4 | Childhood friends

44 4 0
                                    

Jangan lupa vote & comment biar makin semangat upnya😉

•••

happy reading!

ฅ'ω'ฅ

"May." panggil Varel, sedang mengikuti langkah Maya yang entah arahnya kemana.

Saat ini Maya sedang ngambek, seperti yang dilakukan perempuan-perempuan pada umumnya kalau sedang kesal. Sedari tadi Maya berjalan menjauh dari Hugeo entah niatnya ingin apa tapi pastinya menghindari Varel dan Varel tau betul bagaimana cara ia akan mengatasinya.

"May, masa lu mau balik jalan kaki." kini langkahnya sejajar dengan Maya, tak perlu dengan effort lebih dia bisa mengejar Maya dengan mudah meskipun perempuan itu mencoba melangkah lebih cepat darinya.

Varel secara tiba-tiba menggenggam tangan Maya lalu mengayun-ayunkannya, "Maya ... Maya ..." mereka berdua terlihat seperti anak kecil sekarang, tapi Maya tetap tak merespon. Tak lama dia melepas paksa tangan Varel dari tangannya.

"Ih, galak." suara Varel terdengar dimanja-manjakan.

Maya memutar bola matanya lalu menghela napas sebelum ia membuka suara, "Mau apa lagi, sih, Rel?" dari nada suaranya sih ga ngegas, tapi kedengeran jelas kalo Maya lagi kesel pake banget.

"Mau balik, lah. Emangnya lu mau balik sendiri? Nanti disrempet klitih, loh." Varel mencolek-colek pipi Maya sembari menyeringai seolah-olah tidak baru saja membuat gagal kesempatan Maya memiliki pacar.

Maya langsung menepis tangan yang menyentuh pipinya itu, "Gausah pegang-pegang, haram."

"Yaelah, kaya gue yang ngabisin seperempat botol Whiskey aja lu mah." balas Varel

Merasa mereka semakin menjauh dari Club yang mereka datangi, Varel langsung menggenggam tangan Maya lalu berjalan ke arah berlawanan untuk kembali ke Hugeo, ia kira Maya akan melawan atau memukulnya dengan tas bahunya sembari berteriak memaki-makinya, tapi ternyata tidak, Maya malah menurut saja dan mengikuti langkahnya, walaupun sambil cemberut. Mungkin karena pengaruh alkohol jadinya Maya ga sebrutal biasanya.

Ada dua kemungkinan, mode brutal Maya yang lagi off atau Maya punya rencana lain buat menghantamnya kapan saja, Varel hanya bisa bersiap siaga bila waktu itu datang, memikirkannya Varel jadi senyum-senyum sendiri kaya orang gila.

Beberapa detik mereka tidak berbicara membuat mulut Varel jadi gatal, "Soal tadi ga usah dipikirin, May. Pas lu pergi gue langsung jelasin, kok, ke cowo lu itu kalo kita cuman temen, jadi ga ada salah sangka ... kayaknya."

"Bodo amat." gumam Maya tapi masih bisa Varel dengar, dia hanya tersenyum lalu mengangguk paham, kayak yaudah lah, Maya bodo amat, dia juga bodo amat kalau gitu.

Tak lama Maya melepas genggaman Varel dari tangannya, "Gue mau balik bareng anak-anak aja." ucapnya tiba-tiba, kedengerannya cuek banget bikin Varel pengen mancing Maya marah-marah jadinya.

Varel menaikkan kedua alisnya namun senyumannya tidak turun, masih tersenyum awet, "Yakin? Emang cukup?" mengingat mobil Aji yang kecil, bahkan tadi saat berangkat saja Elysa sampai dipangku.

"Emang ga cukup? Lu bilang gue gendut?"

Waduh, skakmat. Jebakan batman-nya para wanita, nih.

"Engga, lah, gila! Mana ada seorang Maya gendut. Kurus banget lu, kaya lidi-lidian!" seru Varel.

Langkah Maya langsung berhenti dan memelototi Varel, kaya jumpscare kuntilanak di film-film horor. Varel terkekeh dan langsung merangkul bahu Maya, "Engga sayang, bercanda-bercanda." Dan pastinya Maya langsung melepaskan rangkulan Varel dibahunya. "Yaudah, deh. Liat aja nanti, cukup atau kagaknya." lanjutnya.

Alcohol FreeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang