Bagian XIX

1.1K 104 10
                                    

JAM kuno di dinding terdengar memekakkan telinga di tengah keheningan ruangan.

Mingyu tengah berdiri diam, bersandar di dinding batu, dan tatapannya tertuju pada jam.

Mingyu hanya ingin semua ini segera berakhir.

"Tempat ini membuatku takut."

Mingyu tegang. Butuh upaya sadar untuk mengendurkan otot-ototnya kembali. Mingyu dan Wonwoo tak mengucapkan sepatah kata pun satu sama lain sejak mereka ditinggalkan sendirian untuk menunggu Ahli Pikiran yang akan mematahkan ikatan mereka yang sebenarnya sudah tidak ada. Memilih untuk tidak berbicara dengan Wonwoo sangat cocok untuk Mingyu. Semakin sedikit mereka berinteraksi, semakin baik. Semakin sedikit ia menatap Wonwoo, semakin baik. Mingyu tak percaya pada dirinya sendiri untuk tidak melakukan sesuatu yang akan ia sesali nantinya.

"Ini High Hronthar, ya." Celetuk Wonwoo dengan netral, menyapu pandangannya ke dinding-dinding batu.

High Hronthar memang tempat yang aneh. Terletak di antah berantah, di tengah-tengah gurun pasir satu-satunya di Calluvia, arsitektur dan budayanya sangat berbeda dengan daerah lain di Calluvia. Bangunan yang luas ini berusia ribuan tahun dan tak banyak berubah sejak dibangun. Para biksu menjalani kehidupan terpencil yang dikhususkan untuk seni pikiran, berinteraksi dengan seluruh planet ini hanya ketika jasa mereka dibutuhkan. Harus diakui, sekarang ikatan masa kecilnya telah terputus, mungkin jasa mereka akan lebih sering dibutuhkan.

Namun sekali lagi, Mingyu kembali merenung, mungkin belum. Dalam satu bulan sejak amandemen Hukum Ikatan disahkan, hanya tiga dari ribuan petisi yang disetujui oleh Dewan, termasuk petisi miliknya dan Leylen. Mengingat berapa banyak penyuapan dan pemaksaan yang diperlukan untuk membuat petisi itu disetujui, Mingyu akan sangat terkejut jika ada lebih dari beberapa petisi yang disetujui di masa depan.

"Bagaimana kabar Shua?" Wonwoo kembali berkata dengan kaku, memecah keheningan lagi.

Mingyu enggan menatapnya, bibirnya menipis karena teringat akan kondisi adiknya. Kondisi Joshua kian memburuk sampai-sampai Joshua hampir enggan bereaksi ketika orang-orang mencoba berbicara dengannya. Terkadang ada saat-saat kejernihan yang tampak langka dalam dirinya, namun itu tak berlangsung lama. Bahkan dengan perawatan terbaik yang bisa ditawarkan oleh pengobatan modern, kesehatan Joshua menurun pada tingkatan yang mengkhawatirkan.

"Aku sudah mendengar jika ikatannya dan Leylen sudah putus kemarin," tambah Wonwoo. "Tapi yang jelas Shua tidak menjawab teleponku. Apa itu berjalan dengan baik?"

"Seperti yang diharapkan," jawab Mingyu. Merupakan sebuah tantangan untuk meyakinkan High Hronthar jika Mingyu perlu hadir saat mereka memutuskan ikatan Joshua dan Leylen. Bahkan dengan catatan medis Joshua yang dipalsukan, tak mudah untuk meyakinkan para Biarawan jika Joshua tak cukup sehat untuk pergi ke biara tanpa ditemani. Setelah itu, sisanya relatif mudah. Tak seperti kondisi Mingyu dan Wonwoo sekarang, Joshua dan Leylen sebenarnya memiliki ikatan yang memang harus diputuskan; bagian yang menantang adalah bagaimana cara mengelabui Ahli Pikiran saat melakukan upacara agar berpikir jika tak ada yang aneh dengan kondisi mental Joshua saat itu. Syukurlah, semuanya berjalan dengan lancar. Ikatan antara Joshua dan Leylen telah resmi diputuskan dan tak ada yang curiga jika ada sesuatu yang tengah terjadi.

"Aku akan membawanya ke luar Calluvian hari ini untuk mendapatkan perawatan untuk penyakitnya," ujar Mingyu, memilih kata-katanya dengan hati-hati. Di High Hronthar mereka tak menggunakan teknologi modern untuk memantau tiap ruang kamar-kamar di sini, namun bukan berarti tak ada yang mengawasi mereka saat ini.

"Oh," kata Wonwoo. "...syukurlah."

Tak ada yang harus di 'syukur' kan tentang itu. Mingyu tak terlalu berharap untuk mengantarkan Joshua ke manusia itu. Mingyu masih kurang senang dengan keharusan meninggalkan saudaranya yang sakit pada belas kasihan anggota peradaban yang bahkan tak percaya pada kehidupan di luar bumi. Joshua sangat rentan dalam keadaannya saat ini. Jika manusianya menolaknya, itu akan menghancurkannya.

