Jangan lupa vote & comment biar makin semangat upnya😉
•••
Warning! This chapter contains some wild mature scenes! Think wise before reading it!
Happy reading!
ฅ'ω'ฅ
Selama Mama dan Abangnya kunjungan, Maya melakukan aktivitas seperti biasanya. Bukan karena tidak ada yang special, tapi karena ini adalah minggu di mana aktivitas di kampusnya sedang sibuk-sibuknya. Pergantian semester dan hadirnya mahasiswa baru membuat jadwal mata kuliahnya belum menentu. Kadang beberapa dosen ada yang meminta jadwalnya dipindahkan, alasannya karena bentrok dengan kelas lain, tanpa mementingkan kelasnya terlebih dahulu.
Seperti biasanya, Maya pulang dari kampus dengan pikiran yang kosong. Dosennya tahun ini tampaknya kurang menarik, membosankan, dan tidak jelas. Sulit untuk menebak bagaimana hasil nilai mata kuliahnya di akhir semester ini, mengingat dosennya terkesan seperti orang yang tidak suka memberi nilai tinggi untuk mahasiswanya.
"Adek kan udah bilang jangan diangkat jemurannya! Meni belegug pisan Abang mah!"
Dan sekarang Maya sedang ngomel-ngomel, karena Abangnya yang tidak sengaja merobek stocking miliknya. Sebelum Maya berangkat kekampus dia meminta ke Mamanya untuk tidak mengangkat jemurannya dan membiarkannya melakukan sendiri saat pulang ngampus nanti. Tapi karena sang Mama lupa, jadi Winia menyuruh Abangnya untuk mengangkat jemuran ketika Maya sudah berada dikampus. Entah sebrutal apa Erza mengambil stockingnya sampai bisa sobek begitu.
"Ih, Abang mah ga tau, orang tadi disuruh si Mama." jelas Erza dengan nada bicara yang tidak peduli.
Maya mengentak-entakkan kakinya, seperti bocah tantrum, "Ma! Adek kan udah bilang tunggu Adek pulang dulu. Nanti sama Adek diangkat sendiri jemurannya!" rengek perempuan itu.
Winia yang sedang masak bersama Varel untuk makan malam hanya tersenyum sembari menggelengkan kepalanya melihat kelakuan anaknya ini.
Maya itu tipe-tipe anak yang terlalu dimanja dikeluarganya. Kalian tau, anak yang suka gatau diri dan seenaknya? Ya, itu lah Maya.
"Ga mau tau ah. Abang gantiin, beli baru!" Maya menuntut.
"Dih, apaan? Bukan salah Abang lah itu mah." protes Erza bertumpang dagu di meja dapur.
"Dah dih dah dih! Terus nanti Adek ngampus gimana?" gerutu Maya.
"Tinggal ga usah pake, lah. Ga wajib ini." celetuk Varel yang sedang menumis sayuran dan langsung ditatap tajam oleh Maya.
Maya tahu kalau sekarang otak mesum Varel sedang bekerja, karena dia bisa melihat senyuman nakal yang tipis yang laki-laki itu pancarkan untuknya. Karena, kalau Maya tidak menggunakan stocking saat ngampus otomatis pahanya akan terpampang jelas nantinya. Dasar mata keranjang.
Kampusnya ini mewajibkan mahasiswanya untuk pakai seragam, ga cuman almamater tapi juga ada kemeja polos, kemeja batik, chef jacket, bahkan juga ada baju olahraga, seperti anak sekolahan kalau dilihat-lihat. Dan kampus mereka membebaskan untuk memakai bawahan apa saja, asalkan bahannya terbuat dari kain hitam dan yang terpenting sopan mencerminkan mahasiswa pariwisata. Untuk sehari-harinya, Maya menggunakan bawahan dengan rok span pendek —super pendek dan disandingi dengan stocking hitam.
"Tuh, ga wajib Dek. Emang Adek cuman punya satu doang?" tanya sang Mama.
Maya mengangguk.
Iya memang tidak wajib, tapi ada beberapa dosen sok menambah-nambahkan peraturan yang iri dengan paha mulusnya lalu menegur dan menyuruhnya untuk memakai stocking dengan alasan kesopanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alcohol Free
RomanceWARNING : Mature, harsh words, mental issues, family issues, trauma, self-harm. 𝖦𝗋𝗎𝗆𝗉𝗒 𝗀𝗂𝗋𝗅 𝗑 𝗌𝗎𝗇𝗌𝗁𝗂𝗇𝖾 𝖻𝗈𝗒, 𝗌𝗅𝗈𝗐𝖻𝗎𝗋𝗇(?), 𝖼𝗁𝗂𝗅𝖽𝗁𝗈𝗈𝖽 𝖿𝗋𝗂𝖾𝗇𝖽. Cewe yang hobinya Clubbing, pemabuk plus perokok dipersatukan dal...