8 | Pulang

21 4 0
                                    

Jangan lupa vote & comment biar makin semangat upnya😉

•••

"I don't want to go home today,
you don't really want to just go."

happy reading!

ฅ'ω'ฅ

Tidak terasa sudah 1 minggu lebih lamanya berkunjung di Yogyakarta, mengartikan ini waktunya Winia dan Erza untuk pulang ke Bandung. Tentu saja Maya belum merasa puas melepas rindu bersama keluarganya, tapi mau bagaimana lagi, setidaknya Maya bisa bertemu dengan sang Mama dan sang Abang meski hanya di waktu yang singkat.

"Dek cepetan! Ga usah dandan-dandan! Kelamaan, ini mau telat!" teriak Winia dari luar kamar Maya.

Maya berdecak kesal, "Iya sabar!" balasnya sembari bercermin, menjedai rambutnya. Pagi-pagi sudah dibuat badmood karena orang-orang menyuruhnya untuk cepat, padahal penerbangan mereka masih 2 jam lagi, Maya ga suka kalau harus disuruh buru-buru gini. Ketika selesai Maya langsung berjalan keluar dari kamarnya.

"Anak perawan siap-siap na meuni lila pisan, kaya mau kemana aja kamu mah." olok sang Mama.

Maya melihat Varel yang menahan tawanya ketika sedang membawa koper milik Winia keluar rumah. Ia memutar bola matanya.

"Udah, hayu ah cepet." Winia menarik lengannya dan mereka berjalan keluar menuju mobil Varel yang sudah terparkir di depan garasi rumah, ada Erza di dalam terduduk di kursi penumpang dan juga Varel yang sedang menutup pintu bagasi mobilnya ketika telah memasukkan barang-barang milik Winia dan Erza ke dalam bagasi.

"Ga ada yang ketinggalan kan, Ma, barang-barangnya?" tanya Varel, laki-laki itu berjalan menuju pintu kemudi.

Winia menggeleng, "Ga ada," wanita itu membuka pintu bagian penumpang dan duduk di sana bersama dengan Erza. Sedangkan Maya terpaksa duduk di sebelah kursi kemudi.

"Pintu rumah dah di kunci, May?" tanya Varel, ketika dia sudah terduduk di kursi kemudi dan menutup pintu mobilnya.

"Mhm." jawab Maya hanya dengan gumaman. Matanya terfokus pada handphone miliknya.

Setelah itu Varel menjalankan mobilnya.

Meski tampak seperti yang biasa saja di depan Mama dan Abangnya, tapi Maya akui dalam hatinya merasa sangat berat untuk keluarganya ini harus pulang. Kalian tahu di mana malu untuk mengungkapkan perasaan, simpelnya seperti untuk mengungkapkan perasaan cinta, rindu ataupun kata maaf, itu yang saat ini Maya rasakan. Terlebih juga Maya memiliki keegoisan yang tinggi membuat ketiga hal itu nihil untuk dai tampakkan.

ฅ'ω'ฅ

"May bangun, dah nyampe." ujar Varel setelah itu langsung turun keluar dari mobil.

30 menit terakhir di perjalanan Maya sedikit ketiduran, karena tadi malam dia begadang. Ya, seperti biasa, rutinitas malamnya memang selalu berjaga, tidak tidur sampai subuh.

Maya perlahan membuka matanya, menatap ke arah luar jendela. Ia meregangkan tubuhnya supaya kembali segar, setelah itu Maya langsung keluar dari mobil dan menghampiri Mama dan Abangnya di dekat bagasi mobil. Erza dan Varel sedang mengeluarkan barang-barang bawaan, Maya dan Winia hanya memperhatikan para pejantan ini sedang bekerja.

Sang Mama perlahan menarik lengan Maya lalu memeluk tubuhnya dengan erat. "Baik-baik ya, Dek, di sini. Inget sama Mama, sama Abang, nurut sama Arel, di sini kamu cuman punya dia. Jangan macem-macem, inget sama yang Papa omongin dulu y, Dek." wanita itu membelai puncak rambut Maya.

Alcohol FreeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang