Bagian V

1.6K 138 16
                                    

Warn! Words/SC/Mature/21+

***

SETELAH kedatangan mereka di Istana Kerajaan Kedua, Wonwoo menyaksikan dengan rasa curiga dan ketidakpercayaan yang semakin meningkat saat Mingyu kembali memulihkan ikatan Joshua dengan Leylen— walau tanpa adanya kehadiran wanita itu. Wonwoo menatap wajah Mingyu yang tenang dan tanpa ekspresi ketika ia melakukan apa yang seharusnya menjadi tugas yang mustahil, dan merasakan bulu kuduknya merinding. Wonwoo bilang kepada Mingyu jika ia tak takut padanya. Mungkin memang seharusnya begitu.

"Sudah selesai," ujar Mingyu, pelahan melangkah mundur dari saudaranya dan menatapnya dengan hati-hati. "Bisa kamu coba mengkonfirmasikannya?"

Joshua hanya mengangguk tersentak, seperti boneka yang patah, dan akhirnya pergi tanpa mengatakan apa-apa.

Seketika keheningan menyelimuti ruangan itu.

"Aku harap kau senang dengan sikapmu sendiri," celetuk Wonwoo.

Otot rahang Mingyu mengeras. "Cukup. Aku tidak berminat dengan mulutmu yang sok tahu itu." Pria itu pun berbalik untuk pergi, tapi Wonwoo dengan cepat menghalangi jalannya.

"Apa?" Mingyu berkata dengan nada monotonnya yang menyebalkan, bahasa tubuhnya tampak tak sabar dan tegang.

"Kalau kau bisa memulihkan ikatan Joshua dengan mudah, kau seharusnya bisa memutuskan ikatan kita— ikatan aku denganmu— dengan mudah."

Tampak matanya Mingyu berkedip-kedip. "Itu lebih rumit dari ini. Jauh lebih sulit untuk melakukan prosedur seperti itu jika menyangkut pikiran seseorang."

"Tapi yang kita bicarakan bukan pikiranmu, kan?" Wonwoo berkata, dadanya sesak karena teringat jika hanya dia yang terikat oleh ikatan bodoh ini, sementara Mingyu bebas seperti burung di luar sana, selalu begitu.

"Pikiranmu masih terhubung dengan pikiranku," jelas Mingyu. "Itu yang membuatku sulit untuk tetap tidak memihak saat memutuskan hubungan."

Wonwoo menatapnya skeptis. "Aku tidak percaya padamu."

"Kau boleh percaya apa pun yang ingin kau ingin percayai," balas Mingyu acuh sambil melangkah pergi, jelas sekali ia berniat untuk pergi dan mengabaikan Wonwoo. Seperti biasa.

Wonwoo mencengkeram baju Mingyu. "Kalau kau pikir kau bisa mengabaikanku dan aku pergi, aku bisa pastikan itu tidak akan terjadi!"

Mingyu menatap tangan Mingyu seolah-olah itu sesuatu yang mengganggunya.

"Lepaskan tanganmu," ujarnya.

"Kenapa?" Wonwoo membalasnya sambil melangkah lebih dekat. "Apa itu mengganggumu?"

Wajah Mingyu tak menunjukkan ekspresi apa pun, hanya kini jantungnya Wonwoo berdetak kencang dan cepat di bawah cengkraman tangan Mingyu.

Bingung tapi senang karena Wonwoo dapat merasakan kulit si bajingan itu, Wonwoo bergerak lebih dekat lagi, begitu dekatnya hingga wajah mereka kini hanya berjarak beberapa langkah. Jantungnya sendiri berdegub kencang, tubuhnya tegang dan sangat sadar akan kedekatan Mingyu dengannya. Apakah ini rasa takut? Mungkin. Terlepas dari semua perkataan Wonwoo jika ia tak takut pada Mingyu, Wonwoo bukan orang bodoh. Andaikata Mingyu seorang telepati yang kuat seperti yang diindikasikan oleh semua yang ada, Mingyu pasti sangat berbahaya. Dan orang-orang takut pada telepati tingkat tinggi karena suatu alasan.

[✓] That Irresistible Poison (MEANIE Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang