25. fakultas psikolog

5 4 0
                                    

𝘏𝘢𝘱𝘱𝘺 𝘳𝘦𝘢𝘥𝘪𝘯𝘨...
𝘈𝘯𝘥 𝘦𝘯𝘫𝘰𝘺 𝘨𝘶𝘺𝘴....
BANYAKK TYPO MAAF⚠️⚠️

Ravin berada di Fakultas nya yap fakultas psikolog impian nya yang sejak kecil ia idam idam kan akhirnya ravin tersenyum karena sebentar lagi akan menjadi psikolog dan akan memakai jas impiannya.

Saat ia duduk di bangku fakultas itu ravin menetralkan nafas nya dan berusaha agar tak gugup nantinya, ravin meniupkan kedua tangan nya yang begitu sangat dingin "ayo vin gua yakin lo bisa lulus" Ravin menggosok gosok kedua tangan nya yang begitu dingin.

Saat sedang seperti itu ada yang datang "lo gugup?" Ravin lantas menolehkan kepala nya ke arah sumber suara tanpa di duga di sana ada Fabian mantan anggota inti dari twilight ravin tersenyum manis untuk memberikan sapaan "lo disini?" Fabian mengangguk pelan "iya, gue ada urusan di sini" Ravin pun mengerti dan menyuruh fabian untuk duduk di sebelah nya, dan fabian pun menuruti nya.

"Gue yakin lo bisa vin, semangat!"

Ravin pun tersenyum lantas menjawab nya "thanks bruh" Fabian pun mengangguk pelan.

"Gue boleh sedikit cerita ke lo vin?"

Ravin yang mendengar itu lantas langsung menganggukkan kepala nya perlahan dan memberikan pemuda ber hoodie itu cerita kepadanya.

"Gue sama twilight itu udah lumayan lama dari kita smp kita udah barengan, dari awal anak geng motor ga di sukain sama orang orang sampai jadi anak geng motor yang banyak di sukai sama orang orang"

Ravin terdiam sambil memahami setiap perkataan yang di ucapkan oleh orang yang di sebelahnya, fabian pun melanjutkan omongan nya.

"Karena gue lumayan deket waktu itu sama rachaell gue jatuh hati ke dia, tapi gue ga berani buat bilang ke rachaell tentang perasaan gue ini"

Ravin mulai mendengarkan cerita dari fabian itu.

"Sampai gue di titik dimana gue udah mulai terobsesi sama rachaell, dan apapun caranya rachaell harus jadi milik gue, namun di saat seperti itu lo dateng ke kehidupan twilight"

"Sampai gue mulai tau kalo lo juga suka sama rachaell disitu gue langsung panas dan mau musnahin lo dari dunia ini"

Fabian berhenti sebentar, ravin yang mengerti mengelus pundak nya untuk memberikan semangat untuk cerita yang akan di ceritakan kepada dirinya.

"Akhirnya karena ego gue tinggi gue berfikir buat bikin terror, namun disitu gue ketahuan sama arzan, memang arzan sempet bilang buat gausah macem macem, namun itu ga gue dengerin nasehat nya, sampai gue mau mulai terror nya arzan ngehalangin sampai pada akhirnya karena arzan selalu ngehalangi gue, gue nyulik dia sampai berbulan bulan"

"Penyebab arzan hilang secara tiba-tiba karena gue yang nyekap dia di bangunan yang jauh dari lokasi kita semua"

Ravin sedikit mengerti yang di bilang oleh fabian, dan memilih untuk tetap diam dan mendengarkan cerita dari orang yang di sebelah nya itu.

"Sampai pada akhirnya gue kehilangan akal dan langsung terus menerus meneror kalian semua, tentang gue kenapa bisa ikutan kena teror itu cuman akal akalan gue doang"

"Sampai gue ketahuan dan gue nyeselin semua yang udah gue lakuin ke temen temen gue, karena ego gue dan juga akal sehat gue hilang gue harus korbanin semua teman teman gue yang sedangkan mereka aja ga tau"

Fabian diam dan menundukkan kepala nya ravin pun ikut terdiam dan memberikan sedikit semangat kepada fabian "lo harus buat mereka mau nerima keberadaan lo lagi" Fabian pun membuang nafas nya.

