BAGIAN 16: Sembuh

221 13 0
                                    

Terhitung sudah berminggu-minggu aku menjalani perawatan di Rumah Sakit. Sudah berminggu-minggu pula aku terbiasa dengan pergi kemana-mana menggunakan kursi roda seperti orang pesakitan. Namun, hal itu tak berlangsung lama karena kondisiku bisa pulih lebih cepat, sehingga di dua atau tiga minggu awal Dokter Rio mengizinkanku lepas dari kursi roda.

Setiap kali menjalani pemeriksaan kondisiku tercatat berkembang ke arah yang cukup baik. Akan tetapi, kata dokter aku hanya memerlukan pemeriksaan sekali lagi sebelum akhirnya dinyatakan sembuh. Ya, masa pemulihan yang diprediksi cuma empat minggu itu harus diperpanjang sedikit lagi, sekitar seminggu. Maka dari itu, siang ini adalah minggu kelima dan aku harus kembali ke rumah sakit dengan harapan besar untuk pemeriksaan yang terakhir kalinya.

Pemeriksaan yang terakhir kali ini cukup terbilang ramai, karena jika biasanya aku hanya datang dengan Ibu dan sekali dengan Mbak Zela, maka kali ini sungguh banyak yang datang hanya untuk mengantarkanku periksa. Ibu masih tetap setia menemani, Mbak Zela, Dokter Benny dari Persija, Rio Fahmi, Abimanyu, Mas Yama, serta yang tak kalah membuatku ingin segera meloncat adalah hadirnya Naf.

Sebenarnya ini adalah kali kedua dirinya datang untuk mengantarkanku ke Rumah Sakit. Pertama adalah ketika Ibu merasa kurang fit minggu lalu, sehingga ibu yang memintanya menemaniku dan kedua adalah hari ini, dia datang tanpa diminta siapapun. Dirinyalah orang pertama kali yang langsung kusadari keberadaanya saat baru saja keluar dari ruang pemeriksaan. Memang awas sekali mata ini.

Aku keluar dengan jalan yang sudah kembali normal. Tak ayal hal ini membuat mereka menatap sekaligus seperti mendakwa kalau aku sudah benar-benar sembuh. Jadi, ya sudah biarkan dokter Benny yang menjelaskan, karena semua hasil pemeriksaan ada di tangannya.

"Ridho sudah bisa main mulai besok." Satu kalimat yang sukses membuat semua orang girang setengah mati. Aku turut girang juga melihat mereka.

"Kondisinya sudah cukup baik untuk kembali berlatih bersama tim," imbuh dokter Benny lagi.

"Alhamdulillah...," ucapan lega dari semua orang yang datang.

Mas Yama mengawali untuk memberikan pelukan dan ucapan selamatnya lalu setelahnya baru disusul Rio Fahmi dan Abimanyu. Mereka semua tanpa sepengetahuanku akan datang kemari. Jadi, selain Naf hadirnya kawan-kawanku ini juga seperti hadiah tersendiri.

Mas Yama yang kebetulan juga bermain di posisi bek mengutarakan bagaimana kewalahannya lini belakang tanpa kehadiranku. Ia harus bekerja lebih ekstra untuk terus berteriak dan mengawal Ferarri supaya tetap fokus dengan posisinya. Tak jarang blunder juga kerap dilakukan oleh pemain muda itu, jadi benar-benar melelahkan untuknya berduet di lini belakang dengan selain diriku. Mungkin faktor kami yang dulu sama-sama berasal dari Persebaya juga menjadi kunci terjalinnya chemistry diantara kami berdua.

"Sembuh juga akhirnya, Do! Teman sekamar tuh udah mirip jomblo ngenes kalau mau kemana-mana sendiri," ucap Mas Yama.

Ah iya, bahkan selama lima minggu ini aku harus meninggalkan Rio Fahmi yang tiap pagi pasti sudah berisik karaoke di kamar mandi. Bagaimana kondisinya setelah lama kutinggal di mess sendiri?

"Alhamdulillah, Bro. Seneng bat deh lu sembuh! kasur samping kosong mulu, was-was jadi tempat duduk kuntilanak tiap malem. Nih ya, baru kemarin gue denger ada cewek nangis persis di kasur itu. Ngeri... kayaknya kita musti yasinan dulu deh pas lu balik," jelas Rio Fahmi panjang lebar.

"Buset, udah lo-gue-lo-gue aja nih sekarang. Baru empat minggu nggak sekamar langsung ilang ngapakmu. Krisis identitas," sahutku. Rio Fahmi hanya menyentil lenganku yang sama sekali tak berasa.

Lalu, untuk Abimanyu terlihat lebih kalem dan mengutarakan seperlunya saja. Biasanya aku baru bisa berduet dengannya di tengah lapangan saat mendapat kesempatan untuk tendangan bebas. Abim--sapaan akrab para pemain untuknya, akan menjadi penendang dengan tendangan pisangnya yang melengkung sedemikian rupa untuk selanjutnya bisa dieksekusi oleh pemain betubuh tinggi sepertiku.

"Alhamdulillah, Do. Akhirnya sembuh, udah lama banget nggak ada yang ngajak makan soto depan masjid habis jumatan." Ah iya, Abim adalah kawan yang paling senang jika sudah diajak makan soto depan masjid saat habis jumatan. Ternyata dia tidak lupa ada soto paling menggugah selera itu.

"Ya, Bim. Jumat depan kita gass kan kesana!" seru ku.

Setelah bertegur sapa dengan mereka semua agaknya Naf juga perlu kuajak bicara. Mungkin setelah  mereka pulang ke mess atau aku harus merencanakan waktu dan tempat khusus untuk kami berdua?

#Bersambung#


Gimana sejauh ini puasanya? Masih tahan lah ya, masak iya udah ada yang batal sampe hari ini, hehe... Anw enaknya Ridho sama Naf kapalnya berlayar nggak nih? Coba komen di bawah ya. Kutunggu🥰~





MEMORABILIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang