[HISTORICAL FICTION-ANGST-MELODRAMA]
Sejak Dinasti Goryeo secara resmi menjadi negara bawahan Kekaisaran Mongol pada tahun 1259, calon penguasa Goryeo biasanya akan dikirim ke Dinasti Yuan untuk menerima pendidikan dan pelatihan dari pemerintah Mong...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Awal Musim Gugur, 1350.
Wang Joon mengerutkan dahi saat melihat dari kejauhan ada sekelompok orang yang tiba-tiba datang ke Desa Goryeo. Dari penampilan dan pakaian mereka, Wang Joon mengira kelompok itu merupakan salah satu utusan dari Yuan. Mereka mengenakan salah satu tanda di bagian kiri bahunya yang biasa dipakai oleh utusan-utusan dari negeri itu.
Wang Joon terdiam sejenak. Utusan dari pejabat mana orang-orang tersebut? Dan untuk apa mereka datang kesini?
Beberapa saat lalu, Wang Joon baru sampai di sekitar Desa Goryeo untuk melihat perkembangan desa itu. Meski Wang Joon sempat diusir tempo hari, tapi ia menepati janjinya untuk memberikan beberapa karung gandum untuk mereka. Sekarang, ia sedang memerintahkan Kasim Han dan dua pengawalnya untuk mendistribusikan gandum itu ke masyarakat. Sementara Wang Joon memantaunya dari kejauhan. Tepatnya di atas bukit yang cukup gelap, tapi masih bisa melihat keadaan di Desa Goryeo itu.
Tapi apa yang dilihatnya saat ini membuatnya heran sekaligus penasaran. Hanya saja, baru beberapa langkah ia ingin mendekati desa itu, sebuah bayangan manusia terlihat oleh matanya. Bayangan itu bergerak ke arah utara dengan gerak-gerik mencurigakan.
Pikiran Wang Joon langsung terarah ke satu hal. Mungkinkah orang itu salah satu anggota dari kelompok yang ia lihat saat ini?
Tanpa banyak berpikir, Wang Joon langsung mengikuti bayangan manusia itu. Tak lupa ia juga mengenakan masker kain untuk menutupi wajahnya agar tidak dikenali. Sementara tangannya bersiap-siap mengeluarkan pedang. Bagaimanapun juga kondisi bahaya bisa saja terjadi saat ini.
Wang Joon bergerak mengikuti orang mencurigakan itu. Ia tidak bisa memastikan wajah orang tersebut karena yang bersangkutan mengenakan pakaian serba hitam serta penutup wajah dengan warna yang sama.
Saat situasinya sudah memungkinkan, Wang Joon mengeluarkan pedangnya dan langsung menghadang orang itu. Pedangnya yang tajam terarah ke depan orang tersebut.
“Siapa kau?” Wang Joon bertanya dengan nada rendah.
Sementara orang itu tampaknya sedikit terkejut karena serangan tiba-tiba dari Wang Joon. Matanya yang bulat terlihat bersinar di malam yang sedikit gelap itu. Cahaya bulan sabit hanya menyinari sedikitnya suasana di antara mereka.
“Apa kau.. salah satu diantara mereka?” Wang Joon bertanya lagi dengan nada curiga.
Orang yang ada di hadapan Wang Joon tampak mengernyitkan dahi. Ia seperti tidak paham dengan pertanyaan itu. Namun untuk menutupi identitas, orang tersebut tidak bersuara dan tidak berbicara. Sebagai gantinya, ia menatap ujung pedang yang tajam dengan sebelah matanya. Sedangkan tangan kanannya bersiap-siap mengambil pedang yang tersembunyi di balik pakaian yang ia kenakan.
“Kau tidak menjawab pertanyaanku. Itu artinya kau adalah mereka.”
Setelah mengucapkan itu, Wang Joon langsung mengangkat pedangnya dan hendak memerangi orang tersebut. Tapi karena orang itu lebih cepat tanggap, yang terjadi malah sebaliknya. Justru pedang Wang Joon mengenai angin dan dengan gerakan cepat orang itu mengeluarkan pedang miliknya juga.