Epilog

2.1K 160 31
                                    

Four years later

BAYI itu tampak sedang tidur.

Wonwoo tersenyum halus, meletakkan tangannya di dinding luar rahim buatan dan memproyeksikan rasa aman dan cinta. Belum ada bukti ilmiah jika bayi buatan yang belum lahir dapat merasakan emosi yang datang dari dunia luar, tapi itu tak menggentarkannya.

Pintu di belakangnya perlahan terbuka, dan seketika itu juga, sebuah rasa keutuhan yang luar biasa memenuhi diri Wonwoo. Wonwoo tersenyum kecil. Meskipun dirinya dan Mingyu tak memiliki ikatan tradisional seperti yang dimiliki oleh kebanyakan orang Calluvian, mereka mempunyai sesuatu yang jauh lebih berharga: ikatan telepati yang berkembang secara alami dari waktu ke waktu sebagai konsekuensi dari memanjakan diri satu sama lain lebih dalam dan terlalu banyak penggabungan telepati.

"Penasihat Xuvok sudah mencari Permaisuri Raja sepanjang hari, tapi aku lihat ternyata dia sedang melalaikan tugasnya," sindir Mingyu masam.

Wonwoo menarik wajahnya. "Aku benci berurusan dengan keledai tua yang keras kepala itu." Wonwoo menatap Mingyu dengan tatapan angkuh. "Dan apa maksud kamu, melalaikan tugasku? Aku ingin kamu tahu ya, kalau aku sedang berkonsultasi dengan putraku. Bagaimanapun juga, aku kan masih atasannya."

Mingyu berjalan mendekat dan duduk di sebelahnya. "Kamu selalu punya jawaban untuk semuanya, ya?"

Wonwoo melingkarkan lengannya di leher Mingyu dan menyeringai padanya. "Aku akan menganggap itu sebagai pujian, Yang Mulia." Bentuk sapaan itu masih terasa sedikit aneh di lidah Wonwoo, meskipun sudah setahun sejak Ratu Jihyo turun tahta.

Tahun ini benar-benar tahun yang menarik. Meskipun hanya sedikit yang menduga Ratu akan turun tahta secepat ini, keputusannya tak terlalu mengejutkan Wonwoo. Hubungannya yang tegang dengan Mingyu tak kunjung membaik selama bertahun-tahun meskipun Joshua terus berusaha untuk membuat mereka saling mencintai. Wonwoo belum tega mengatakan pada Joshua jika usahanya sia-sia pula dan ada beberapa hal yang bahkan sulit untuk diperbaiki.

Jelas sekali jika hubungan Mingyu dan sang Ibu yang tegang telah mempengaruhi kemampuan mereka untuk menampilkan front persatuan di Dewan, jadi Wonwoo tak terlalu terkejut dengan keputusan Ratu: Ratu Jihyo mungkin seorang ibu yang buruk, tapi wanita tua itu selalu menjadi Ratu yang sangat baik nan peduli dengan kebaikan klannya. Dengan turun tahtanya dan karena Mingyu tak punya ahli waris, Wonwoo pun harus menduduki kursi kedua di Dewan sebagai Permaisuri Mingyu. Sayangnya, hingga putra mereka mencapai usia dewasa, Wonwoo nanti akan menjadi orang yang akan berurusan dengan orang tua bangka seperti Penasihat Xuvok. Itu sisi negatif utama dari menikah dengan Mingyu.

Bukan berarti kehidupan pernikahan mereka sempurna. Mungkin secara emosional memuaskan, tapi juga penuh dengan tantangan. Untungnya, skandal kala itu telah dilupakan dengan waktu yang terbilang cukup cepat, para penggosip beralih ke skandal baru yang jauh lebih besar yang melibatkan Jeonghan. Wonwoo belum pernah iri pada sang Kakak, tapi itu sangat melegakan; mereka telah memiliki cukup banyak tantangan sebagai pasangan yang baru menikah tanpa tekanan tambahan dari pengawasan publik.

Hubungan Jeonghan dan Mingyu tak pernah benar-benar tenang pun damai, dan ini belum berubah setelah pernikahan mereka. Mingyu masih sering membuatnya gila. Mingyu bisa menjadi seorang bajingan bagi orang lain, kejam dan hanya memikirkan satu tujuan ketika suaminya memiliki tujuan di depan mata. Lebih sering dari pada tidak, Wonwoo senang melihat Mingyu membuat beberapa orang yang sok penting di Dewan menangis, tapi terkadang Mingyu bertindak terlalu jauh dan itu membuat Wonwoo kesal. Mereka bertengkar hebat setiap beberapa bulan sekali, namun pertengkaran mereka tak pernah berlangsung lama. Mereka sangat buruk dalam hal menjauhi satu sama lain, selalu begitu, sehingga mereka selalu berakhir dengan saling mencari, meminta maaf, dan bercinta. Wonwoo tak pernah bisa marah ketika Mingyu berakhir menciumnya dengan lembut, terlihat jelas dalam setiap sentuhannya. Makeup sex suatu hal terhebat di dunia, menurut pendapat Wonwoo.

"Itu memang pujian," ujar Mingyu, mencondongkan tubuh dan mencium pipinya, sedikit menggelitiknya. "Dan kamu benar: mengunjungi putra kita lebih penting dibandingkan mendengarkan celotehan Xuvok."

Wonwoo tersenyum padanya, bahkan tak peduli lagi betapa konyol dan tidak manisnya senyumnya. Wonwoo sangat mencintai suaminya; itu sesuatu yang sudah ia terima sejak lama.

"Dia baru saja tertidur," jelas Wonwoo, menyelipkan tangannya ke tangan Mingyu dan kembali ke rahim buatan tersebut.

"Dia mirip denganmu," celetuk Mingyu, sambil meremas tangannya. "Anak kita memiliki warna rambutmu."

Wonwoo mengernyitkan hidungnya dan menatap dengan ragu beberapa helai rambut di kepala bayi itu. "Itu mungkin akan berubah," katanya, kurang yakin mengapa Mingyu selalu begitu ngotot agar anak mereka mirip Wonwoo, padahal jelas-jelas tidak demikian. Mereka tidak menggunakan rekayasa genetika, tapi Wonwoo sudah tahu jika bayi itu akan menjadi tiruan kecil Mingyu, dari warna rambutnya.

"Kenapa kamu ingin anak kita mirip denganku, sih?" Gumamnya, meletakkan kepalanya di bahu Mingyu.

Wonwoo bisa merasakan gejolak batin Mingyu melalui ikatan mereka, tapi ia tak mencoba mengintip. Mingyu akan memberitahunya ketika ia ingin.

Untuk beberapa saat, Mingyu terdiam, memainkan jari jemari tanyan Wonwoo dengan iseng sambil melihat anak mereka yang belum lahir sedang tertidur.

"Aku pikir akan lebih mudah bagiku," kata Mingyu akhirnya, kemudian terhenti, "...untuk mencintainya kalau dia mirip denganmu."

Wonwoo merasakan tenggorokannya tercekat. Mingyu sangat jarang berbicara tentang perasaannya; yang tak banyak berubah selama bertahun-tahun, sehingga belum pernah gagal membuat Wonwoo merasa istimewa setiap kali Mingyu akhirnya mengatakan kepada Wonwoo jika pria itu mencintainya.

Wonwoo mengusap air matanya dan menatap Mingyu. "Untuk ukuran pria yang begitu cerdas, terkadang kamu bisa menjadi seperti orang bodoh. Untung ada aku yang bisa memberitahumu saat kamu tampak seperti orang bodoh."

Mingyu merangkul tubuhnya dan menariknya lebih dekat. "It's a good thing I have you," bisiknya, tatapan Mingyu tampak berat dan intens saat mata mereka bertemu.

Wonwoo tak akan pernah merasa cukup dengan ini; dengan perasaan menjadi hal yang paling penting di dunia dan hidup Mingyu, dan Wonwoo tak akan bisa menyangkal betapa memabukkannya hal itu, bahkan setelah bertahun-tahun bersama. Sialan, Wonwoo mencintai pria ini, sangat mencintainya. Di satu sisi, Wonwoo hampir bisa memahami ketakutan Mingyu. Jauh di lubuk hatinya, Wonwoo sedikit takut ia tidak akan mencintai anak-anaknya seperti Wonwoo mencintai ayah mereka, dan mereka akan selalu berada di urutan kedua. Namun secara rasional, Wonwoo tahu ketakutannya tak berdasar. Kapasitas seseorang untuk mencintai itu tak terbatas.

"Kamu akan menjadi ayah yang paling hebat," ujar Wonwoo dengan tegas, membenamkan jari-jarinya ke rambut Mingyu dan menariknya ke bawah untuk menempelkan dahi mereka. "Percayalah padaku."

"Aku percaya," kata Mingyu, mencium sudut mulut Wonwoo, lalu yang lainnya.

Wonwoo menyeringai. "Kalau begitu, berhenti mengkhawatirkannya dan cium istrimu dengan sungguh-sungguh, Yang Mulia. Sudah terlalu lama."

Bibir Mingyu melengkung. "Sudah empat jam."

"Tepat sekali. Seperti yang aku bilang, terlalu lama. Cium aku, suamiku."

Sambil tertawa, Mingyu melakukannya.

Dan seperti biasa, dunia di sekitar mereka seakan lenyap, dan hanya Mingyu yang ada di sana.

Hanya dia.

Selalu.

🎉 Kamu telah selesai membaca [✓] That Irresistible Poison (MEANIE Version) 🎉
[✓] That Irresistible Poison (MEANIE Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang