-Adanya aku, hari tercipta bahagia-
Setiap hari, ada begitu banyak kehidupan yang berjalan.
Setiap hari, akan selalu ada hal baik dan buruk terjadi.
Sora, mengalami situasi yang membuat dirinya terpuruk. Ia harus melewati semua penderitaan sendirian...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Mataku dengan jeli melihat per-senti wajah yang terpantul dari cermin. Tidak ada yang aneh, masih seperti pada biasanya. Ucapan Joy membuatku tersinggung, takut ketahuan kalau aku akhir-akhir ini sering menangis dan jarang makan. Apakah kesedihan di wajahku sangat kentara?
"Apanya yang pucat? Orang normal begini wajahku," ujarku membantah tuduhan Joy yang mengatakan aku putih seperti mayat. Pula tadi aku tidak lupa mengoleskan lipstik yang sesuai dengan warna bibir.
"Tapi di mataku kamu terlihat berbeda, Ra."
Joy di sampingku bersuara. Dia menghadap ke arah ku, ikut memeriksa wajahku yang kemungkinan berbeda.
"Wajahmu biasanya terlihat berseri-seri penuh semangat. Tersenyum lebar setiap waktu, dan kamu selalu mengerutkan dahi sejak kita bertemu. Jadi aku simpulkan kamu lagi tidak baik-baik saja," ungkapnya. Tatapan mata Joy masih tertuju padaku.
Aku menarik nafas, lalu berusaha tersenyum lebar. Berusaha untuk menutupi beban pikiran. Joy yang melihatku terpaksa tersenyum, mengibaskan tangan seolah tak setuju melihat senyumku yang masih tampak lesu.
"Aku baik-baik saja, Joy, mungkin ini bawaan dari tidak bertemu dosen pembimbing tadi pagi."
Perkataanku serius soal itu. kecewa karena gagal bertemu dengan Pak Husain.
"Ini penelitian mu Joy, boleh aku melihatnya?"
Tangan kananku mengambil segepok kertas tersusun rapi yang berada di depan Joy. Sekaligus sebagai pengalihan topik pembicaraan. Aku tidak suka menjadi topik pembicaraan lebih baik kami mengobrolkan hal lain. Penelitian Joy ada di tanganku. Membaca sekilas judul di bagian sampul, lalu membuka perlembar penelitian.
"Judul penelitian mahasiswa hukum bagus-bagus, pasti sulit mengerjakannya."
"Tidak juga, Ra. Aku mengambil objek penelitian sesuai dengan kemampuanku. Lumayan bisalah mengerjakannya sampai bab 3."
Joy menjawab dengan gaya. Aku akui bahwa Joy memang sangat pintar, dia termasuk salah satu mahasiswa yang sangat menguasai ilmu di bidangnya.
"Ini milikmu, Ra." Joy mengambil penelitianku juga, membaca sekilas judul di sampul depan.
"Judul penelitian dan dirimu sangat cocok. Sama-sama penuh warna-warni."
Joy tertawa cekikan karena aku reflek menjewer telinganya. Bagiku itu sebuah penghinaan, mana ada judul penelitian penuh warna-warni, yang ada semua judul penelitian ini pasti penuh kesuraman.
"Aduh, jeweran mu sakit sekali, Sora. Kamu ini beneran perempuan atau laki-laki sih."
Joy mengelus telinga yang merah bekas jeweran ku.
"Siapa suruh gombal di perpustakaan, di sini itu tempatnya kamu belajar. Disuruh baca buku bukan pacaran Joy. Kamu paham kan perpustakaan khusus untuk apa?"