"Susah vin, jangan kan nerima keberadaan gue lagi, gue yang jauh dari jarak mereka aja kadang suka pergi walaupun jauh jarak gue sama mereka, mereka tetep milih menjauh dari gue"

Ravin sedikit mengerti keadaan fabian saat ini sekarang "gue bakal coba bantu lo" Fabian menatap ravin "vin gue minta maaf ya" Ravin pun tersenyum ramah "Don't worry about this my brother" ravin pun menepuk pundak fabian memberikan semangat.

Fabian pun tersenyum "Gue nyesel banget pernah bikin lo hancur vin gue minta maaf yaa" Ravin mengangguk kepala nya pelan dan memberikan nya semangat.

"Ravin"

Sang pemilik nama pun menoleh perlahan.

"Gue bakal lepasin rachaell buat lo, gue mau nyari cewe lain aja sebagai pengganti rachaell"

Ravin pun tersenyum.

"Thanks ya, lo udah mau lepasin rachaell buat gue, gue doain lo dapet cewe yang tipe lo banget dah"

Fabian pun sedikit tertawa akibat ravin.

"Gue yakin lo sama rachaell jodoh vin"

"Kenapa lo bisa yakin?"

Fabian pun sedikit berfikir untuk merangkai kata kata yang bagus.

"Lo sama rachaell udah cocok, pasti tuhan tahu yang lo mau itu rachaell, jadi lo berdua bakal jodoh"

Ravin pun mengangguk pelan.

"Kalo lo merit nanti undang gue ya, nanti gue bawa cewe gue kesana deh"

Ravin yang mendengar itu sedikit tertawa.

"Pasti lah gua undang lo tenang aja an"

Fabian tentunya ikut tertawa bersama ravin.

"Gue doain lo merit deh"

Ravin mengangguk pelan dan tersenyum.

"Yaudah gitu dulu aja ya, gue mau urus urusan gue disini"

"Iyaa silahkan aja, lo naik lantai berapa atau masih di sekitaran sini?"

Fabian pun menjawab "gue naik ke lantai 3" Ravin pun mengangguk pelan, dan fabian pun langsung pamit untuk pergi, ravin akhirnya tahu segala nya tentang Fabian seperti apa.

Setelah fabian pergi kini teman teman nya datang menghampiri nya "siapa tadii?" Ravin pun menjawab "fabian" Mereka yang mendengar itu terkejut "lo ngapain ngobrol sama dia vin?" Ravin pun menghelakan nafas nya "dia curhat tentang twilight" Mereka semua pun terlihat agak marah.

"Kenapa lo terima?"

Ravin yang mendengar itu menatap ke empat teman nya itu dan langsung berdiri "dia mau cerita mana mungkin gue tolak" Ravin menatap mereka semua dengan tatapan sedikit tajam "lo semua gausah ikut ikutan benci fabian" Mereka semua terdiam ketika sang ketua sudah memberikan tatapan tajam.

"Bantu gue buat nyatuin mereka lagi"

Mereka semua pun menolak secara bersamaan "gue ga mau" Ravin pun membuang nafas nya kasar dan menatap langit langit "tolong bantu gue" Mereka tetap kekeh untuk tidak menerima itu, ravin pun membuang nafas nya dan langsung pergi.

Setelah pergi teman teman nya hanya menatap ravin dan tidak berniat untuk menghentikan si ketua "gue rasa ravin bener" Yang lain menoleh ke arah galen "lo?? tumben?" Galen menatap teman nya itu "ayo bantu ravin buat nyatuin bian sama twilight lagi" Nara farhan dan claudia masih terdiam tidak menjawah iya maupun tidak.

Galen pun menghelakan nafas nya "twilight UDAH banyak bantuim crystal, kalo crystal lagi ga baik baik aja twilight yang bantu kita" Galen pun menatap mereka bertiga "lo bertiga ga mau bales budi ke twilight yang udah jaga kita?" Mereka semua jadi terdiam saat mendengar itu Ada benar nya juga yang di bilang oleh galen.

"Jawaban ada di kalian"

Galen pun tersenyum simpul dan langsung pergi untuk menyusul ravin.

To be continued...

psikolog with geng motor [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang