

"Masya allah, anak nya bunda pinter banget sih. " Balas Lisa sambil mencubit hidung Kanna.

"Yaudah Kanna pergi dulu, Assalamu'alaikum bunda. "

"Wa'alaikumsalam. "

Kanna keluar dari rumah nya. Namun ia melihat sebuah mobil sudah terparkir di depan rumah nya. "Mobil siapa sih, parkir kok sembarangan. "

Kanna berjalan menuju mobil tersebut dan berniat menegur si pemilik mobil karena sembarangan parkir di depan rumah nya. Namun belum sempat ia menegur si pemilik mobil, ia menyadari satu hal.

"Bentar, kok kaya kenal mobil nya?" Bingung Kanna.

Seorang laki-laki keluar dari mobil dan berjalan menuju arah Kanna membuat Kanna terkejut. "Bapak ngapain disini?" Tanyanya kepada si pemilik mobil yang ternyata adalah Elzaeno.

"Jemput kamu, " jawab Elzaeno.

"Maksud bapak, bapak pagi-pagi datang kesini cuma untuk jemput Kanna?" Tanya Kanna.

Elzaeno berbalik bertanya. "Iya, kenapa emang nya?"

"Maaf bukannya menolak, tapi Kanna ga enak nanti di liatin orang kantor nanti apa kata mereka?"

"Kamu kan sekretaris saya, jadi apa yang perlu di takutkan?"

"Oh iya juga ya. " Ucap Kanna seraya tersenyum. "Kok gue jadi bego anjir. " Celetuknya.

Elzaeno berjalan menuju arah pintu mobil tapi bukan pintu pengemudi melainkan pintu sebelahnya lalu membuka pintu mobil tersebut. "Silahkan masuk, " ucapnya.

Kanna mematung. "Eh? Padahal Kanna bisa buka sendiri hhe." balas nya seraya berjalan memasuki mobil.

"Jangan banyak komplain, "

"Iya iya pak, "

Beberapa menit kemudian Elzaeno melajukan mobil nya menuju arah kantor. Hingga setelah itu Kanna melirik tangan kanan Elzaeno yang di perban.

"Tangan bapak kenapa?" Tanya Kanna seraya melirik tangan kanan Elzaeno.

"Gapapa, " jawab Elzaeno singkat.

"Bohong. Itu tangan nya sampe di perban berarti luka nya dalem kan?" Tanya Kanna. "Sakit ya, pak?" Sambungnya.

"Ada yang jauh lebih sakit dari pada ini. " Lirih nya. "Tapi kamu mau ga bantu saya biar tangan saya cepat sembuh?" Lanjut Elzaeno.

ELZAENO Real or Fiction?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang