🌕 06. A Nuptials Plan

215 39 46
                                    

Pertengahan Musim Semi, 1355

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pertengahan Musim Semi, 1355.

Ratu Wonsun meletakkan cangkir porselen berisi teh hijau nya dengan pelan. Ia termenung sejenak sebelum akhirnya tatapan tajamnya beralih ke arah sang dayang pribadi yang tengah berdiri di hadapannya.

“Apa kau bilang? Kaisar Huizong sudah menetapkan calon ratu untuk Goryeo?” 

“Ye Wangbi Mama. Secepatnya setelah keputusan ini dibuat, pernikahan antara Seja Jeoha dan gadis itu akan segera dilaksanakan.”

“Siapa gadis itu?”

Dayang pribadinya terdiam sejenak sebelum menjawab dengan nada rendah. “Putri tunggal Penasihat Agung Tugh Tegus, Mama.”

Ratu Wonsun mengalihkan tatapannya ke arah depan. Jari telunjuknya yang lentik mengetuk meja dengan pelan. “Sudah kuduga.” Bisiknya.

“Apa yang harus kita lakukan sekarang, Mama?”

“Cukup jangan banyak bertingkah. Setidaknya kabar ini membuatku jauh lebih waspada.” Ratu Wonsun kembali menatap dayang pribadinya. “Bagaimana dengan Jeonha? Apakah beliau sudah tau tentang ini?”

“Sepertinya sudah, Mama. Tidak lama.. kabar pernikahan ini akan menyebar ke seluruh wilayah Goryeo.”

Ratu Wonsun mengangguk sambil berpikir sejenak. “Pastikan Kasim Song selalu memantau keadaan di Yuan.”

Dayang itu mengangguk paham, lalu keluar dari ruangan pribadi milik Ratu Wonsun.

Sementara itu Ratu Wonsun termenung di ruangannya seorang diri. Sudah ia duga bahwa Tugh Tegus akan mengirimkan putrinya sendiri ke Goryeo. Hanya saja ia belum bisa menduga apa rencana pria itu untuk ke depannya.

***

Wang Joon menatap sebuah pintu besar di hadapannya dengan wajah tanpa ekspresi. Pintu itu terbuat dari kayu cendana yang kokoh dengan lukisan dan ukiran yang cukup rumit. Di sekitar pintu tersebut ada beberapa orang dayang dan pelayan yang menjaganya, menandakan bahwa tidak semua orang bisa masuk ke area tersebut.

“Penasihat Agung sudah menunggu Anda.” Salah satu pelayan setia Tugh Tegus mengabarkan itu pada Wang Joon yang baru sampai beberapa waktu lalu.

Wang Joon menoleh pada pelayan tersebut dan mengangguk. Setelah memastikan penampilannya baik-baik saja, Wang Joon melewati pintu besar itu. Di sana ia melihat ruangan cukup besar dengan beberapa meja dan kursi yang terbuat dari kayu cedar. Di sudut ruangan, ia bisa melihat Tugh Tegus yang tengah membelakanginya.

Saat menyadari seseorang masuk ruangan, Tugh Tegus menoleh ke belakang. Matanya yang tajam seketika membulat dengan tarikan bibir di sekitar wajahnya. “Kau sudah datang, Wang Joon.”

Wang Joon membungkuk hormat dan duduk di sebuah kursi yang berhadapan langsung dengan meja besar saat Tugh Tegus mempersilahkannya untuk duduk. Kemudian Tugh Tegus ikut duduk di hadapannya. Pria paruh baya itu menuangkan teh ke cangkir miliknya dan milik Wang Joon.

BOUND BY FATE [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang