2

429 31 3
                                    

Aku ada di koridor sekolah saat ini, setelah mengucap janji lisan ke Kotori kami memutuskan untuk berangkat sekolah.

Aku bersekolah di Raizen High School, salah satu sekolah baru yang dekat dengan rumah sekaligus sekolah yang sama dengan Shidou.

Karena di bangun di tempat bekas bencana membuat sekolah ini memiliki fasilitas keamanan yang terbaru, karena ini lah jumlah siswa/i yang ingin mendaftar sangat banyak hingga aku dan Shidou benar-benar harus bekerja keras agar di terima.

" ... Nnn, kelas 2-4 huh? Sepertinya kita sekelas lagi ya, Nii."

"Um, kalau begitu mohon kerja samanya~"

"Aku juga."

Kami akhirnya menemukan kelas kami, tanpa diduga aku sekelas lagi dengan Shidou, kupikir akan beda kelas karena susah menentukan kelas kami sendiri.

Dengan ini mungkin aku akan terlibat kedalam plot cerita, ahahaha canda.

Aku belum mendapatkan cheat atau kemampuan khusus, jadi aku masih manusia biasa.

Bedanya mungkin fisikku lebih kuat dari anak seusiaku, ini karena aku telah berlatih sejak dini dan sering berolahraga seperti berenang dan sejenisnya.

"Kyaa, Itsuka-san!!"

"Aku ada di kelas yang sama dengan Itsuka-san, bahagianya♥"

"Itsuka-san ... Hu ah hu ah~"

"Wangy wangy~"

"..."

Saat kami masuk tiba-tiba kelas jadi ramai, beberapa sorakan terdengar oleh para wanita yang memanggil namaku, ya itu nama keluargaku sih.

Aku melirik mereka, menempelkan jari telunjukku ke bibirku dan mengedipkan mata genit, ini isyarat untuk diam.

"Kyaa♥"

Teriakan kencang sebelum kembali sunyi, aku juga melihat beberapa gadis mengangguk atau terpaku dengan hidung yang mimisan dan wajah yang tersipu.

"Seperti biasa, kau selalu menjadi sorotan, Nii."

"Omong kosong, bukankah kau juga."

Shidou menatapku dengan senyum tipisnya, jelas ia mengejekku jadi aku segera mengklarifikasi permasalahan ini tapi di jawab dengan ia yang memutar bola matanya sambil menunjukkan wajah "Emang aku percaya, itu?" seperti itu.

Aku melihat ke papan tulis dimana terdapat kertas penempatan kursi duduk siswa, kami berdua mencari bersama.

Kulihat kursiku berada di belakang Shidou, ya jelas lah kan urutan nama kami bersebelahan jadi aku dibelakang dan Shidou didepan.

Mungkin karena aku hadir lalu siswa yang sudah ditetapkan berkurang satu namun aku tidak tau siapa dia dan yaa aku tidak peduli sih.

Tapi aku duduk di tempatnya Shidou, sang protagonis dunia ini, apa nanti aku bisa menggantikannya sebagai protagonis?

Ahahaha, canda.

Sejauh ini aku belum memiliki cheat atau kemampuan khusus, palingan tubuh yang lebih kuat dari orang seusiaku akibat aku sering berolahraga dan berlatih beladiri, selebihnya aku masih manusia biasa yang tak sempurna dan kadang salah namun di–.

"Itsuka Shidou."

Tiba-tiba di belakangku ada seseorang yang memanggil Shidou, dari suaranya harusnya sih cewek nih.

"Huh?"

"Eh?"

"Aku?"

Aku berbalik dan mendengar suara Shidou yang terkejut dan heran, ia bahkan menunjuk dirinya sendiri untuk memastikan kalau gadis itu benar-benar memanggilnya.

Aku melihat gadis cantik di depanku, tidak, kata kecantikan saja terasa kurang untuk menggambarkannya.

Gadis itu terlalu cantik dengan wajah bak sebuah boneka, ia memiliki rambut putih yang di potong pas sebahu dan tubuh yang pendek namun ramping.

Gadis itu benar-benar seperti boneka karena wajahnya seperti karya buatan yang terlalu di buat-buat sedemikian rupa, dan lagi ekspresinya yang terlalu datar membuat tidak ada gadis lain di kelas ini yang dapat menyandang gelar "Gadis Boneka" selain dia.

"Ya ..."

Mendengar pertanyaan Shidou, gadis itu menjawab sambil sedikit mengangguk.

"Ke-kenapa kau tau namaku?"

"Apa kau tidak ingat?"

"Um"

"Oh."

Gadis itu bertanya sambil memiringkan kepalanya namun saat mendengar pengakuan Shidou yang blak-blakan membuat gadis itu terlihat kecewa.

Ia kemudian pergi ke bangkunya dan mulai duduk sambil membaca buku yang terlihat tebal.

Pow

"Gefhuu!"

"Apa yang kau lakukan, Tonomachi!"

"Hei, kau terlihat bersemangat, Sexual Beast Itsuka!"

Aku mendengar kembali percakapan Shidou dengan orang lain, ia adalah Tonomachi Hiroto, teman Shidou yang cukup akrab dan agak menyimpang.

"Bisakah kau tidak mengatakan itu?"

"Ah, Itsuka-san, ahaha maaf aku tidak sadar ada kau disana."

Aku berkata dengan dingin kepadanya, yaa itu juga karena aku merasa cukup terhina dengan panggilan Tonomachi ke Shidou, ya kan nama keluarga kami sama-sama "Itsuka"..

"Haa, lupakan."

Aku melambaikan tanganku lalu pergi meninggalkan mereka, aku pergi ke tempat dudukku yang kebetulan ada di samping gadis yang tadi.

Kalau tidak salah namanya adalah Tobiichi Origami, gadis super berbakat yang sangat terkenal di sekolah kami.

Karena tidak hanya secantik boneka tapi ia sangat berbakat baik dari segi akademik sampai non-akademik yang sangat abnormal, toh biasanya orang lain hanya akan fokus ke satu hal saja.

Biasanya orang jenius dalam pengetahuan akan lemah di olahraga dan begitu pula sebaliknya tapi ia berbeda, ini seperti ia telah mematahkan kebiasaan itu dengan dirinya sendiri.

Menakjubkan sekaligus menakutkan.

Meski aku juga dianggap jenius dalam pengetahuan dan olahraga sepertinya tapi itu karena aku memiliki jiwa dan ingatan dari kehidupanku sebelumnya jadi kebijaksanaanku lebih berbeda dengan yang lainnya.

Tapi ia berbeda denganku bahkan kepintaranku kalah darinya membuatku tidak bisa untuk tidak mengaguminya.

Tapi aku tidak bermaksud mengganggunya jadi aku juga melakukan hal yang sama yaitu duduk dan membaca buku.

Meski aku tidak ada cheat atau hal lain tapi ilmu pengetahuan juga bisa dianggap sebagai kekuatan, itu yang dikatakan orang bijak kuno dari duniaku.

Saat asik membaca, bel sekolah berbunyi menandakan kelas akan segera di mulai.

Aku segera memasukkan bukuku dan duduk cukup tegak sambil memandang ke depan.

"Itsuka-san sangat keren~"

"Um, saat ia membaca buku atau ia duduk, itu terlihat tampan."

"Uust, jangan berisik sebentar lagi wali kelas kita muncul!"

Aku mendengar percakapan mereka, yaa mungkin mereka telah berdiskusi dari tadi tapi aku tidak mendengarkannya dan saat aku berhenti fokus baru lah aku sadar.

Aku sebenarnya tidak terlalu senang saat di bicarakan seperti itu tapi aku juga tidak membencinya.

Meski itu risih tapi sifat manusiaku tidak menolaknya, karena sebagai manusia aku cukup suka di puji dan dikagumi.

Namun aku juga sadar kalau terlalu terlena oleh kekaguman dan pujian dari orang-orang hanya akan menjerumuskanku ke sikap arogansi dan narsisme.

Ruler Dimensional Chat Group Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang