Bagian XVIII

1K 105 14
                                    

DUA puluh satu hari kemudian, Wonwoo menerima pesan resmi dari Dewan, yang memberitahukan kepadanya jika permohonan Mingyu telah disetujui. Dan tanggal untuk memutuskan ikatan mereka terhitung tiga hari lagi.

Wonwoo menatap pesan itu selama beberapa saat sebelum dengan hati-hati memasukkan kembali gawainya ke dalam saku.

Jeonghan seketika berhenti membuat wajah lucu ke arah putrinya dan mendongak. "Kabar buruk, ya?"

"Tidak," balas Wonwoo, sambil tersenyum dan memusatkan pandangannya pada Tmynne. Bayi perempuan berusia empat bulan itu tampak tersenyum padanya, mata kuningnya berbinar-binar saat ia meraih rambut Wonwoo dengan tangannya yang gemuk.

"Kabar baik, sebenarnya," tambah Wonwoo. Tak ada gunanya mencoba menyembunyikan berita itu dari Jeonghan. Sebagai Putra Mahkota, Kakaknya sendiri yang ikut duduk sebagai bagian di Dewan. Setiap Klan Agung memiliki dua suara di Dewan, satu untuk Raja yang berkuasa: atau Permaisuri mereka jika mereka tidak ada ataupun berhalangan hadir, dan satu lagi untuk pewaris tahta. Kecuali Jeonghan melewatkan sesi terakhir pertemuan di Dewan, kemungkinan besar sang Kakak sudah mengetahui kabar tersebut. Jika Wonwoo mencoba menyembunyikan sesuatu, ia yakin itu hanya akan menegaskan kembali pendapat keluarganya kalau ada sesuatu yang salah dengan dirinya.

Tak ada yang salah dengan dirinya.

Wonwoo baik-baik saja. Wonwoo lebih baik-baik saja dari sebelumnya. Wonwoo muak dengan keluarganya yang memperlakukannya seperti bom waktu. Dengan ia telah merusak beberapa pusaka yang tak ternilai harganya; terus apa? Itu tak membuatnya menjadi rapuh secara emosional atau semacamnya.

Semua itu tak berarti apa-apa.

Wonwoo baik-baik saja.

"Permohonan Mingyu sudah disetujui Dewan," ujar Wonwoo dan tersenyum lebih lebar. "Aku akan menjadi orang yang paling bebas dalam tiga hari."

Wonwoo dapat merasakan tatapan Jeonghan padanya, tapi ia tetap menatap keponakannya, Tmynne. Keponakannya berhasil menjambak beberapa helai rambut Wonwoo dan mengeluarkan suara kemenangan.

Wonwoo tertawa kecil. "Iya, iya... Tapi jangan menarik rambut Kakak, ya?"

Tmynne menarik rambutnya, dengan keras.

Sambil tertawa, Wonwoo mengangkat Tmynne dari atas tempat tidurnya dan menyembunyikan wajahnya di rambut Tmynne yang wangi. Wonwoo masih bisa merasakan jika sang Kakak masih memperhatikannya.

"Apa kamu mau membicarakannya denganku?" Jeonghan akhirnya berkata, terdengar sama tak nyamannya dengan yang Wonwoo rasakan seketika.

Wonwoo terdiam. Ia mengangkat kepalanya dan menatap mata kakaknya beberapa saat. "Tentang apa?"

Jeonghan menatapnya dengan tatapan tak terkesan. "Aku ini kakakmu, Wonu. Jangan menghina kepintaranku dengan berpura-pura semua itu bukan masalah besar bagimu, ya..."

"Aku sudah tidak memiliki ikatan lagi, ingat?" Wonwoo berkata sambil tertawa kecil. "Pertemuan nanti itu juga hanya formalitas."

Ekspresi Jeonghan tak berubah. "Kamu ingat tidak dengan cerita Shadow War?"

Alis Wonwoo berkerut dalam kebingungan.

Shadow War bukan perang sungguhan. Itu hanya sebuah istilah yang merujuk pada periode dua puluh tahun dalam sejarah bodoh dari Calluvian yang terjadi sembilan ribu tahun yang lalu. Saat itu, belum ada dua belas klan besar seperti saat ini; hanya ada dua, tapi hubungan di antara mereka terutama di antara ratu-ratu mereka sangat buruk, hingga memicu perang yang sebenarnya sebuah tindakan bodoh; candaan. Rasa benci dan persaingan antara Ratu Eguiless dan Ratu Xeryash sudah melegenda, bahkan masih melegenda hingga masa kini.

[✓] That Irresistible Poison (MEANIE Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang