Hidupku yang berantakan terus berlanjut setiap hari, setiap malam bahkan setiap waktu. Tidak ada perubahan ke arah yang lebih baik. Bahkan akhir-akhir ini aku sering jatuh sakit sebab dua perkara yang tidak pernah selesai, yaitu revisi skripsi yang terus berdatangan seperti air bah dan perasaanku terhadap Tama yang masih saja melekat.Kami sudah jarang kirim pesan. Hanya saja Tama sering berkunjung, datang tanpa memberitahuku terlebih dahulu, tiba-tiba sudah ada di ruang khusus tamu kosan. Kadang satu kali seminggu atau dua kali. Hubungannya dengan Vei sejauh ini masih aman tidak ada tanda-tanda akan gagalnya pertunangan Tama. Dia mulai bersikap apatis akan pertunangannya setelah pertemuanku dengan Vei.
Malam minggu. Kosan seperti rumah kosong tak berpenghuni. Selain anak-anak kos pulang kampung. Mereka juga keluar untuk malam mingguan. Menghabiskan waktu bersama pasangannya. Seperti halnya Diar dan pacarnya juga Tia dan pacarnya yang jauh-jauh dari luar kota datang mengunjungi. Mereka berempat pergi berkencan masing-masing.
Tinggallah aku seorang dan satu orang teman kos yang mungkin jomblo.
Samar ada suara langkah kaki masuk ke dalam ruang tamu. Aku menghembuskan nafas saat melihat Tama melangkah masuk ke dalam membawa bingkisan penuh snack dan jajanan kaki lima."Selamat malam minggu," ucapnya saat berada di depanku.
Aku tersenyum menyambut kedatangan Tama. Nah siapa coba yang bisa move on dengan mudah kalau mantan pacarnya selalu datang setiap minggu membawa bingkisan kecil.
"Kamu tidak malam mingguan seperti yang lainnya?" Tama bertanya.
"Kamu bertanya sungguhan atau kamu sedang mengejekku," kataku ketus.
Kembali melanjutkan. Fokus menatap laptop yang masih menyala. Di layarnya tampilan Microsoft Word yang berisi deretan kalimat berjajar rapi. Sekitar laptop berserakan kertas HVS penuh tulisan yang dicoret-coret. Tama mengerutkan dahi melihat kondisiku.
"Masih belum di ACC?"
Tama duduk di sampingku. Tangannya cekatan meletakan snack dan jajanan di samping. Serta membukakan minuman untukku. Nah siapa yang bisa move on dari mantan yang memiliki love language act of service.
Semasa kami pacaran effort Tama tidak pernah mengecewakan. Dia selalu mengusahakan semua hal yang bisa membuatku bahagia. Tapi situasi sekarang sudah berbeda. Sikap Tama berubah akhir-akhir ini. Antara ucapan dan tindakannya tidak selaras, saat sebelum ia bertunangan. Dulu ia tidak mau bertemu denganku kalau sudah bertunangan takut menjadi fitnah dan bakal berdampak pada nama baiknya. Tapi setelah pertemuan ku dengan Vei Minggu lalu, ia mulai mendekati diriku.
"Tidak semudah yang orang kira. Apalagi kamu mengerjakan semuanya sendirian dan direvisi berulang-ulang," ucapku menjawab pertanyaan Tama. Tama hanya mengangguk kecil, menyetujui. Saat aku perhatikan wajah Tama tampak lesu dan kusam.
"Kamu kenapa?" melihat wajah Tama yang kusut, aku bertanya karena penasaran.
"Tidak apa-apa," ucapnya singkat.
"Ayo cerita kalau kamu lagi ada masalah," ujarku meyakinkan Tama. Aku sudah paham kode-kode Tama kalau sedang bermasalah. Pasti dia bilang tidak apa-apa tapi sebenarnya dia lagi kenapa-napa. Tama menghembuskan nafas berat. Dia menyandarkan dirinya ke sofa.
"Sepertinya pertunanganku dan Vei akan gagal," ujarnya.
Aku yang di samping Tama reflek menoleh. Penasaran terhadap cerita lengkapnya. Sekaligus ada sedikit rasa bahagia. Berharap berita itu menjadi kenyataan.
"Kenapa?" tanyaku antusias. Pertama dia gagal tunangan, kedua mungkin kita bisa balikan.
"Wajahmu sangat kentara kalau senang mendengar gagalnya pertunanganku, Ra."
![](https://img.wattpad.com/cover/364067599-288-k812566.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
LIFE AFTER BREAK UP [Setelah Hari Berganti]
Romance-Adanya aku, hari tercipta bahagia- Setiap hari, ada begitu banyak kehidupan yang berjalan. Setiap hari, akan selalu ada hal baik dan buruk terjadi. Sora, mengalami situasi yang membuat dirinya terpuruk. Ia harus melewati semua penderitaan sendirian...