BAB 15# SINAR MENTARI

18 2 1
                                    

Tubuhku terasa remuk. Punggung ngilu. Kepala pusing hampir mau pecah. Kaki pegal-pegal. Pelan-pelan aku menggerakkan badan. Akhir-akhir ini jam tidur dan waktu istirahat yang berantakan membuatku sering merasa kelelahan. Terkadang penyakit kurang darah kambuh. Saking lelahnya beraktivitas ditambah jarang makan-makanan yang bergizi. Tubuh yang kurus semakin kurus. Tadi malam selesai bertemu dengan Tama dan Vei aku langsung tertidur pulas. Belum sempat mencuci muka, hanya mengganti pakaian dengan baju tidur.

Beruntungnya hari ini hari sabtu. Hari libur untuk anak kuliahan. Jadi aku bisa merebahkan tubuh sejenak untuk tidak memikirkan revisian skripsi yang menumpuk. Membulatkan tekad hari sabtu adalah hari tenang buatku.

Drett. Hp di sampingku bergetar. Siapa pula yang menelepon pagi buta.

"Halo," sapaku dengan suara serak bangun tidur.

"Selamat pagi, Sora. Selamat berakhir pekan."

Sambungan ditelepon terhubung. Suara berat laki-laki yang entah berapa lama tidak saling menghubungi terdengar menyapa hangat.

"Apa kabar, Sora. Sudah lama tidak mendengar suara serakmu barusan," sambungnya lagi.

Aku yang masih setengah sadar tidak menyahut. Tubuhku yang pegal-pegal ku usahakan untuk bergerak.

"Ada apa pagi buta meneleponku, Joy."

sejak pertemuan terakhir kami. Dia menghilang dan kami juga jarang bertukar pesan. Selain karena kesibukan kita yang sama-sama padat. Aku juga hampir melupakan sosok Joy yang pernah hadir dalam hidupku.

"Tidak ada apa-apa. Aku cuma ingin melihatmu di pagi hari yang cerah," ungkapnya.

Wajah tampan Joy yang berseri-seri terbayang dalam pikiran saat mendengar suara hangatnya.

"Aku malas yang mau keluar, Joy. Tubuhku rasanya lelah sekali. Butuh istirahat panjang untuk memulihkan tenaga dan kembali menghadapi dunia yang kejam. Kalau kamu tidak punya keperluan yang sangat mendesak. Aku rasa kita tidak bisa bertemu hari ini, apalagi pas pagi buta," terang ku padat dan jelas. Aku sungguh sedang tidak ingin bertemu siapa-pun. Meski itu Joy sekalipun.

"Aku rasa kamu harus bertemu denganku, Ra," timpalnya. Hembusan nafas Joy terdengar kecewa.

"Karena aku sudah ada di ruang tamu kos-kosan mu," sambung Joy lagi. Aku terperanjat dari tempat tidur mendengar perkataan Joy barusan. Tanpa sadar berlari keluar kamar menuju ruang khusus tamu.

Aduh.. Joy benar dia sudah ada di sini. Duduk rapi menghadap pintu masuk ke dalam kamar. Ia sudah rapi menggunakan baju olahraga. Joy melihatku tidak berkedip. Kami tertegun berapa saat sebelum aku menyadari sesuatu.

Aku melihat pantulan kaca jendela di belakang Joy. Penampilanku berantakan. Rambut yang berantakan seperti singa bangun tidur. Dan aku berlari keluar masih menggunakan pakaian tidur. Kaos oblong oversize dan celana pendek. Mampus aku seperti gelandangan yang tidak pernah mandi seumur hidupnya.

"Tutup matamu Joy."

Teriakku histeris sambil melemparkan bantal sofa ke arah Joy yang masih termangu melihat wajah buruk rupa bangun tidur diriku. Joy yang mendapati dirinya diserang dadakan olehku. Ikut reflek menutup wajahnya dengan bantal yang aku lempar.

"Aku tunggu lima menit untuk kamu merapikan penampilan nenek lampir itu, Sora."

Joy menunjuk diriku yang masih berdiri mematung dengan penampilan paling mengerikan. Ini bukan kejadian seperti di film korea, ketika bangun tidur masih cantik jelita dan rapi. Aku bukan aktris yang cantik, jadinya pas bangun tidur mirip kuntilanak.

"Oke, kamu tunggu 10 menit lagi. Aku masih mau mandi dan bersiap-siap," ujarku buru-buru. Padahal tadi aku dengan tegas menolak ajakan Joy pergi pagi buta. Belum berapa menit aku sudah menyetujuinya tanpa sadar. Aku berbalik arah. Berlari ke arah kamar kos, untuk siap-siap pergi olahraga bersama Joy.

LIFE AFTER BREAK UP [Setelah Hari Berganti]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang