BAB 14# KEBISINGAN MALAM HARI

17 2 1
                                    

Bug

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bug. Aku menabrak sesuatu yang keras. Sepertinya tubuh manusia yang kekar tengah berdiri di tengah jalan. Tepat berdiri di depanku. Saat berjalan aku sibuk mengotak atik hp, hampir tidak memperhatikan jalanan. Mengirim pesan ke Tia bercerita tentang pertemuanku dengan Vei. Aku mengaduh kasar. Mengangkat kepala untuk melihat ke arah orang yang aku tabrak.

"Sial," ucapku menahan kesal. Hari ini hari terburuk sepanjang aku hidup.

"Lagian kenapa kamu berdiri ditengah jalan," hardik ku kasar. Tama masih berdiri di depanku tidak menjawab ataupun minggir dari depanku.

"Nasibku sangat buruk hari ini, harus bertemu dengan dua orang yang sama-sama menyebalkan," gerutuku.

"Kamu baru bertemu Vei, Ra?"

Dia bertanya, tatapannya tertuju ke arah cafe. Sepertinya Tama sudah membuntuti Vei dari tadi, atau tidak sengaja dia menemui kami di cafe dan menunggui sampai selesai.

"Tunanganmu sudah pulang dari tadi, tidak usah melihat ke semua arah dengan tatapan menyelidik seperti itu," celotehku menganggu konsentrasi Tama yang mencari sosok Vei.

"Kenapa kalian bertemu, apa yang kamu bicarakan padanya. Sora," ucap Tama.

Aku membelalakkan mata. Terkejut akan ucapan Tama barusan. Sebegitu takutnya dia terhadap ku. Seolah akan mengatakan hal-hal buruk tentangnya terhadap Vei. Apakah dia disini mengkhawatirkan diriku atau Vei tunangannya.

"Bukan begitu maksudku, Ra." Tama menghela nafas.

"Perjodohan ini sangat penting untukku dan keluarga besar," ujarnya spontan.

Aku kembali menundukkan kepala. Terlihat sangat jelas kalau Tama khawatir terhadap Vei. Apa yang masih aku harapkan?

"Ayo ikut aku sebentar, Ra."

Tama menarik tanganku. Ia membawaku masuk ke dalam mobil. Aku yang masih linglung karena merasa sudah tidak di anggap ada, mengikuti Tama dengan pasrah. Kami turun depan cafe yang jauh lebih besar dari pada yang tadi. aku tidak tahu kenapa Tama membawaku kesini. Dia memang laki-laki pemaksa. Sangat menyebalkan.

Kami jalan bersisian memasuki cafe. Selain besar, cafe ini sangat mewah. Semua orang yang keluar masuk berpakaian rapi dan stylish dengan baju bermerk. Cafe yang kami datangi tempat orang orang elit berkumpul.

Tama dan aku duduk dekat jendela. Kami berada di lantai tiga. Pemandangan kota saat malam hari dari atas cafe sangat indah. Lampu-lampu kuning seperti kunang-kunang bertebaran.

"Sebelum kamu bertanya terus menerus. Aku akan bercerita semuanya," ujarku mendahului keinginan Tama yang hendak bicara.

"Vei yang mengajakku bertemu. Bukan aku yang mengajaknya. Juga aku tidak pernah melakukan apapun yang mengakibatkan kalian batal tunangan, pun melakukan hal aneh yang sedang kamu pikirkan," ujarku, pesanan kami datang. pelayan cafe meletakkannya sesuai pesanan kami masing-masing.

LIFE AFTER BREAK UP [Setelah Hari Berganti]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang