Jangan lupa vote & comment biar makin semangat upnya😉
•••
"You realize how fine she is
She's just what you've been looking for."Happy reading!
ฅ'ω'ฅ
Sudah menjadi kebiasaan Maya dan Varel untuk bertemu dengan keluarga mereka disetiap pergantian semester. Entah itu mereka yang pulang kampung atau keluarga mereka yang mengunjungi. Ayah dan Bunda Varel sudah mengunjungi mereka disaat libur semester kemarin dan sekarang giliran Mama dan Abang Maya yang mengunjungi mereka. Jadi untuk pertengahan tahun ini, mereka tidak pulang kampung sama sekali.
"Ya, yang penting jangan yang ngerokok sama suka minum alkohol aja, Dek."
Maya yang sedang mewarnai kuku kakinya terhenti seketika saat mendengar sang Mama berbicara seperti itu, dia menahan keras ekspresinya supaya tidak terlihat tersindir oleh ucapan wanita itu. Maya dan Mamanya sedang dikamar lantai dua rumah Varel, bisa disebut juga kamar tamu yang biasanya sering dipakai untuk teman-teman Varel ataupun Maya yang menginap. Saat ini kamar itu sementara dihuni oleh Mama Maya, sedangkan Erza— Abangnya menempatkan diri dikamar Varel.
Selain teman dari kecil seperti dirinya dan Varel, Erza juga adalah sahabat sekaligus teman kelasnya Varel saat SMK dulu dan mereka selalu akrab bersama meskipun sudah lama tak berjumpa.
Kenapa Winia— Mamanya bisa berbicara seperti itu karena sang Mama tiba-tiba bertanya tentang kisah percintaan anaknya dan juga, Mamanya belum tahu kalau Maya ini adalah perokok dan peminum, kecanduan tingkat akut pula.
"Mhm ... iya." jawabnya cuek, dengan tangan yang memoles satu per satu kuku kakinya dengan cat kuku berwarna merah tua.
Winia sedang terduduk di lantai bersamanya, merapihkan baju-baju miliknya yang berada dikoper untuk ia pindahkan ke lemari, "Kaya Varel, tuh." ujarnya sembari melipat salah satu pakaiannya. "Anak baik-baik, pinter, multitalenta, mandiri—"
Maya mendengus mendengarnya, senyuman yang mengejek terlukis di bibirnya. Belum tau saja kalau Varel berhadapan dengan seorang 'perempuan' itu akan seperti apa.
Tapi kalau dipikir-pikir betul juga ucapan Mamanya ini. Kalau Varel tidak gila perempuan, dia akan benar-benar mendefinisikan seorang laki-laki green flag yang sesungguhnya. Tidak suka rokok, apa lagi alkohol, rajin, bersih, tidak bertato dan bertindik seperti Maya dan teman-temannya, pintar, selalu meraih nilai A disetiap mata kuliahnya, punya masa depan atau bisa dibilang sudah menyusun masa depannya, jago bernyanyi dan bermain alat musik dan punya penghasilan sendiri dari dia memanggung bersama bandnya. Hanya karena satu sifat buruknya itu bisa membuat semua mata tertutup akan kelebihannya.
"Ah, Varel mah apaan." celetuk Maya.
Winia menatapnya dengan ekspresi kebingungan, "Apa? Kan kalian teh udah deket dari kecil atuh." ujarnya lalu mendorong koper miliknya yang sudah kosong ke pojok kamar. "Kalo kata Mama mah, kalian teh cocok-cocok aja ah." tambahnya.
"Ih!" Maya mengernyit. "Ga minat Adek mah, Ma," lanjutnya.
"Loh, kenapa?" tanya wanita yang mendudukkan dirinya diatas kasur. "Kamu mah sukanya sama cowo yang nakal-nakal, ya?"
Maya menggelengkan kepala, "Engga, lah! Adek emang lagi ga mau pacaran we."
"Oh ... bisi we Adek suka sama cowo yang kaya gitu." ujar Winia. "Atau engga, kaya mantan kamu, si Jian."
KAMU SEDANG MEMBACA
Alcohol Free
RomanceWARNING : Mature, harsh words, mental issues, family issues, trauma, self-harm. 𝖦𝗋𝗎𝗆𝗉𝗒 𝗀𝗂𝗋𝗅 𝗑 𝗌𝗎𝗇𝗌𝗁𝗂𝗇𝖾 𝖻𝗈𝗒, 𝗌𝗅𝗈𝗐𝖻𝗎𝗋𝗇(?), 𝖼𝗁𝗂𝗅𝖽𝗁𝗈𝗈𝖽 𝖿𝗋𝗂𝖾𝗇𝖽. Cewe yang hobinya Clubbing, pemabuk plus perokok dipersatukan dal...