Di antara semua samudra warna yang kujelajahi, tak ada yang ronanya semempesona dirimu. (Senara Candramaya '1943)
Bertahun-tahun aku menghabiskan hidup untuk merakit kata, tetapi segala hal yang terucap dari bibirmu mengalahkan indahnya semua yang kutuliskan. (Jagat Prajapandu '1943)
___________________
Setiap manusia dilahirkan di dunia dengan takdir yang berbeda-beda, beberapa memilih mengikuti alur yang telah digariskan, tetapi tak sedikit yang berusaha keras menggapai apa yang mereka impikan.
Maka Senara adalah golongan yang kedua, ia haus akan mimpi. Menghabiskan hari-harinya dengan kanvas dan kuas membuatnya terkadang takut akan masa depan nantinya; bisakah ia bertahan hidup dengan mereka?
Sejak invasi Nippon di Nusantara, peradaban berubah. Mulanya, para warga merasa lebih bebas dan diberikan kuasa. Lambat laun, kedok asli dari penjajah mulai terkuak. Bumi yang ia impikan untuk menjadi rumah singgah, dijarah habis-habisan oleh tamu tak diundang itu, kebebasan telah sirna.
Senara kira, mimpinya telah mati.
Faktanya, seorang insan yang ia temui saat pameran di pusat kota mengubah dirinya. Putra dari keluarga tersohor, yang candu akan namanya sastra dan seni rupa membawanya hidup kembali.
Senara dan Praja, beriringan melampaui jembatan adiwarna.
Tuhan, jika memang kami tidak ditakdirkan bersama
Kenapa Kau biarkan kami berjumpa?
Tuhan, jika memang kisah cinta kami akan sirna
Kenapa Kau biarkan rasa ini ada?Bersambung—
KAMU SEDANG MEMBACA
SEMESTA ADIWARNA; Jika Mimpi Menolak Dusta
Romance1943. Manakala Bumi Putera menjadi saksi dua insan yang saling memadu kasih. Sebagai seorang seniman, tak ada hal yang bisa lebih baik bagi Senara selain berlayar di samudra kanvas bersama bahtera kuas dan pancarona. Setidaknya, sebelum ia berjumpa...