"Apa kamu tahu siapa yang akan memutuskan ikatan kita nanti?" Wonwoo bertanya.

Bibir Mingyu menipis saat ia teringat akan hal lain yang tak bisa ia kendalikan. Ahli Pikiran yang telah memutuskan ikatan Joshua paling tinggi adalah Kelas 4. Namun, bukan berarti Ahli Pikiran yang ditunjuk untuk menangani kasus mereka akan di bawah itu.

"Tidak," jawabnya singkat.

"Berhentilah berbicara," ujar Mingyu pada Wonwoo secara telepati tanpa melakukan kontak mata. "Kita tidak tahu siapa yang mungkin mendengarkan."

"Kamu khawatir, ya?" Ujar Wonwoo padanya, pikirannya bercampur dengan kebingungan. "Kenapa? Aku yakin kamu nanti bisa melakukannya."

Mingyu hampir tertawa. Sungguh menyebalkan jika Wonwoo mengira memanipulasi seorang Ahli Pikiran yang terlatih akan mudah. Namun sebagian dari dirinya merasa ingin membusungkan dada mendengar Wonwoo yang menunjukkan keyakinannya pada kemampuannya. Sungguh menyedihkan. Mingyu tak sabar untuk terbebas dari Wonwoo serta efek membingungkan yang ditimbulkannya.

"Ahli Pikiran bukan hanya telepati biasa," jelas Mingyu pada Wonwoo dengan yakin. "Mereka satu-satunya pengecualian dari Hukum Ikatan karena suatu alasan. Mereka mungkin dilarang oleh Hukum untuk menduduki posisi kekuasaan di Dewan, tapi mereka masih memiliki kekuatan yang sangat besar. Mereka sudah terlatih dalam seni pikiran sejak lahir. Kebanyakan Ahli Pikiran mungkin tidak lebih kuat dari kau secara telepati, tapi mereka jauh lebih baik dalam seni pikiran dibandingkan yang kau bayangkan. Kekuatan mentah bukan segalanya. Orang-orang ini mengetahui segala sesuatu yang perlu diketahui tentang pikiran— dan tentang ikatan. Sulit untuk menipu mereka, terutama jika kita mendapatkan yang lebih kuat."

Sebelum Wonwoo dapat mengatakan apa pun, pintu besar terbuka dan sosok tinggi dari seorang High Adept masuk.

Mingyu menekan keinginan untuk mengumpat.

Sebaliknya, Mingyu tersenyum tipis saat High Adept membungkuk kepada mereka dengan anggun.

"Health and tranquility, Your Highnesses."

Dalam penglihatannya yang terbatas, Mingyu dapat melihat Wonwoo sedikit menegang; mungkin pemuda itu akhirnya menyadari keseriusan situasi ini.

"Health and tranquility," balas Mingyu, memberikan anggukan singkat pada sang High Adept. "Suatu kehormatan, Yang Mulia. Saya tidak menyangka Anda akan membuang-buang waktu Anda untuk masalah sepele seperti ini."

Sang High Adept menatapnya dengan mantap, mata birunya yang dalam tak menunjukkan emosi sama sekali. Usianya tak mungkin lebih dari tiga puluh lima tahun, sangat muda untuk posisi setinggi itu. Rambut hitamnya yang lurus, sedikit lebih pucat dari Wonwoo, menjuntai jatuh ke bahunya, hampir tak bisa dibedakan dengan jubah putih panjang yang ia kenakan. Meskipun wajahnya yang tenang tak seindah Wonwoo, namun wajahnya sangat tampan. Pria itu akan menjadi pria yang menarik jika ia tak sebegitunya tanpa ekspresi.

"Pemutusan ikatan suci antara keturunan dari dua keluarga kerajaan bukanlah hal yang sepele, Yang Mulia," kata High Adept, berhenti dan melirik di antara mereka. "Berlututlah di samping saya. Jangan sampai kita membuang-buang waktu."

Mingyu merasakan denyut nadinya bertambah cepat. Meskipun ia tak gugup, namun ia tak suka tak bisa mengendalikan situasi saat ini. Mengambil risiko dan berharap yang terbaik bukanlah cara yang biasa ia lakukan. Mingyu tak tahu pasti seberapa kuat telepati yang dimiliki oleh High Adept, tapi cukup masuk akal untuk mengasumsikan jika ia tidak akan mendapatkan posisinya di usia yang sangat muda kalau ia belum terampil dalam seni pikiran atau berbakat secara telepati. Tak satu pun dari kedua pilihan itu yang meyakinkan.

Ketika Mingyu maupun Wonwoo tak bergerak, sang High Adept menatap mereka dengan tatapan kosong. "Apakah ada masalah?"

"Ya," kata Wonwoo.

Mingyu terdiam, dan kemudian, untuk pertama kalinya pada hari itu, Mingyu menatap mata Wonwoo secara langsung.

[✓] That Irresistible Poison (MEANIE Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang