02

22 5 0
                                    

🦊🦊

Seorang Professor tampan baru saja selesai mengambil beberapa gambar di sekitar Kuil tua, yang kemarin pagi dilanda badai angin dan hujan secara tiba-tiba.

Langkah kakinya terhenti, saat netranya melihat jejak sepatu yang ukurannya lebih kecil dari ukuran sepatu miliknya. Professor itu berjongkok, ia menatap jejak sepatu yang dia yakini adalah jejak sepatu dari sepatu perempuan. Professor itu kembali berdiri, lalu menghampiri sang biksu yang baru selesai di wawancarai oleh salah satu wartawan.

“Oh! Professor Park, apa anda membutuhkan sesuatu?” tanya biksu itu.

Yuta Park—Professor tampan yang masih terlihat muda—menggelengkan kepalanya sembari tersenyum kecil. Kemudian dia bertanya, “Apakah di sini ada sesuatu yang hilang?”

Feeling nya seolah meminta Yuta untuk menanyakan hal itu.

Dan Biksu tua terdiam sejenak, ia mengingat-ingat apakah ada sesuatu yang hilang. Dan, ah, Ya! Guci itu!

“Ada, tapi bukan hilang. Sebuah Guci antik pecah karena terjatuh dari tempatnya.”

“Boleh aku melihatnya?” pinta Yuta.

Biksu itu mengangguk, lalu mengajak Yuta untuk masuk ke dalam Kuil yang menjadi tempat penyimpanan Guci antik yang dimaksud.

Yuta menghentikan langkah kakinya, begitu ia sampai di depan pecahan Guci antik yang masih berserakan di lantai. Tangannya terulur untuk mengambil salah satu pecahan Guci tersebut, Yuta menggenggamnya sembari memejamkan mata.

Sudut bibirnya sedikit terangkat sebelah, dalam instingnya, tergambar ada siluet seorang perempuan yang samar-samar ia lihat.

“Apa di sini sebelumnya tinggal seorang gadis?” tanya Yuta tanpa menoleh ataupun membuka pejaman matanya.

Biksu itu menjawab dengan cepat, sembari menganggukkan kepalanya. “Iya. Kemarin pagi, saat terjadi Hujan deras, ada seorang gadis yang berteduh di sini.”

Benar, bukan!?

“Setelah itu?” Yuta membuka matanya.

“Aku tidak tahu apa yang terjadi di dalam sini, hanya saja, setelah badai berakhir dan adikku mengecek tempat ini. Guci ini sudah pecah, perapian mati dan sedikit berantakan. Kurasa gadis itu ketakutan dan tidak sengaja memecahkan Guci antik ini,” terang biksu itu.

“Ada lagi?” Yuta berdiri dan menatap lukisan Rubah yang menempel di dinding.

Biksu itu melanjutkan, “Tidak ada, hanya pintu kuil ini yang rusak parah.”

Yuta tersenyum miring mendengarnya. ‘Tentu saja pintunya rusak parah. Karena itu bukan perbuatan manusia,’ kata Yuta dalam hati.

Pria tinggi yang mengenakan jaket hitam tebal itupun membalikan badannya menghadap biksu tua, dia pamit undur diri.

Di perjalanannya menuju parkiran, Yuta memikirkan siapa penyebab Guci antik itu pecah, dan ke mana perginya Makhluk itu?

Yuta tak melunturkan senyuman miringnya, mungkinkah dia punya tugas baru sekarang?

Hmm ...

“Di mana kau Gumiho?”

✧༎ຶ ෴෴ ༎ຶ✧

Jaehyun berulang kali menelpon keponakan satu-satunya itu, namun tetap saja berakhir dengan jawaban dari sang Agassi operator.

The number you called is not– ”

Jaehyun mengacak rambutnya frustasi, dia melemparkan Ponselnya ke atas sofa. Ibunya yang menangis sedari kemarin siang, tengah berusaha ditenangkan oleh teman keponakannya.

Secret Destiny [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang