Bagian XXVII

1.4K 143 48
                                    

BULAN tampak kembar bersinar terang, memandikan taman dengan benderang pucat dari cahayanya.

"Apa yang mau kamu bicarakan?" Tanya Wonwoo, tengah duduk di bangku kosong pertama yang mereka temukan, pandangannya tertuju pada bunga-bunga biru di seberang bangku.

Sadar akan tamu-tamu lain yang tetiba memutuskan untuk berjalan-jalan di taman, Mingyu mengambil tempat duduk di sebelah Wonwoo, dengan jarak satu telapak tangan di antara mereka.

Pria itu ikut menatap bunga-bunga di sana, saat keheningan sedang membentang.

Seekor burung malam bersenandung dengan sangat indah dari salah satu pohon.

Wonwoo tertawa kecil. "Apa kita akan duduk di sini dalam diam?"

Mingyu mengerucutkan bibirnya untuk menahan diri agar tidak berkata jika ia sebenarnya tidak keberatan.

Menyedihkan.

Mingyu menatap tangannya sendiri. "Apa kamu bersungguh-sungguh memilih Denev?"

Ada keheningan selama beberapa saat.

Akhirnya, Wonwoo membalasnya, "Ya. Denev yang paling masuk akal. Ibuku juga setuju. Dan dia baik."

Bibir Mingyu mengatup. Tak seorang pun yang menggambarkan dirinya sebagai orang yang baik.

"Benarkah?" Ujarnya datar.

Di sampingnya, Wonwoo mengernyit. "Denev. Dia tampan, santun dan— dan baik hati. Denev menatapku seperti aku sangat penting baginya."

Mingyu tertawa.

"Apa yang lucu, sih?"

Mingyu menatap Wonwoo. "Kamu pikir kamu tidak berarti bagiku, ya?" Suaranya terdengar hampa bahkan di telinganya sendiri, semuanya terasa salah.

Bibir Wonwoo yang indah terkatup tetiba menjadi cemberut.

Mengertakkan gigi, Mingyu segera membuang muka.

"Kamu punya cara yang lucu untuk menunjukkannya," sindir Wonwoo, nadanya bermusuhan, meskipun ada sesuatu yang tak pasti tentang cara ia mengatakannya. "Mana pernah kamu peduli padaku."

"Tidak peduli bukan berarti jadi masalahnya," balas Mingyu sambil tersenyum tanpa humor. Masalahnya adalah sebaliknya.

"Jangan lakukan ini," ujar Wonwoo dengan tegas, kebencian mewarnai suaranya. "Jangan coba-coba melakukan ini!"

Mingyu menoleh ke arahnya. "Kenapa?" Tanya Mingyu. "Kalau kamu begitu bahagia dengan pilihanmu, seharusnya tidak masalah dengan apa yang kukatakan. Perkataanku bukanlah masalah."

Wonwoo memelototinya. "Diam— pergi sana! Jangan ganggu aku!"

Mingyu menatap dari mata Wonwoo yang marah ke bibirnya yang bergetar dan kembali ke matanya. "Apa itu yang kamu inginkan dariku? Aku berjanji akan meninggalkanmu sendiri dan tidak akan pernah bicara padamu lagi kalau kamu mengatakannya seperti kamu sungguh-sungguh."

Wonwoo terus memelototinya.

Wajahnya sangat cantik ketika Wonwoo marah.

Wonwoo membuka mulutnya dan menutupnya. Beberapa kilatan emosi muncul di matanya sebelum Wonwoo mengatupkan rahangnya dan berkata dengan tegas, "Tinggalkan aku sendiri."

Sesuatu di dalam dirinya memberikan sentakan yang menyakitkan, perasaan yang berat dan tak menyenangkan mengendap di dalam perutnya.

Mingyu berkata pada dirinya sendiri jika hal ini memang sudah diduga. Sungguh konyol bahkan untuk menghibur diri dengan pemikiran bahwa... keterikatannya pada Wonwoo mungkin tak sepenuhnya mencintainya. Mengapa tak mencintainya? Mingyu telah memperlakukan Wonwoo dengan keji selama bertahun-tahun.

[✓] That Irresistible Poison (MEANIE Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang