BAB 7# CARILAH TEMPAT UNTUK BERTAHAN

27 2 1
                                    

"Wajahmu terlihat menyedihkan, Sora. Sepertinya dosenmu sudah mengeluarkan kata-kata mutiara." Joy tersenyum menyambut, senyumnya manis sekali.

Wajah tampan Joy sumringah menatapku. Aku buru-buru menggelengkan kepala menyadarkan diri. Hampir saja terpukau senyum manis Joy.

"Ada Apa, Sora. Apa ada yang salah," tanya Joy. Aku kembali menggelengkan kepala menimpali pertanyaan Joy.

"Bimbingannya tidak berjalan baik. Aku harus mencari penelitian baru, memulai dari awal," ucapku. Sambil menatap wajah tampan Joy.

Seandainya aku cantik mungkin tidak akan dicampakkan seperti ini atau seandainya aku cantik Joy akan menyukaiku. Lah, barusan aku memikirkan apa, bukan soal dicampakkan tapi harapan Joy menyukaiku. Aku menepuk pipi pelan, menyadarkan diri.

"Tingkahmu setelah keluar dari ruangan dosen semakin aneh, Ra. Wajahmu bahkan lebih aneh dari tadi di perpustakaan. Nah, tadi terlihat sangat pucat sekarang terlihat merah merona."

Joy menundukkan kepala, berusaha menyejajarkan tingginya denganku.

"Wah, wah wajahmu semakin merona."

Puk. Bunyi tepukan mengenai wajah tampan Joy. Aku memukulnya menggunakan segepok kertas penelitian yang sudah aku gulung.

"Aku pulang dulu Joy. Kamu mau pulang juga?"

"Kamu sudah mau pulang? Mau aku antar, Ra?" Joy balik bertanya.

"Tidak perlu, terima kasih. Kosan ku hanya sepuluh menit dari sini, aku bisa jalan kaki."

"Baiklah, kita pulang bersama. Aku akan mengantarmu sampai depan kos."

Joy berjalan lebih dulu menuju parkiran. Aku yang awalnya menolak, mengalah mengikuti Joy dari belakang.

"Kamu weekend ini ada agenda, Ra?"

"Ada apa, Joy," ucapku bertanya balik.

"Tidak apa. Aku hanya ingin tahu kegiatanmu diakhir pekan. Jadi kamu ada kegiatan?"

"Akhir pekanku biasanya dihabiskan dengan tidur sepanjang hari sambil menonton drakor."

Aku mengangkat bahu, memberitahukan kegiatan weekend yang tidak berguna.

"Oke, jadi kamu setuju keluar bersamaku diakhir pekan. Aku akan menjemputmu jam 09:00 pas, tidak lebih tidak kurang."

Suara motor Joy berhenti.

"Kita sudah sampai Sora," ucapan Joy mengagetkanku.

Eh, perasaan tadi kita masih di kampus. Aku celingukan menatap sekitar.

"Eh, sudah sampai."

Aku buru-buru turun dari atas motor. Mengucapkan terima kasih atas tumpangan dari Joy.

"Kamu dari tadi melamun, tidak mendengarkan obrolan." Joy menyelidik, sebagai gantinya aku hanya tersenyum malu-malu.

"Baiklah, kita bertemu kembali diakhir pekan ini, Ra. Jangan lupa berdandan yang cantik."

Joy tersenyum manis sekali. Belum sempat aku menolaknya, motor Joy sudah berbelok dan hilang dari pandangan. Aduh.. ini bakalan jadi urusan yang runyam, gumamku kecil.

"Siapa tuh yang mengantar tuan putri Sora. Sepertinya kenalan baru nih." Wajah Tia muncul dadakan dengan senyum yang mencurigakan.

"Bukan siapa-siapa," jawabku singkat. Lalu menarik tangannya untuk masuk ke dalam kamar.

"Mulut ember mu tidak bisa direm ya, Tia. Di luar masih banyak orang kenapa pula kamu menggodaku." Aku menghela nafas.

"Kamu ingat Joy yang dulu pernah aku ceritakan. Nah tadi aku tidak sengaja bertemu di perpustakaan dan dia menemaniku seharian di kampus, terus menungguiku selesai bimbingan." Aku menepuk dahi, seolah tidak percaya kejadian tadi siang.

LIFE AFTER BREAK UP [Setelah Hari Berganti]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang