Tama mengantarku pulang setelah setengah hari bersama. Kami keluar dari dalam cafe saat matahari hampir terbenam. Aku mengajak Tama mampir sebentar di perpustakaan kota sebelum pulang. Mencari beberapa buku referensi untuk penelitian ku. Tanpa disadari di luar sana langit sudah gelap total. Aku tetap sibuk mencari buku, hingga lupa waktu.
Saat kaki melangkah keluar dari gedung megah perpustakaan. Di atas sana langit malam terang benderang dihiasi bintang yang bersinar indah. Aku menengadah sebentar menatap langit. Warna bintang yang kuning berkilau. Cahayanya membuat hatiku merasakan kehangatan yang sudah lama hilang. Selama ini aku tidak pernah melihat sinar bintang secerah sekarang. Atau, memang selama ini aku yang menutup diri dari kehidupan menyenangkan di sekitar.
Aku menghela nafas, masuk ke dalam mobil yang dibalik kemudinya ada seseorang yang teramat aku sayangi. Duduk tegap, siap mengantar pulang. Mobil yang kami kendarai, melaju meninggalkan perpustakaan. Tiba di kos Tama langsung pergi. Tak sempat mampir karena sudah malam juga dia ada keperluan mendesak.
Lampu para penghuni kos menyala terang, menerangi gedung berwarna biru yang bertingkat dua. Ruang tamu masih banyak anak kos yang berkumpul, bersenda gurau, juga nonton televisi bersama. Sesekali menyapa mereka, dan melanjutkan langkah kaki hendak masuk ke dalam kamar. Tapi ke halang penglihatan dari ujung mata. Sekelebat aku melihat sosok yang aku kenal hendak masuk kedalam ruangan, tertahan karena melihat kerumunan anak kos di ruang tamu. Aku yang menangkap gelagatnya dari ekor mata. Secepatnya membalikkan badan. Melangkah cepat keluar kos.
"Kebiasaan tidak kasih kabar terlebih dulu sebelum mampir," ucapku dari balik punggung laki-laki yang tengah berjalan menuju motornya.
"Sora."
Suara khas miliknya masih sama, memanggilku dengan malu-malu. Dia menggaruk rambut, nyengir seperti kucing tertangkap basah mencuri ikan. Aku tersenyum menatapnya.
"Mau bertemu denganku?" tanyaku polos.
Melangkah mendekati dirinya yang masih berdiri di tempat. Penampilannya masih sama dari terakhir kami bertemu. Masih tetap tampan dengan jaket kusam kesayangannya. Aku celingukan melihat ke arah motor, juga masih sama. Motor yang mengantarkan pulang ke kos ku waktu itu selepas bimbingan.
"Berhenti menatapku dengan antusias, Ra. Membuat jantungku hampir meledak saja," ucapnya, ia menundukkan kepala, tersenyum malu menatap sepatu yang sama kusamnya dengan jaket yang ia gunakan. Jika saja orang lain yang melihatnya, pasti beranggapan kalau dia adalah mahasiswa miskin.
"Suka melihatmu salah tingkah seperti sekarang." Godaku sambil mengedipkan mata, lalu kami tertawa bersama.
"Lama sekali tidak melihatmu atau mendengar kabarmu, Joy. Eh, tiba-tiba kamu muncul di hadapanku langsung tanpa permisi."
"Sebenarnya aku tidak berniat mampir, berhubung tadi selesai rapat di cafe dekat sini, entah kenapa rasanya motorku berjalan sendiri. Mengarah ke kos mu," ujar Joy dengan tangan yang masih menggaruk tengkuk. Senyum kecil Joy menawan, membuatku ketar ketir takut mulai menyukainya.
"Rapat apa sampai pulang malam?" aku balik tanya. Sambil memperhatikan gerak gerik salah tingkah Joy yang menggemaskan.
"Atau mungkin kamu memang berniat mampir kesini," imbuhku lagi, meski sebenarnya penampilan Joy yang berantakan sepenuhnya menjelaskan bahwa dia seharian tidak pulang ke rumah. Sibuk dengan aktivitasnya.
"Kamu pandai juga membuat orang salah tingkah, Ra." Joy melangkah ke arah motornya. Duduk di jok motor.
"Sepertinya kamu baru pulang dari luar, dilihat dari penampilanmu yang berantakan."
"Iya, aku baru datang dari luar bersama Tama," kataku memberitahu Joy jujur. Dari pada nanti aku berbohong malah jadi bumerang.
"Sepertinya ada yang berbunga-bunga hatinya. Nah kan wajah mu sekarang memerah lagi seperti tomat rebus." Joy menatap jeli setiap garis garis wajahku yang mungkin memerah karena tingkah Joy, bukan karena dia lagi mengejekku.
![](https://img.wattpad.com/cover/364067599-288-k812566.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
LIFE AFTER BREAK UP [Setelah Hari Berganti]
Romantik-Adanya aku, hari tercipta bahagia- Setiap hari, ada begitu banyak kehidupan yang berjalan. Setiap hari, akan selalu ada hal baik dan buruk terjadi. Sora, mengalami situasi yang membuat dirinya terpuruk. Ia harus melewati semua penderitaan sendirian...