BAB 33# SIMFONI NADA

24 1 1
                                    


"Maafkan aku sudah membawa berita buruk ini, Sora," ujar Joy.

Aku menggelengkan kepala cepat. Dada yang kembang kempis membuat sesak nafas.

"Jika kamu tidak memberitahu keadaan yang sebenarnya aku tidak akan mengetahuinya sama sekali Joy. Lebih parahnya lagi, nanti aku semakin terjebak di luar lingkaran sendirian. Bukankah aku harusnya berterima kasih?"

Air mata yang mengambang hampir terjatuh dari pelupuk mata. Tangan Joy sigap mengelap air mata dengan tisu.

"Mau aku antar pulang, Ra?"

"Tidak perlu Joy. Aku harus menemui Tama."

Kemana laki-laki yang mengajakku ke pesta ini? Kesibukan apa yang membuatnya hampir melupakanku dan membiarkanku sendirian satu jam lebih tanpa teman seorang pun. Kenapa aku sangat bodoh tak mengetahui bahwa Vei juga akan hadir. Semua tamu disini adalah orang-orang penting harusnya aku menyadari sejak awal.

Bunyi alunan musik terdengar indah mengiringi tarian orang-orang, tapi alunan musik ini membuat hatiku terasa tersayat-sayat. Suara nadanya yang lembut menghancurkan pertahanan diriku. Air mata yang jatuh satu persatu tertimpa kelap kelip cahaya lampu dansa.

"Aku temani kamu menemui dirinya."

Joy kembali mengulurkan tangan. Tapi kali ini aku menyambutnya. Menggenggam erat tangan Joy.

"Satu langkah saja Ra."

Bisik Joy di telingaku. Dia menarik dirinya denganku ke bawah lampu kelap kelip dansa. Membawaku untuk berada di antara para orang orang yang tengah menari dengan elok.

"Hanya kali ini saja, setelah itu kita pergi. Hanya sebentar, aku ingin menikmati alunan nada indah bersamamu."

Aku pasrah, mengikuti kehendak Joy. Kami berdansa, saling melangkah mengikuti irama. Menikmati setiap ketukan nada. Menghayati setiap gerakan dansa, dengan mata terpejam dan tangan yang berpegangan. Sepuluh menit berlalu begitu cepat. Kami menghentikan langkah tarian. Aku menyudahinya, tak bisa melanjutkan dengan Joy.

"Dari mana saja kamu?" Suara tegas laki-laki menegur dari balik badanku.

"Ayo pergi dari sini."

Tama menarik lengan, sedangkan tanganku masih di genggam Joy. Kami berdua terkesiap tak menyadari kehadiran Tama.

"Berhenti Tama."

Menghempaskan tangannya kasar. Dia menarik ku keluar dari aula pesta. Kami berdua berada di koridor. Joy yang tadi menyaksikan diriku ditarik paksa oleh Tama. Reflek mengikuti dari belakang.

"Sudahlah kawan. Jangan main kasar."

Joy menimpali. Suara beratnya berderu, seakan menahan emosi.

"Tidak ada hubungannya denganmu. Dan kamu tidak perlu ikut campur."

Suara Tama tak kalah beratnya. Dadanya kembang kempis dengan rahang yang menegang.

"Sudahlah Tama. Aku mau pulang. Kamu kembali ke pesta sana pasti banyak yang menunggumu. Pestanya juga belum selesai, aku pulang terlebih dahulu. Melelahkan berada di antara semua orang sendirian," ujarku pelan.

Melihat dua orang yang saling bertatapan tajam semakin membuatku frustasi.

"Maafkan aku, Sora."

"Tak perlu meminta maaf kamu tidak salah. Oh iya satu lagi. Kita putus saja ya, aku capek harus terus seperti ini."

Bibir yang bergetar ku paksakan untuk tersenyum. Tak mudah mengatakannya tapi kata itu keluar begitu saja dari mulutku. Tanpa menunggu jawaban dari Tama. Aku berlalu dari hadapannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 05 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LIFE AFTER BREAK UP [Setelah Hari Berganti]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang